Chap 56

19.7K 1.6K 15
                                    

Malam sudah tiba, sepulang dari tempat itu Ziel terus menempel pada Samuel. Bahkan di saat Alex sedang mengobati luka Ziel, anak itu tidak mau melepaskan pelukannya dari Samuel. Tadi, William ingin membawa Ziel ke rumah sakit, tapi Ziel menangis karena tidak mau masuk ke tempat itu. Jadilah William menyuruh Alex datang ke rumah. Bukannya Ziel merekat pada William atau Gracia atau Kelvin yang merupakan abang kesayangannya, tapi Ziel memilih untuk merekat pada Samuel. Tentu saja hal itu menimbulkan kecemburuan pada semua anggota keluarga Rodriguez.

"Baby gak mau sama bang Sean?" Tanya Sean yang mendekati Ziel.

"Ndak, Ziel mau nya cama kak Samuel aja." Jawab Ziel yang menduselkan kepalanya pada dada Samuel.

"Cih, baru juga beberapa kali ketemu, tapi udah nempel aja. Kamu pelet ya Ziel?" Celetuk Sean yang sangat tidak menerima.

"Darah lebih kental dari pada air. Jadi wajar aja kalau Ziel lebih nempel ke aku." Ujar Samuel sombong.

Lambat laun Ziel pun terlelap, namun tangannya menggenggam erat seragam Samuel, seakan Ziel tidak mau ditinggalkan oleh kakak satu ayahnya ini.
"Menginap saja disini, baby sepertinya masih membutuhkan kamu." Ucap Gracia.

"Baik tante. Emm... Dimana kamarnya Ziel?" Tanya Samuel.

"Ayo." Ucap Kelvin yang siap mengantar Samuel ke kamar si bungsu.







Satu minggu telah berlalu, Ziel tidak mau pergi ke sekolah, bahkan di ajak keluar rumah saja seperti mall atau mini market dia tidak mau. Nampaknya Ziel masih sangat ketakutan dengan kejadian waktu itu.

"Baby, kak Audrey beliin kamu ice cream nih, kamu mau gak?" Ujar Audrey yang baru saja pulang.

"Mau! Mau!" Seru Ziel sambil loncat loncat.

"Nih ice cream nya, makannya jangan sampai tumpah tumpah ya."

Ziel diam sejenak, lalu ia bilang "Ok!" dan kemudian ia pergi dari ruang keluarga, membuat Audrey keheranan dengan tingkah Ziel. Karena penasaran, Audrey pun mengikuti kemana Ziel pergi, dan ia hendak tertawa karena melihat tingkah Ziel yang menurutnya lucu. Audrey pun merekam Ziel yang sedang asik memakan ice cream di depan pintu kamar mandi itu.

"Baby kok makannya di situ sih?" Tanya Audrey yang tidak mengerti dengan pemikiran Ziel.

Ziel menoleh menghadap Audrey dengan mulut yang sudah celemotan. "Tadi kata kakak makannya jangan campai tumpah, ya udah Ziel makannya di cini aja, kalau tumpah kan tinggal di ciram ail." Jawab Ziel membuat Audrey terkekeh.

Beberapa waktu kemudian, Azka datang menemui Ziel. Si Ziel lalu mengajak Azka bermain ke atas, memainkan berbagai mainan hingga akhirnya Ziel merasa lelah dan mengantuk. "Kamu gak mau masuk sekolah lagi?" Tanya Azka di sela sela istirahat Ziel.

"Ziel takut. Ziel takut keluar lumah." Jawab Ziel yang nampak termenung.

"Kalau kamu gak mau melawan rasa takut kamu itu, kamu gak akan pernah tau seperti apa dunia. Seperti apa sifat sifat orang."

"Emangnya dunia itu cepelti apa?"

"Aku juga gak tau. Tapi dunia memiliki dua sisi, sisi yang indah nan terang dan sisi yang  gelap. Hal itu sama seperti manusia, karena aku belum tau itu, makanya aku ingin mencari tau dan melihatnya sendiri."

"Kalau Ziel mau coba sepelti Azka, apa Azka mau temenin Ziel? Azka gak akan tinggalin Ziel kan? Azka gak akan nyakitin Ziel kan?" Tanya Ziel menatap serius Azka.

"Tentu saja! Aku ini sahabat kamu, aku sudah janji juga untuk jaga kamu. Sampai kita udah dewasa nanti, aku akan tetap Azka sahabat kamu yang akan sayang sama kamu dan gak akan nyakitin kamu. Tapi Ziel harus dengerin apa kata aku, tidak boleh melawan."

"Siap Azka! Ziel juga sayang banget sama Azka. Oh ya Azka, gendong Ziel dong. Ziel udah ngantuk nih."

"Ish manja banget... Sini sini abang Azka gendong baby Ziel yang gemesin ini." Azka pun menggendong Ziel ala koala dan turun ke ruang keluarga melalui lift, karena Azka belum tau dimana kamar Ziel.

Malam menjelang, seusai makan malam semua anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga. Mereka menatap Ziel yang nampak bosan dengan acara kartun di televisi, padahal itu salah satu kartun kesukaannya.

"Baby... Daddy dan yang lainnya mau bicara serius sama baby, bisa?" Tanya William pada Ziel, anak itu pun menatap William sambil menganggukkan kepalanya.

"Ini kan sudah satu minggu baby tidak sekolah, baby mau bagaimana untuk kedepannya? Baby mau homeschooling lagi atau tetap mau sekolah seperti biasa?" Tanya Gracia dengan lembutnya.

"Ziel mau cekolah mommy, tapi Ziel masih takut."

"Bagaimana kalau besok baby coba masuk sekolah dulu, nanti opa akan bilang ke Azka untuk tidak mengikuti les agar bisa menemani baby sampai pulang sekolah. Biar Azka ikut mengantar pulang baby ke rumah, apa perlu untuk datang menjemput baby juga?" Ujar Bryan.

"Azka nemenin Ziel? Gak akan ninggalin Ziel cama sekali?"

"Iya, nanti opa bilang ke Azka seperti itu."

"Ya udah deh, kalau Azka mau nemenin, Ziel mau coba besok ke cekolah."

Mendengar hal itu Bryan segera menghubungi ayahnya Azka untuk meminta bantuan Azka yang menemani Ziel besok.

"Baby harus ingat ini, dengarkan apa yang kita bicarakan, daddy, momny, opa, oma, semuanya... Apa yang kita katakan, baby harus dengarkan, termasuk paman Robert, paman Oki dan juga Azka. Baby tidak mau kan kejadian itu terulang lagi untuk yang ke tiga kalinya?" Tanya William dan Ziel hanya menggelengkan kepala. "Kalau begitu baby harus nurut. Apa yang kita semua larang, apa yang kita semua katakan, adalah demi kebaikan baby. Kalau baby tidak mau lagi mendengarkan, kejadian kemarin atau mungkin lebih buruk lagi, bisa terjadi."

"Iya daddy... Ziel minta maaf, Ziel nyesel gak mau dengelin. Ziel janji gak akan begitu lagi, Ziel takut kalau Ziel di culik lagi. Mulai hali ini Ziel akan jadi anak yang baik."

"Pinter banget anaknya mommy..." Ucap Gracia sambil memeluk Ziel membuat si empu tersenyum merekah.

Keesokan paginya, Azka sudah datang ke mansion Rodriguez. Ziel berpamitan dengan semua orang lalu ia menggenggam erat tangan Azka hingga tiba di sekolah.
Ziel melihat kanan dan kiri, membalas sapaan teman temannya dengan separuh hati. Tanpa di sangka Ziel memunculkan rasa curiga kepada mereka semua, Ziel semakin mengeratkan pegangan tangannya pada Azka.

"Tidak apa Ziel, tidak akan ada lagi orang yang berani menyakiti mu selama ada aku di samping mu. Jangan takut ya, tidak semua orang itu jahat kok." Ucap Azka berusaha menenangkan Ziel.

"Tapi Azka... Kalau tiba tiba ada yang mau culik Ziel lagi gimana? Ziel pulang aja deh gak ucah cekolah."

"Kita udah sampai di kelas lho, bentar lagi bel bunyi, masa mau pulang? Kita coba ikuti pelajarannya dulu ya. Dan selama Ziel gak menjauh dari Azka juga kedua paman di depan kelas itu, Ziel pasti aman kok. Azka kan juga udah janji ke Ziel kalau Azka bakalan jagain Ziel dan gak akan ninggalin Ziel sendirian."

"Iya... Ziel coba dulu deh, yang penting ada Azka di camping Ziel." Ucap Ziel mulai tenang dan ia tersenyum dengan sepenuh hati.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang