Chap 10

49.7K 4.3K 26
                                    

Setelah mereka membeli peralatan belajar untuk Ziel, yang tentunya Ziel sendiri yang memutuskan ingin buku yang bergambar apa, pensil yang bergambar apa, bahkan tas yang jelas jelas tidak akan digunakannya untuk homeschooling pun ia pilih sesuai keinginannya. Kini mommy dan daddy mengajak bungsunya itu berkeliling mall, sekalian saja membelikan barang lainnya yang Ziel inginkan, seperti mainan mungkin. Yah walaupun ada satu kamar yang sudah berisi mainan untuk Ziel yang letaknya di sebelah kamarnya, tapi siapa tau saja masih ada yang Ziel inginkan.

"Daddy, Ziel mau itu!" Pinta Ziel dengan suara lantangnya, ia menunjuk pada sebuah toko boneka dimana terpampang boneka stitch yang ukurannya sebesar orang dewasa.

"Bagaimana kalau ukurannya yang kecil saja biar baby mudah membawanya kemana mana? Kalau yang itu sangat besar kan, baby jadi tidak bisa membawanya." Ujar Gracia.

"Tidak mommy, Ziel maunya yang itu. Telus taruhnya di kasurnya Ziel."

"Iya baby, daddy akan belikan. Ayo masuk, siapa tau masih ada lagi yang baby mau."

Puas membeli boneka, dan berkeliling kembali dan membeli lagi hal lainnya, kini ketiganya sedang menikmati makan ...? Entahlah, di bilang siang tapi ini sudah sore, di bilang makan malam tapi masih belum waktunya. Sepertinya karena sibuk mencari Ziel yang hilang di mansion tadi dan pergi ke mall, membuat mereka lupa kalau mereka belum makan siang. Semuanya makan dengan sangat nikmat serta ocehan ocehan lucu dari si bungsu Ziel. Tanpa ada yang mengetahui bahwa ada beberapa pasang mata sedang memerhatikan mereka, terutama kepada bayi mungil tersebut dengan smirknya.

Setibanya di rumah, Ziel sudah terlelap dalam gendongan koala Gracia. Kemudian ia di pindahkan ke ranjang king sizenya secara perlahan agar bungsunya tidak terbangun. Semua barang belanjaan Ziel sudah di letakkan di kamarnya, para maid menyusunnya dengan rapi. Sedangkan pakaian dan juga boneka yang di beli, akan di cuci terlebih dahulu agar di jamin kebersihannya.

"Baby mana mom?" Tanya Sean yang baru saja pulang dan berteriak menanyakan keberadaan adiknya.

"Kamu tuh pulang pulang teriak tanyain baby, gak bisa salam dulu gitu?" Tanya balik Gracia, sementara Sean yang merasa di tegur hanya senyum tidak jelas sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Maaf mom, aku udah kangen banget soalnya sama baby dan aku juga udah beliin dot dan pacifier untuk baby..... Bi Siska tolong cuciin dulu ya, kalau udah kasih aku segera." Setelah berkata dengan Gracia, Sean memanggil salah satu maidnya.

"Kamu tuh ada ada aja sih, emangnya baby mau di kasih itu?"

"Aku gak tau, tapi lucu aja liat baby kalau tidur, apa lagi suka hisap jempolnya, mendingan kasih aja dot atau pacifier."

"Ya sudah sana kamu mandi dulu, baby lagi tidur di kamar mommy."

"Siap mommy." Sean pun berlalu menuju kamarnya untuk membersihkan diri.

Usai dari acara membersihkan diri, seorang maid yang di beri tugas oleh Sean yang bernama Siska tadi mengetuk pintu kamar Sean. Si pemilik kamar segera membuka pintu dan menerima dot yang sudah berisi susu coklat dan juga sebuah pacifier dengan gambar bebek. Setelah menerimanya, Sean kembali masuk ke kamar untuk memakai kaos, karena tadi ia baru mengenakan celana.

Kemudian Sean masuk ke kamar orang tuanya, ia melihat baby sedang tidur pulas dengan ibu jari yang ia hisap. Dengan pelan pelan, Sean mengeluarkan jari tersebut. Namun Ziel merasa terganggu tidurnya, dan terlihat bahwa Ziel akan menangis meski kedua matanya tertutup rapat, benar benar seperti bayi pikir Sean. Dengan sergap Sean memasukkan dot ke dalam mulut kecil Ziel, dan siapa yang menduga, bahwa Ziel menerima itu bahkan ia sudah mulai meminumnya.

Sean mengeluarkan ponselnya dan merekam kejadian ini, sangat lucu sekali ketika kedua pipi tirusnya bergerak gerak. Setelah puas dengan acara merekam, Sean mengunggah video tersebut ke salah satu media sosialnya dengan caption, "baby lucu sekali, sangat menggemaskan.".

Belum lama dari unggahan video itu, jumlah viewnya sudah mencapai ratusan. Maklum lah, Sean ini sangat populer. Kadang ia bersikap dingin, kadang ia bersikap tak tau malu, dan semua orang yang mengenalnya entah mengapa sangat menyukai Sean dengan sikap tidak jelasnya. Meski pun lebih sering bersikap dingin sih jika berada di luar, tapi kalau sudah sama orang orang tersayangnya 'keluarga' yaaa Sean tidak sedingin itu, bahkan jika bersama dengan para sahabatnya Sean juga terkadang seperti orang yang tak memiliki urat malu. Yang jelas sifat Sean tidak bisa di tebak oleh orang orang.

Banyak sekali komenan dari unggahan video itu yang menanyakan tentang siapa bayi tersebut. Bahkan ponsel Sean terus berdering dari nomer yang berbeda beda, tapi tidak ada satu pun yang di jawab olehnya. Sean men-silent kan ponselnya dan kembali fokus melihat sang adik yang sudah hampir menghabisi susu itu.

Tapi entah mengapa, Ziel justru terbangun. Matanya mengerjap lucu, ia menatap abang keduanya dengan aneh, apa lagi ia mulai menyadari ada sesuatu di mulutnya.
Ziel melepaskan sesuatu yang aneh baginya itu dan melihat bentuknya. Ziel tau bahwa itu adalah dot, karena Ziel pernah melihat anak bayi yang di berikan itu oleh ibunya di taman. Ziel pernah sekali kabur dari rumahnya untuk pergi berjalan jalan, dan berakhir di taman. Ziel yang awalnya tidak tau, akhirnya ia bertanya langsung pada ibu tersebut yang di beri jawaban bahwa itu adalah botol dot untuk bayi meminum susu karena bayi belum bisa minum di gelas.

Mengingat itu Ziel jadi kesal, dan ia membanting dot tersebut, beruntung susunya tidak tumpah.
"Kok di buang sih dek? Kan susunya masih ada." Ujar Sean mengambil kembali dot susu tersebut.

"Ziel bukan bayi abang! Ziel gak mau minum susu di dot, Ziel udah bisa minum di gelas, Ziel udah gede!" Protes Ziel kesal, tapi sekesal kesalnya Ziel, semua itu nampak lucu dan menggemaskan.

"Bukan bayi doang kali yang minum di dot, Ziel juga gak masalah kok kalau mau nge-dot, gak ada peraturannya kalau dot itu untuk bayi."

"Dot itu untuk bayi abang!"

"Kan Ziel masih bayi."

"Ziel udah gede, Ziel udah enam tahun!" Ziel mengangkat jari tangannya dan membentuk angka empat dengan dua jari kanan dan dua jari kiri.

"Itu empat baby... Begitu aja belum bisa, berarti bener abang kalau baby itu masih bayi, jadi minumnya harus pakai dot kalau mau bobo."

Ziel melengkungkan bibirnya, kedua matanya sudah berkaca kaca. "Bang Cean nakal, Ziel gak mau lagi sama abang. Huaaa mommy... Bang Cean nakal...." Teriak Ziel sembari menangis dan ia berlari keluar kamar mencari keberadaan sang mommy.

Baby Ziel (Ended)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang