Terlibat ❤

54 4 0
                                    


"Untung saja kami belum ingin pergi, jadi kami masih sempat berbicara denganmu," ucap Alrik.

"Terima kasih Om, tante, ada yang ingin saya bicarakan soalnya," ujar Genta.

Yuki yang baru saja datang ke ruang tamu kemudian duduk di samping Genta yang justru membuat Alrik dan Wendy bingung.

"Memangnya apa yang ingin kamu bicarakan Gen?" tanya Wendy lembut.

"Kafe kami bakal mengadakan pertemuan penting untuk para donatur sekolah dan beberapa guru juga," jelas Genta.

"Soal itu kami tau," ujar Alrik.

Genta mengangguk paham. "Kami membutuhkan Elvira untuk membantu acara kami."

"Kalo soal itu kami bisa memakluminya Genta, hanya sehari saja 'kan acaranya?" tanya Alrik.

"Iya Pa," jawab Yuki pelan.

"Tak masalah, setelah selesai dengan urusan kafe Elvira bisa pergi dengan kami," ucap Alrik.

"Seharusnya Om Alrik sadar alasan Elvira duduk di samping gue," batin Genta.

Genta tersentak melihat Safira yang diam-diam mengintip mereka. Gadis itu mengangguk memberi kode kepada Genta.

"Cukup sudah!"

"Saya mau Elvira selalu terlibat dengan saya, Om, Tante," ucap Genta final.

Alrik, Wendy dan Yuki terkejut mendengar ucapan Genta barusan. Ditambah pria itu langsung menggenggam tangan Yuki.

Safira yang diam-diam mendengar pembicaraan mereka tersenyum.

"Kamu yakin dengan keputusan kamu Gen?" tanya Wendy.

"Kenapa tidak Tante? Aku anak dari Samudra Aditya Guntur yang punya segalanya," jawab Genta tegas.

Alrik yang mendengar jawaban Genta itu seketika tersenyum. "Itu 'kan Papa kamu, gimana kamunya? Kamu punya segalanya?"

"Tentu tidak, tapi akan saya berikan seluruhnya kepada Elvira," jawab Genta berusaha tenang.

Wendy dan Alrik kemudian saling bertatapan berkomunikasi melalui tatapan. Lalu keduanya tersenyum menatap Genta.

"Semuanya tergantung jawaban anak kami Genta," ucap Wendy.

"Bukan maksudnya mengusir, namun waktu sudah sangat malam Gen," timpal Alrik.

"Saya mengerti Om, kalo gitu saya pamit dulu," ujar Genta berdiri lalu mencium punggung tangan Alrik dan Wendy.

"Hati-hati di jalan Gen."

"Iya Om."

Wendy melirik putrinya yang sedang menunduk entah memikirkan apa. "Elvira, antar Genta gih."

"Eh iya Ma," ucap Yuki pelan lalu beranjak pergi.

***


"Maksud lo apaan sih?! Tiba-tiba aja pengen ngelibatin gue?!" tanya Yuki kesal.

Genta berbalik lalu memandang wajah kesal gadis berponi itu.

"Gue mau lo bukan terlibat soal kafe kita aja tapi lo harus selalu terlibat dengan gue sampai kapan pun," ucap Genta tegas.

Yuki terdiam seketika. Ada desiran aneh pada hatinya mendengar ucapan pria itu. "Orang kayak lo kata-katanya emang sulit dicerna ya."

"Ya setidaknya lo ngerti maksud gue," ujar Genta.

"Gue cewek yang manja Gen, gue masih terlalu bergantung sama keluarga gue meski udah hidup mandiri," jelas Yuki.

"Kalo gitu lo bisa bergantung sama idup gue juga, gue bisa berikan segalanya sama lo," ujar Genta serius.

"Trus gue harus berikan apa sama lo? Gue merasa bakal jadi beban buat lo, gue udah cukup jadi beban buat keluarga." Yuki menunduk dalam-dalam mengingat betapa manjanya dulu dirinya ini.

Genta tersenyum tipis lalu berjalan mendekati Yuki. "Lo bisa berikan apapun sama kayak gue, ya mirip-mirip kayak mutualisme gitu hehehe."

Bukkk

Yuki dengan kesal memukul dada Genta meski pria itu tak bergeming sedikit pun. "Gue gak punya apa-apa yang bisa gue beri sama lo, lo udah punya semuanya yang gue bisa," ucap Yuki pelan.

"Kita bakal tau suatu saat nanti, gue juga bingung apa yang harus gue berikan sama elo, mungkin elo bisa ngasih gue waktu elo ke gue," ujar Genta.

"Tapi Gen-"

"Kasih sayang elo," potong Genta.

"Iya tapi-"

"Berbagi kesenangan dengan gue."

Yuki menatap teduh Genta, tangannya yang berada di tangan Genta perlahan bertengker di bahu pria itu. "Ada hal lain yang belum lo sampaikan ya?"

"Eh!" Yuki tersentak karena Genta menarik pinggangnya agar mendekat dengan pria itu.

"Maaf, andaikan aja gue ngasih tau rasa ini ke elo pasti cerita klasik ini bakal simpel tapi gue gak menyesali hal itu."

"Momennya bakal beda pastinya kalo gue langsung bilang rasa ini sama lo."

"Akan gue berikan segalanya sama lo, lo juga boleh berikan apapun sama gue, kita bakal saling bergantung nantinya."

"Mungkin juga kita bisa satu universitas nantinya, maybe di Malang, maybe di Surabaya, maybe di Bandung."

"Maybe di Yogya!" sahut Yuki tersenyum lebar.

"Boleh, meski beda universitas pun, beda daerah pun, bahkan beda negara pun kita harus saling terlibat satu sama lain."

Yuki tertawa pelan lalu memeluk erat tubuh Genta. Pria itu sempat tersentak namun tersenyum lalu membalas pelukan hangat gadis itu.

"Biar aku perjelas semuanya, hidupku ini aku berikan sama kamu," ucap Yuki.

"Terlalu berat sih, tapi aku senang dengernya," ujar Genta ikut mengganti kosakatanya.

Safira yang melihat kedua insan itu dari balkon kamar Yuki tersenyum tulus. "Bahagia deh lo berdua."

Gadis itu mengambil ponselnya lalu mengambil foto sepasang kekasih baru itu yang sedang berpelukan.

"Biar ada bahan gosip hihi."

PODROSTKI CAFE

"Bahagia itu sederhana."

PODROSTKI CAFE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang