Berhenti 🅿

58 4 0
                                    


Wendy dan Alrik tersenyum ramah menyambut kedatangan Genta. Mereka semua sudah dengar tentang Yuki dari Safira.

Seluruh keluarga Glucklich dan Genta duduk di ruang tamu. Genta sendiri tetap bersikap tenang karena hal seperti ini sudah biasa baginya. Dulu dia bahkan pernah di minta Samudra menemui keluarga teman ayahnya itu untuk membahas bisnis mereka.

"Kami berdua sudah dengar tentang kamu dari Safira, kamu putra dari tuan Samudra rupanya," ucap Alrik.

"Benar sekali Om," ujar Genta terseraya tersenyum. "Gue harap Safira gak ngatain yang aneh-aneh."

"Kami dengar juga kamu membuka usaha kafe bersama teman-temanmu bahkan Elvira juga ikut, benarkah?" tanya Wendy ramah.

"Iya Tante, mereka juga berpartisipasi kok," jawab Genta.

"Elvira sudah hidup mandiri dari dulu karena kami yang sibuk bekerja. Begitu juga dengan Safira yang sibuk sama kuliahnya," ucap Alrik.

Yuki yang mendengar itu hanya menunduk. Jujur, ia memang sangat kesepian selama hidup mandiri.

"Sekarang Om dan Tante 'kan udah disini jadi bisa senang-senang sama Safira dan Elvira dong," ujar Genta.

"Itu dia masalahnya sekarang, kami ingin menghabiskan banyak waktu bersama."

"Jadi...kami meminta Elvira untuk berhenti bekerja di kafe."

Deg

Yuki hanya bisa menunduk tak bisa berkata apapun, ia bingung ingin mengatakan apa, ia ingin bersama keluarganya tapi ia tak bisa meninggalkan mereka, sahabat-sahabatnya.

Genta tampak tak terkejut sedikit pun tapi kita tak tahu apa isi hatinya sekarang. "Genta mengerti Om, Tante."

Yuki menatap teduh Genta, apa pria itu tak merasa kehilangan dirinya? Mungkin Yuki memang hanya sekedar teman kerja baginya.

Safira yang dari tadi diam tiba-tiba saja melotot mendengar ucapan Genta.

"Terima kasih atas pengertian kamu, jadi kami bisa pindah dengan tenang," ucap Alrik.

Genta tersentak seketika, tunggu! Pindah? Genta tidak kepikiran sampai situ. "Pindah? Keluar kota?"

"Elvira antar Genta ke motornya," titah Wendy.

"Iya Ma," ujar Elvira.

"Genta pulang dulu, Om, Tante," pamit Genta menyalam Alrik dan Wendy.

"Fi, gue cabut dulu," pamit Genta ke Safira, namun gadis itu hanya mengangguk cuek.

Sesampainya di luar, keduanya hanya diam. Sibuk memikirkan hal yang sama.

"Kapan perginya?" tanya Genta.

"Beberapa hari lagi," jawab Yuki pelan.

"Siofra bakal sedih kalo tau soal ini," ucap Genta.

"Jangan kasih tau gih, kasihan dia," ujar Yuki khawatir.

"Apa bedanya kalo dia bakal tau akhirnya lo pergi?"

Yuki terdiam mendengar pertanyaan Genta. Ia khawatir Siofra bakal sedih ketika mengetahui mereka bakal berpisah nantinya.

"Fokus aja buat hari-hari yang tersisa, buat kenangan lo seindah mungkin," ucap Genta lalu menghidupkan mesin motornya.

"Bye Vi."

"Bye Gen."

"Pada akhirnya, gue jadi pengecut yang milih memendam perasaan gue."

"Gue lupa momen kapan gue mulai penasaran terlalu dalam dengan Elvira."

PODROSTKI CAFE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang