Sepi, satu kata itu untuk keadaan Podrostki Cafe saat ini. Mungkin karena tanggal tua jadi para pelanggan enggan mau datang."Sepi, kek di kuburan," ucap Zoro lesuh.
"Sepi, kek hatiku saat ini," ucap Ipan sok puitis.
"Sepi, kek hewan mama-"
"Sapiiii," ucap Ipan dan Zoro serentak memotong ucapan Wanca.
Ketiganya lalu menatap Ejak yang sedang baca koran. Ejak yang merasa diperhatikan lalu berkata, "Sepi, kek chat wa gue."
"Beberapa hari ini sepi mulu, ada apanya?" tanya Siofra yang duduk di samping Ejak.
"Tanggal tua kali," jawab Zoro asal.
"Atau kemahalan harganya," ucap Ipan.
"Udah pas banget loh ini harganya," ujar Yuki.
Tak berapa lama Genta masuk ke kafe dalam keadaan rambur acak-acakan, memang tadi ia sengaja terlambat karena ada keperluan kantor Samudra.
"Buset kusut amat tuh muka kayak kain lap," ejek Zoro.
"Barusan main Gen?" tanya Wanca absurd.
"Main apa njir?! Gue travel," ucap Ipan.
"Main sama laptop loh, cepet amat travelnya," jawab Wanca sengaja menjebak Ipan.
"Menjengkelkan banget," gerutu Genta sambil duduk di samping Yuki.
"Aku buatin teh mau?" tanya Yuki khawatir sambil merapihkan rambut Genta yang berantakan.
Genta yang sudah stres dan lelah hanya bisa mengangguk sebagai jawaban. Yuki lalu beranjak ke dapur untuk membuatkan teh.
"Mungkin kita harus live lagi ini," ucap Ipan.
"Live ngapain? Nunjukin betapa sepinya nih tempat," sahut Wanca.
"Lah ini saran gue Sanca!" ucap Ipan.
"Stop!!!"
Kedua orang itu terdiam karena manusia bar-bar itu.
"Gue ada ide," ucap Zoro sok misterius.
"Jangan ngadi-ngadi idenya ya," ucap Wanca mencegah keabsudan ucapan Zoro nantinya.
"Janji gak bar-bar idenya ya," timpal Ipan.
"Ck gak percaya amat sama gue," ujar Zoro.
"Nama ide gue adalah STAR!"
"Hah?" Mereka semua sontak kebingungan mendengar ucapan Zoro.
"Bintang?" tanya Ipan.
"Patrick?" tanya Wanca.
"Ck ck dasar otak udang, biar gue jelasin ya, STAR! Stop, Think, Assess, Respond," jelas Zoro.
"Nah abis tuh?" tanya Siofra.
"Gini-gini, Ca! Menurut lo kenapa nih kafe sepi?" tanya Zoro.
"Ya karna mereka pada bosen sama-"
"Stop!" potong Zoro sampai mulut Wanca masih dalam posisi terbuka.
"Itu dia, stop mikir yang aneh-aneh."
"Think dan Assess, kita pikir dulu apa yang seharusnya kita lakuin kalo dalam keadaan gini? Apakah kita harus main monopoli aja? Atau main gaplek? Atau main ludo?"
"Dan terakhir, Respond, apa respon kita selanjutnya," jelas Zoro.
"Ro, lo kepikiran dari mana ide gitu?" tanya Ipan curiga.
"Gue barusan baca bukunya si Genta tadi," jawab Zoro cepat.
"Pantesan," ucap Genta, memang ia sudah sadar sejak Zoro menjelaskan tadi. Tak berapa lama Yuki datang membawa teh hangat buat Genta dan roti.
KAMU SEDANG MEMBACA
PODROSTKI CAFE [SELESAI]
Подростковая литератураTentang Genta Sandyakala Samudra, siswa tajir yang membuka usaha kafe bersama teman-temannya. Tak sengaja kembali bertemu dengan Elvira Yuki Glucklich, mantan ketua kelasnya yang sangat cerewet. Yuki diajak oleh temannya untuk bekerja di kafe milik...