Siofra dan Yuki terkejut melihat bubuk dan biji-biji kopi yang sangat buruk itu. Kemarin mereka baru saja memesan bubuk dan biji kopi di tempat langganan mereka."Gen," ucap Siofra ketika melihat Genta datang.
"Kopinya buruk banget," ucap Siofra.
Genta hanya diam sambil memperhatikan kopi-kopi itu. Rahangnya mengeras kemudian. "Pan, gantiin tugas gue," suruh Genta saat Ipan baru saja datang.
"Yes! Gue gak jadi babu duo mak lampir," ujar Ipan langsung berlari pergi ketika mendapat pelototan Siofra dan Yuki.
Genta berjalan ke lantai atas menuju ruangan seperti kantor kecil untuknya. Ia lalu menghubungi tempat langganannya memesan kopi.
"Halo."
"Halo Gen."
"Saya kira Om gak perlu bingung alasan saya nelpon Om."
Genta bisa mendengar suara orang menghela napas di telepon.
"Harga yang di tawar negara luar lebih menguntungkan Gen dibandingkan penjualan pada negara sendiri."
"Jadi anda lebih memilih warga negara lain menikmati hasil kopi dari negara kita padahal warga negara kita justru mendapatkan hasil kopi yang buruk?"
Orang tersebut terdiam mendengar sindiran Genta.
"Ini untuk para karyawan saya, Gen."
"Kalo begitu berapa anda jual seluruh kebun anda?" tanya Genta membuat orang itu terdiam kembali.
"Apa maksud anda?"
"Akan saya beli dengan harga mahal, asalkan anda menjual hasil kopi terbaik untuk negara sendiri, bagaimana?" tawar Genta.
"Kenapa anda melakukan sejauh ini?"
"Jawab saja apakah anda mau atau tidak?
Orang di telepon itu terdiam sejenak. "Baiklah, tapi anda harus membantu para karyawan saya."
"Akan saya gaji para pekerja anda beserta anda sendiri dengan gaji 2 kali lipat dari biasanya."
"Baiklah, saya tunggu konfirmasi dari anda."
"Makasih Om."
"Terima kasih juga, Gen."
"Sama-sama Om." Genta pun mematikan teleponnya lalu bergegas pergi.
"Mau kemana lo, Gen?" tanya Zoro yang melihat Genta terburu-buru.
"Ada yang mau gue urus, bilang nanti sama Yuki tuh biji-biji kopi yang gak bagus di buang aja," ujar Genta lalu pergi.
"Mau mana Gen?" tanya Wanca yang sedang duduk di kursi parkiran.
"Perusahaan bokap gue," jawab Genta sambil memakai helmnya. "Duluan Ca."
"Yoi, ati-ati Gen."
Tinnn
Genta lalu pergi menuju perusahaan Samudra. Ia sebenarnya ingin berbicara dari telepon saja namun ia lebih memilih berbicara langsung saja.
Sesampainya di gedung milik ayahnya, Genta langsung menerobos masuk begitu saja menuju kantor ayahnya.
Cklek
"Genta," ucap Samudra heran karena tumben putranya mau datang ke kantornya.
"Genta mau beli kebun punya Om Satyo," ucap Genta to the point.
"Terus hubungannya sama Papa apa?" tanya Samudra.
"Genta mau Papa memperkerjakan orang untuk mengawasi kebun Om Satyo," jawab Genta.
KAMU SEDANG MEMBACA
PODROSTKI CAFE [SELESAI]
Teen FictionTentang Genta Sandyakala Samudra, siswa tajir yang membuka usaha kafe bersama teman-temannya. Tak sengaja kembali bertemu dengan Elvira Yuki Glucklich, mantan ketua kelasnya yang sangat cerewet. Yuki diajak oleh temannya untuk bekerja di kafe milik...