Musuh 📒

118 12 3
                                    


Karena belum terbiasa bekerja larut malam, para anggota kafe benar-benar mengalami pegal-pegal disekolah.

"Aduh pegal banget Fra," keluh Yuki sambil memijit bahunya.

"Sama Ki, mata gue kayaknya berkantong deh," ujar Siofra sambil berkaca menggunakan ponselnya.

"Awas Fra, nanti Ejak minder liat lo berkantong mata," celetuk Yuki menjahili Siofra.

"Ya enggaklah, secara Ejak dah cinta mati banget sama gue," ucap Siofra bangga.

"Iyain deh, bucin lo," cibir Yuki.

Bukk

Yuki hampir terhuyung karena tersenggol oleh seseorang.

"Jalan tuh yang benar!" bentaknya.

Yuki agak terkejut mengetahui orang yang menabraknya. Gadis itu bernama Agafia, banyak orang bilang dia adalah musuh dari Yuki sejak kejadian diwaktu kelas 10.

Memandang situasi, Yuki lebih memilih mengalah juga agar Siofra tidak mengamuk.

"Eh elo juga-"

"Udah Fra gak papa, emang gue yang salah kok," potong Yuki mencegah gadis bar-bar disampingnya ini meledak. Ia kemudian menatap Agafia yang tampak menatapnya tajam. "Yaudah gue minta maaf ya Fi."

"Cih merasa victim bener lo," cibir Agafia.

"Eh lo kok sewot ya jadinya?!" bentak Siofra tak terima.

Mereka bertiga langsung menjadi pusat perhatian banyak murid.

"Cih gak usah ikut campur lo! Ini urusan gue sama tukang fitnah kayak dia!" teriak Agafia tak terima.

"Eh bukannya elo juga sama ya?! Eh bahkan itu fakta loh yang dibilang Yuki," balas Siofra emosi.

Dari kejauhan Ejak datang membelai kerumunan murid-murid yang hanya ingin menonton itu, sedangkan dibelakang sahabat-sahabat Ejak menyusul.

"Fra udah," ucap Ejak menarik Siofra menjauh yang terus memberontak.

Yuki melihat Ian yang datang menjauhkan Agafia dari kerumunan.

"Fi udah ya malu diliatin orang," ucap Ian menangkan Agafia sambil menariknya menjauh.

Yuki yang melihat Ian yang tampak perhatian dengan Agafia hanya bisa menghela napas. Ini memang salahnya sepertinya.

Genta menatap Yuki yang hanya terdiam disana, ia hendak mendekati gadis itu namun tak jadi karena melihat Edo yang terlebih dahulu datang.

Pria itu membawa Yuki menjauh entah kemana, sepertinya ke taman sekolah.

"Lo kalah cepat bos," ucap Wanca yang menyadari maksud Genta, bukan Wanca saja sepertinya yang melihat hal itu, Ipan dan Zoro juga sama.

"Gue cuma mau bawa dia main sama kita, kasihan Elvira sendiri disitu, gak ada niatan lain kok," jelas Genta lalu pergi menjauh.

"Si Agafia masih dendam banget ya sama si Yuki padahal masalahnya kayak drama njir," celetuk Wanca.

"Bagi cewek itu dah besar banget," ujar Ipan.

"Padahal kalo diliat lebih dalam lagi dua-duanya salah sih," timpal Zoro.

***

Yuki bersiap pergi menuju parkiran, Siofra seperti biasa bersama Ejak duluan, memang nasib jomblo seperti itu.

Saat hendak pergi Yuki dicegat oleh Glen yang menatapnya datar.

"Glen."

"Tadi bertengkar sama Fia lagi ya?" tanya Glen datar.

"Iya, kamu tau dari mana?" tanya Yuki balik.

"Langsung jadi trending topik."

Yuki mengangguk paham, cepat juga beritanya tersebar. "Aku pergi dulu ya, bye."

"Coba lo jelasin sama Agafia, mungkin kalian bisa damai."

Langkah Yuki terhenti ketika mendengar perkataan Glen. "Aga gak bakal mau dengerin." Yuki lalu melanjutkan langkahnya meninggalkan kelasnya.

Di perjalanan ia bertemu dengan Edo yang sepertinya memang berniat menunggunya.

"Hai Ki, mau ke kafe, kan?" tanya Edo ramah.

Yuki tersenyum lalu mengangguk. "Iya Do, lo ngapain disini?"

"Nunggu elo, tadi dikelas mau gue ajak langsung tapi ada Glen," jelas Edo membuat Yuki terdiam.

Yuki agak tersentak ketika melihat Agafia yang menatapnya tajam dari pintu kelas, ia bisa melihat isyarat mengancam dari tatapan Agafia. "Mmm maaf ya Do, gue udah janji sama Genta tadi."

Yuki bisa melihat wajah Edo yang berubah jadi masam namun tak berapa lama pria itu kembali tersenyum. "Oke gak papa, lain kali aja deh."

"Gue pergi dulu ya Do," pamit Yuki sopan.

"Oke Ki, ati-ati ya."

Yuki mengangguk lalu pergi meninggalkan Edo. Sesampainya diparkiran ia melihat hanya Genta sendirian disana.

"Lah Gen yang lain mana?" tanya Yuki heran.

"Gue suruh duluan aja, takut ntar kita telat buka," jawab Genta menghidupkan mesin motornya lalu kembali menatap Yuki. "Lo kok lama kesini?"

"Gue tadi ada urusan," jawab Yuki antara bohong dan tidak jelas.

"Serius?" tanya Genta tak oercaya.

"Iya!" jawab Yuki ketus.

"Kok ngegas lo!"

"Lah elo gak percaya sama gue?!"

"Kan yang gue bilang fakta!"

"Fakta apaan?"

"Bukannya lo lagi ngobrol sama mantan lo? Sama si Edo juga?"

Yuki tersentak karena Genta mengetahui kejadian tadi, dengan perasaan berkecamuk ia langsung menaiki motor Genta.

Plak

Ia lalu memukul punggung Genta agak keras membuat pria itu meringis. "Jalan!" teriaknya.

"Lah kok-"

"Jalan!" teriaknya lagi.

"Buset dah lo-"

"Jalan." Genta terdiam ketika mendengar suara gadis itu yang mendadak menjadi serak, ia tersentak melihat mata gadis itu berair.

"Jalan Gen," cicitnya.

"Iya Vi, kita jalan kok," ucap Genta lembut sambil melingkarkan tangan Yuki ke pinggangnya takut gadis itu terjatuh, ia juga terkejut karena Yuki menyandarkan wajahnya dipunggungnya.

"Badmood nih gara-gara gue keknya," batin Genta sambil menjalankan motornya.

"Cewek emang aneh, membahas topik yang sensitif moodnya bisa berubah 180 derajat, itulah yang membuat gue menjauhi para cewek."

***

PODROSTKI CAFE [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang