Ujian sudah selesai, para murid-murid sontak langsung healing menyegarkan pikiran mereka setelah diperas habis-habis karena ujian.Soal kafe kami, gue mempekerjaan beberapa orang untuk bekerja disana. Investasi dari sahabat-sahabat gue terus dijalankan, gue yang ngurus kafe itu sekaligus perusahaan bokap gue. Mr.Rocky dan Mrs.Melody juga ikut investasi.
Sesuai tradisi sekolah, sebelum keluar dari sekolah tercinta diadakan pentas seni. Keluarga gue tentu memberikan sumbangan buat acara tersebut.
Untuk acara finalnya, gue minta Darya dan Zasha ikut acara, karena Wanca dan Zoro enggan ikut kalo mereka tidak ada.
"Tahun lalu kita duduk di kursi ini sebagai penonton, kini kita 'lah yang menjadi tontonannya."
"Merajut banyak cerita yang kita alami selama 3 tahun ini, sedih, pahit, senang bahkan depresi menyatu di hari-hari yang kita lewati selama di sekolah tercinta ini."
"Adik-adik kelas kami yang menjadi semangat bagi kami, kakak kelas kami yang dulu menjadi panutan kami dan guru-guru yang selalu sabar menghadapi kami."
"Mungkin ada dari kita dipertemukan dengan cara yang tak terduga namun kita akhirnya bisa sampai di titik ini sebagai tanda perjuangan kita."
"Teman-teman saya semua, saat nanti keluar dari sekolah ini, ingat'lah cerita bahagia kita ini, ingat juga perjuangan kita sebagaimana motivasi kita bahwa hidup bukan'lah sesuatu yang mudah, penuh dengan rintangan."
"Namun..." Glen menatap semua orang didepannya dengan tatapan senang. Lalu berakhir menatap gue, gue yang sadar tersenyum mengerti, begitu pula dengan Glen.
"...jika kita mau berusaha, segala rintangan itu bakal terlewati."
"Saya, Glen Sastrawirtomo, dengan ini mengucapkan selamat atas kelulusan kita bersama."
Suara tepuk tangan menggelegar di aula sekolah. MC acara lalu memberi tahu waktunya istirahat sekaligus para anggota OSIS akan membenahi aula untuk acara prom.
Lampu aula dimatikan menyisakan panggung yang sudah diisi alat-alat band. Para hadirin sudah berkumpul menunggu acara dimulai.
Musik merdu kemudian melantun indah mengisi sunyinya aula. Trio curut langsung membuka acara dengan berdansa dengan kekasih mereka.
Pandangan gue beralih ke Ejak yang tampak seperti pangeran dalam cerita Cinderella yang mengajak Siofra berdansa.
"Gen."
Gue menatap ke depan melihat asal suara itu. Elvira tersenyum malu dengan pipi meronanya yang tampak imut di mata gue.
"Mau dansa?"
"Terserah kamu," jawab Elvira malu-malu.
Gue enggan membalas, hanya berjalan selangkah lalu memeluknya. Senyum kami berdua terbit, gue membenamkan wajah gue di leher Elvira, menghirup wangi tubuhnya.
"Aku gak akan ninggalin kamu."
"Itu harus dong, itu udah sumpah buat kamu," ucap Elvira.
Gue gak tau bakal hubungan kami bertahan, gue gak tau bakalan gimana nasib gue sama sahabat-sahabat gue, gue juga gak begitu punya gambaran masa depan gue. Gue hanya berusaha melangkah trus, apapun yang terjadi kelak, terjadilah.
***
Author PovBeberapa bulan setelahnya...
Jakarta
"Apa mama gak marah tau kalo kita kesini?" tanya Genta.
"Enggak, santai aja," jawab Samudra mulai melempar anak panah pada papan dart.
KAMU SEDANG MEMBACA
PODROSTKI CAFE [SELESAI]
Ficção AdolescenteTentang Genta Sandyakala Samudra, siswa tajir yang membuka usaha kafe bersama teman-temannya. Tak sengaja kembali bertemu dengan Elvira Yuki Glucklich, mantan ketua kelasnya yang sangat cerewet. Yuki diajak oleh temannya untuk bekerja di kafe milik...