"Maam. Maksudnya.?" Lisa berusaha melihat wajah Jennie yang membelakanginya.
Mr. Namjoon tertunduk melihat tatapan CEO mereka.
"M-maaf." Katanya gugup.
Jennie tidak mengalihkan pandangan kemarahannya dari pria Kim itu.
"Ada apa Nona Jennie.?" Seseorang menyelahnya.
"Eoh Tuan. Tuan yang menyuruhku tadi untuk menunggu tuan kan.?" Lisa bertanya memastikam jika itu pria yang sama yang menyuruhnya untuk menunggu.
"Nee. Maafkan saya Nona. Saya hanya memastikan jika Bunga itu untuk CEO kami jadi sudah tidak ada urusan lagi dengan Nona."
Lisa mengangguk paham. Karena hal itu sering terjadi.
"Mr. Namjoon. Ada apa.?"
"I-ini berkas Untuk CEO, Bodyguard Peniel." Namjoon memberikan berkas itu ke pada Peniel dengan tangan gemetar. Tatapan tajam Jennie masih mengarah padanya.
"Biar saya yang membawa karuangan CEO, terima Kasih. Mr. Namjoon bisa meninggalkan kami."kata peniel meraih berkas itu. Peniel menyuruh Namjoon meninggalkan mereka. "Maaf Nona Jennie. Saya harus keruangan CEO untuk memberikan berkas ini."
"Terima kasih Bodyguard peniel, kami permisi dulu." Kata Jennie menarik lengan Lisa lembut.
Peniel tersenyum melihat kepergian mereka. Jennie membawa Lisa ke Cafetaria kantornya. Di sana masih sangat sepi karena jam makan siang memang belum waktunya.
"Kenapa pria tadi memanggilmu Maam..?" Lisa bertanya menarik kursi untuk Jennie di Cafetarian itu.
"Terima kasih." Katanya. "Mungkin Mr. Namjoon salah orang karena aku dan CEO kami memang selalu bersama. Jadi mungkin dia berfikir kau yang berdiri disampingku itu adalah CEO kami." Dia berkata tanpa ragu untuk meyakinkan Lisa.
Lisa tertawa mendengar perkataan Jennie. "Mana mungkin pria itu mengira aku CEO kalian. Kau menggodaku.?"
Jennie menegang apakah ucapannya barusan menyinggun perasaan Lisa. "M-maaf aku tid-" jennie tidak menyelesaikan perkataannya ketika Lisa kembali tertawa.
"Hahaha. Kenapa dengan wajahmu. Bukankah itu bagus jika aku mirip dengan CEO kalian, jadi mereka akan mengira aku CEO jika hanya melihatku sekilas." Katanya menyekah air matanya karena tertawa.
Jennie menjadi sedikit terganggu dengan ucapannya sendiri. "Berhentilah tertawa. Aku akan memesan makanan untukmu."katanya meninggalkan Lisa.
Jennie meninggalkannya untuk memesan makanan. 'Suatu kebetulan yang tidak masuk akal'. Bathinnya menatap punggung gadis yang sedang memesan makanan disana.
Lisa menghabiskan makanannya sedangkan Jennie hanya memakan setengahnya. "Apa kau tidak kasihan dengan makanan itu.?" Dia bertanya menyuapkan suapan terakhir kemulutnya.
"Kasihan.?" Tanya Jennie bingun.
"Ketika kau memesanya, makanan itu pasti merasa senang karena akhirnya seseorang akan memakannya. Tapi kau hanya memakan setengahnya yang lain akan menangis. Andai saja makanan itu bisa berbicara dia akan mengatakan 'Kenapa Kau hanya memamakan teman-temanku sedangkan aku tidak'." Kata Lisa berusaha dengan nada sedihnya.
"Tapi aku kenyang. Aku akan merasa mual jika sangat kekenyangan." Kata Jennie sedih.
Lisa menarik piring makanan Jennie Lalu memakannya. Jennie sempat menahannya namum Lisa menyuruhnya diam. Jennie terus memandangi gadis yang tengah lahap menghabiskan sisa makanannya.
"Lain kali jika kau tidak bisa memakan makanan sebanyak ini, kau bisa memesan setengah porsi saja." Kata Lisa menyekah bibirnya.
"Mana mungkin bisa seperti itu. Setiap restaurant atau pun tempat makan lainnya pasti memiliki porsinya masing-masing."
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Doubt You
Romance"Aku tidak pernah meragukanmu. Dan tak akan pernah terjadi." GxG