Hembusan angin malam menerpa wajahnya, rambutnya yang terurai serta gelas di tangan kanannya membuat gadis itu hanya terdiam. Pikirannya kosong yang membuat dia memilih di balkon sendiri.
"Hey, aku mencarimu sejak tadi sayang." Ujar seseorang dari arah belakannya.
"Aku tidak kemana-mana. Aku hanya sedikit lelah, kurasa."
Pria itu memeluk kekasihnya lalu mencium punggung kekasihnya yang sedikit terbuka.
"Apa yang ada di pikiranmu, kau bisa berbagi padaku."
Gadis itu memejamkan matanya menikmati pelukan kekasihnya. "Tidak ada, aku hanya sedikit kelelahan. Apa pestanya sudah selesai.?"
"Belum, tapi Lisa dan Jennie Nunna sudah istirahat karena Yuraa rewel jadi Daddy dan Mommy yang sedang menemani tamu. Kenapa.?"
"Tidak ada, aku hanya bertanya."
Haruto membalikkan tubuh Somi. Dia mengusap wajah kekasihnya sebelum akhirnya mengecup keningnya.
"Seharian ini kau banyak diam, kau sakit.?"
Somi menggelengkan kepalanya. "Tidak, akhir-akhir ini aku hanya merasa kelelahan mungkin karena tugas kuliahku yang banyak."
"Jangan memaksakan diri, kau tidak perlu menyelesaikan kuliahmu tahun ini. Waktumu masih panjang."
"Tapi Daddy menyuruhku untuk mengambil alih perusahaan dalam waktu dekat ini."
"Jangan terlalu dipikirkan, aku bisa membantumu apapun itu."
Somi hanya mengangguk, dia masuk kedalam pelukan Haruto. Keduanya saling berpelukan memberikan kehangatan satu sama lain.
Jika Haruto dan Somi sedang berpelukan, berbeda dengan kamar yang tepat di sebelahnya. Jisoo terus menatap kekasihnya yang sejak tadi berjalan mondar mandir di depannya.
"Chaeng, apa yang kau lakukan.? Kepalaku sakit melihatmu sejak tadi seperti ini."
"Aku hanya khawatir Beb."
Jisoo mengerutkan keningnya mendengar jawaban Rosé kekasihnya. "Khawatir.? Apa yang kau khawatirkan.?"
"Aku takut Jennie Unnie kesakitan karena monyet itu. Maksudku ini malam pertama mereka."
Jisoo membuang dirinya ke ranjang, dia tidak habis pikir dengan kekasihya. "Tidurlah Chaeng, aku rasa kau mabuk."
Rosé tidak mendengarkan ucapan kekasihnya, sedangkan Jisoo menarik selimut untuk tidur.
__________
Jennie meneguk minuman yang di tuankan oleh Nyonya Horvejkul, gadis itu berada di kamar nenek Lisa sedangkan Lisa menidurkan Yuraa karena sejak tadi pria kecil itu merengek ingin bersama Jennie.
"Yai tidak pernah berfikir jika kalian berakhir bersama. Yai bahkan berusaha memisahkan kalian karena ya, kau tahu bagaimana hubungan yai dengan keluargamu. Tapi Yai egois jika harus merebut kebahagian cucu Yai lagi. Sejak kecil Yai berusaha memberikan yang terbaik padanya, memberikan semua apa yang seharusnya dia miliki tapi dia selalu memilih jalannya sendiri hingga akhirnya yai berpikir jika dia hanya bisa membantah perintah Yai."
"Lisa sangat luar biasa, Jennie kagum padanya jauh sebelum Jennie tahu jika dia seorang Horvejkul. Jennie tidak pernah bertemu dengan orang sepertinya, itulah mengapa Jennie tidak pernah meragukan apapun yang Lisa katakan."
Nyonya Horvejkul mengangguk. "Ya, dia sangat bertanggung jawab, dia sama seperti ayah yai. Darah Manoban begitu melekat di darahnya."
Jennie terus menatap wanita tua di depannya, mendengarkan setiap kata yang keluar dari mulut wanita itu. Sesekali dia tersenyum merasa bangga bagaimana dia mendengar nama istrinya di sebut
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Doubt You
Romance"Aku tidak pernah meragukanmu. Dan tak akan pernah terjadi." GxG