"Senang bekerja sama dengan anda Tuan."kata Jennie menerima uluran tangan Pria paruhbaya didepannya itu.
"Saya juga senang dengan kerja keras anda Nona Kim. Anda memang pantas mendapatkan Tender ini." Katanya.
"Kalau begitu saya harus permisi Tuan. Malam ini saya harus kembali kekorea. Sampai bertemu dikorea Tuan, Saya menunggu kedatangan anda di kantor saya."
"Nee. Hati-Hati, Nona Kim."
Jennie dan Bodyguard Peniel meninggalkan Pria paruhbaya itu untuk kembali kekorea malam ini juga.
***
Apartemen kecil itu sudah berubah menjadi kapal pecah. Beberapa minumam kaleng beralkohol bersarakan di ruangan itu. Lisa hanya terbaring disofa dengan keadaan kacau. Matanya sembab yang dipenuhi lingkarang hitam. Sejak malam kemarin sampai malam ini lagi dia tidak beranjak dari apartemennya, dia terus menikmati minuman yang tidak pernah disentuhnya itu. Beberapa panggilan yang masuk diponselnya diabaikan olehnya. Dunianya hancur untuk yang ke dua kalinya.
"Jennie Ruby Jane Kim." Tersenyum masam menggumankan nama itu. Dia tidak tahu harus berbuat apa lagi. Kehilangan pekerjaan yang membuat hidupnya selama ini berkecupan itu tidak ada artinya dibanding rasa sakitnya dari kebohongan Jennie.
"RJ Corp. RUBY JANE."
Braakk
Suara bantingan ponsel terdengar nyaring diruangan sepi itu. Lisa melemparkan ponselnya yang sejak tadi berdering. Berjalan lunglai menggapai figura di samping TV. Lisa membelai wajah wanita cantik di photo itu.
"Mom. Lisa merindukanmu Mom." Isakan yang sejak tadi ditahan akhirnya keluar Juga. Lisa memeluk figura itu. "Mom. Hiksss. Kau tahu, Lisa mencintainya Mom. Lisa mencintainya. Tapi dia membohongi Lisa Mom, apa yang harus Lisa lakukan. Lisa selalu berusaha untuk tidak dekat dengan orang kaya tapi kenapa takdir selalu mempertemukan aku dengan mereka. Aku tidak ingin mengecewakanmu Mom, hikss."
Lisa kembali meluruh kelantai. Untuk menaiki tangga menuju kamarnya saja dia tak sanggup lagi. Rasa cintanya dan Janjinya kepada Mendiam Mommynya begitu bertolak belakang membuat rasa sakit itu semakin dalam. Dia selalu berusaha untuk menjauh dari orang-orang yang memiliki ekonomi atas walau pun dia tahu dia bisa berjuang untuk setara dengan mereka tapi rasa sakitnya dimasa lalu membuatnya enggang untuk mencapai itu semua.
Suara bell Pintu apartemen yang setiap waktu berbunyi hanya diabaikannya seperti saat ini. Dia tidak tahu itu siapa tapi dia berusaha tak menimbulkan suara apapun di dalam apartemennya hanya agar terdengar kosong.
Matanya perlahan terpejam merasakan lelah dalam dirinya. Berharap hari esok takdir tak mempermainkan hatinya lagi.
***
Jennie baru saja tiba di bandara incheon. Selama di Hawai memang dia tidak pernah mengabari Lisa begitu pun dengan Lisa yang tak pernah mengabari Jennie. Jennie hanya mengirim beberapa pesan waktu dia baru tiba disana. Dan hari ini dia tidak mengabari Lisa untuk memberikan kejutan padanya.
"Apa kau menyimpannya dengan baik Bodyguard Peniel.?" Dia bertanya kepada Bodyguardnya yang baru saja berdiri disampingnya.
"Nee Maam. Aku selalu membawanya." Kata pria itu sembari mengangkat Tas kecilnya dimana Uang pemberian Lisa ada disana.
Peniel membukakan pintu mobil untuk Jennie. Dengan Pria itu yang mengemudi. Bodyguard lainnya kembali ke Mansion atas perintah Jennie. Sedangkan dirinya akan menemui Lisa.
"Apa hari ini kau akan jujur padanya.?" Peniel bertanya melihat Nona mudanya di Kaca depan.
"Nee Oppa. Aku akan jujur padanya. Aku juga akan memberikan hadiah padanya. Kau sudah menyediakannya bukan.?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Doubt You
Romance"Aku tidak pernah meragukanmu. Dan tak akan pernah terjadi." GxG