NDY 10

7K 749 33
                                    

Jisoo merenggakan tubuhnya yang sejak tadi duduk di sofa ruangan Jennie. Adik sepupunya itu terlalu sibuk dengan pekerjaannya membuat Jisoo tertidur.

"Hoaamm.. bisakah kau berhenti bekerja hanya sebentar saja Jennie. Aku tidak tahu apa isi kepalamu itu, aku curiga pada Appa Soohyun dia menciptakan anak dengan otak robot." Katanya.

Jennie meletakkan penanya menatap kakak sepupunya. "Sudah bangun.? Sebagai seorang CEO kerjaanmu hanya bermalas-malasan unnie."

"Yakk.!! Jaga perkataanmu Jennie. Andai bukan Appa yang menyuruhku menghadiri meeting dikantormu aku tidak akan datang kesini." Jisoo berdecak kecal.

"Terserahmu saja." Kata Jennie melanjutkan pekerjaannya.

"Kau masih memiliki hutang padaku. Katakan siapa orang itu, kau membuatku semakin penasaran Jennie." Jisoo berdiri mendekati meja Jennie.

Jennie menghela nafas. "Dia seorang gadis unnie." Katanya membuat Jisoo melebarkan matanya.

"Deb.?"

"Aniya. Aku baru mengenalnya ketika aku baru tiba di Korea." Kata Jennie berjalan ke arah Dinding kaca diikuti Jisoo dibelakannya. "Aku tidak tahu apakah ini cinta atau sekedar mengaguminya. Seperti yang dikatakan Chaeng padaku, aku merasakan setiap detakan jantungku lebih cepat ketika aku bersamanya. Aku hanya ingin melihatnya setiap hari menghampiriku. Tapi-.?" Jennie menghentikan ucapannya membuat Jisoo mengangkat alisnya.

"Tapi apa.?"

"Dia tidak tahu jika aku seorang CEO."

"Kau mengenalnya hampir 2 bulan ini tapi dia tidak tahu kau seorang CEO. Bagaimana bisa.?" Jisoo bertanya tak percaya.

"Aku menyembunyikan identitasku Unnie. Aku tidak ingin merendahkannya. jika dia tahu aku CEO, aku rasa dia akan menghindariku. dia gadis yang pekerja keras demi membiayai hidupnya unnie."

"Apa alasanmu untuk menyembunyikan identitasmu.?"

"Aku tidak tahu, hanya ingin. Selama ini aku memiliki teman yang setara denganku tapi tidak ada yang tulus dengan pertemenan itu." Jisoo mengambil minuman di lemari Es didekatnya menunggu penjelasan adik sepupunya itu. "Setelah mengenalnya, aku belajar banyak darinya. Menghargai apa yang aku dapatkan, bersyukur karena aku terlahir dikeluarga seperti ini."

"Tapi apa dia tidak akan merasa lebih terendahkan jika suatu hati dia tahu siapa kamu.?"

Jennie sedikit berfikir. "Dalam waktu dekat ini aku akan jujur padanya."

"Jika dia meninggalkanmu.?"

"Aku akan berusaha meyakinkannya." Kata Jennie.

"Tidak semudah itu Jennie. Seharusnya dari awal kau jujur padanya. Bagaimana jika dia mengetahui dari orang lain.? Dia akan lebih kecewa lagi padamu. Dia akan merasa kau lebih merendahkannya. Jika dia tahu dari awal kau siapa dan dia tidak ingin berteman denganmu itu hak dia. Kau tidak bisa memaksa sesuatu sesuai keinginanmu."

"Tapi dia berbeda Unnie. Aku tidak hanya ingin berteman dengannya. Aku ingin lebih."

"Justru karena kau ingin Lebih harusnya kau jujur padanya. Kau sama saja membohongi dirimu sendiri jennie. Kau menyukainya tapi kau menempatkan dirimu seakan kalian sama. Cinta tidak semudah itu, aku tahu maksudmu kau mencari seseorang yang benar-benar tulus padamu tanpa memandang siapa dan bagaimana kamu. Tapi apakah kau berfikir bagaiamana perasaannya yang seakan kau permainkan.? Ketika suatu hari nanti dia mengetahui semuanya entah itu darimu atau orang lain dia akan merasa sakit Jennie. Karena dia sudah berharap padamu. Dia sudah berharap menemukan orang yang setara dengannya. Apa kau mau melihatnya seperti itu.?"

Never Doubt YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang