Tukk..
Microphone mendarat tepat di kepala seorang pria yang sedang tertidur. Ini masih siang, pekerjaan semalam yang membuatnya lembut membuatnya tertidur di dalam studio siang ini.
"Aww.."
Jungkook memekik karena rasa sakit di kepalanya terlebih tidurnya terganggu yang entah siapa yang berani mengganggunya.
"Apakah tidak ada tempat lain untuk tidur, kau merusak moodku Kookie."
Jungkook memutar matanya malas setelah tahu siapa yang memukulnya dengan Mic.
"Apa yang kau lakukan disini, kurasa kau tidak ada jadwal untuk rekaman.?"
"Studio ini bukan hanya untuk rekaman saja, Suga menyuruhku kesini dan ya jadilah aku disini."
Jungkook mengangguk saja, dia berdiri dan melangkah ke arah kursi kerjanya yang sudah Suga percayakan padanya.
"Akhir-akhir ini kau terlihat sangat sibuk.?" Tanya Jungkook.
"Huh.. bukan sibuk, hanya saja berusaha menyibukkan diri."
Jungkook mengerutkan keningnya menatap gadis tomboy didepannya.
"... dengan apa yang selama ini kami lalui bukanlah hal yang mudah, mungkin aku bisa saja mengikhlaskannya tapi tidak semudah itu aku bisa melupakan semuanya. Aku mencintainya walaupun aku tahu dia tidak mencintaiku, dia hanya menganggapku seorang kakak yang selalu menemaninya ketika ke LA. Tapi kebersamaan itu membuat rasa cinta itu tumbuh dan perlakuannya padaku seakan-akan memberikan harapan lebih. Apa aku salah jika aku merasakan kecewa.?"
Jungkook menggeser kursi kerjanya mendekat pada gadis didepannya itu. "Kau merasa kecewa.? Itu wajar Deb. Yang kau rasakan tidak salah bahkan aku juga merasakannya walaupun tidak sedalam yang kau rasakan. Kita mencintai orang yang sulit kita miliki terlebih aku, aku merasa tidak pantas untuk mencintainya apalagi memilikinya. Sebelum hadirnya Jennie kami dekat, tapi bukan sedekat kau dan Jennie."
Deb memejamkan matanya sejenak. Dia kecewa dan sakit pada Jennie tapi dia tidak bisa melakukan apapun. Selama ini dia bertindak layaknya pasangan yang baik untuk Jennie walaupun dia tahu Jennie tidak pernah membalas kata cintanya tapi apakah salah jika Deb berharap lebih karena sikap Jennie yang seakan-akan memberi jalan.?
"Sejauh ini aku mencoba melupakan apa yang terjadi. Lisa baik padaku. Aku sampai dititik ini karena kebaikannya. Selain mengalah dan mundur apa lagi yang bisa aku lakukan. Jennie bahagia bersama Lisa."
"Huh... cinta memang rumit, makanya aku enggang untuk mengenal yang namanya cinta. Seluruh cintaku aku tuangkan pada musik." Suga datang menyelah pembicaraan mereka. Sedikit yang dia tahu jika kedua orang didepannya itu sama-sama patah hati.
"Kau benar, lebih baik aku fokus pada karirku."
Deb berdiri menghampiri Suga karena tujuan awalnya ke studio memang bertemu dengan Suga.
_________
Beberapa hari berlalu, Lisa dan Haruto masih sibuk dengan bisnis trip mereka. Haruto lelah tapi melihat semangat kakaknya membuat dia kembali bersemangat. Jika dulu dia hanya ikut bersama sang ayah dan hal itu membuat dia bisa istirahat tapi berbeda dengan Lisa, dia tidak memberinya istirahat jika mereka belum benar-benar menyelesaikan tugas mereka.
"Ayolah Nunna, 10 menit saja. Mataku sudah sangat berat melihat berkas-berkas ini." Keluh Haruto seraya mengangkat kertas ke atas meja.
Lisa mengerutkan keningnya menatap sang adik yang sejak tadi mengeluh. Ini sudah pukul 10 malam, tapi dia enggang untuk berhenti. Pertemuan para petinggi perusaan dilakukan besok untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya mereka kembali jadi mereka harus benar-benar mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan sebelum melaporkan semuanya pada sang ayah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Doubt You
Romance"Aku tidak pernah meragukanmu. Dan tak akan pernah terjadi." GxG