Setelah semuanya selesai. Seorang gadis dan seorang pria muda sedang berjalan keluar dari area bandara incheon. Seorang gadis yang hanya menenteng Boston Bag nya sedangkan pria muda itu lagi-lagi menggerutu karena membawa 2 koper miliknya dan milik kakaknya.
"Aku ingin pulang ke Thailand, tapi Nunna membawaku ke korea." Kesalnya.
"Nunna tidak membawamu, kau saja yang ingin ikut. Kau bisa memesan tiket untuk ke Thailand tapi yang ada kau malah ingin ikut bersamaku."
Lisa terus melangkah tanpa peduli Haruto yang terus menggerutu, karena memang benar itu bukan kesalahannyanya. Sebelum berangkat dia sudah mengatakan jika akan ke Seoul bukan ke Thailand namun pria muda itu malah ikut.
Beberapa menit berlalu, mereka sudah berada didalam mobil.
"Kau ingin ke penthouse atau ke apartemen Nunna.?" Lisa bertanya tanpa menoleh pada Haruto karena asyik dengan ponselnya.
"Apartemen Nunna saja, Penthouse terlalu besar jika hanya tinggal berdua."
"Siapa bilang kita akan tinggal berdua, kau akan sendiri. Nunna akan tinggal di apartemen Jennie."
Mata Haruto terbelalak mendengar ucapan kakaknya. "Yak!! Lalu untuk apa aku ke Seoul sedangkan Nunna meninggalku sendiri di apartemen."
"Ingat, bukan mauku tapi maumu."
"Tapi--- Aaisshh... sudahlah terserah Nunna saja."
Lisa mengacak rambut Haruto karena gemas setiap kali malihat adiknya kesal karena ulahnya.
_________
Tut.. Tut.. Tut...
Suara pin pintu terdengar membuat kening Jennie berkerut, dia tidak pernah memberitahu pin apartemennya kepada orang lain kecuali. Dengan rasa takut dan cemas, dia meraih apapun yang bisa membantunya untuk melawan jika orang itu berniat jahat padanya.
Dengan langkah pelan namun pasti, dia berada di balik tembok tepat dimana pintu apartemennya ada dibelakang. Sebuah Talenan kayu dia genggam karena hanya itu yang bisa dia andalkan karena pisau terlalu bahaya fikirnya.
Detak jantungnya berdetak dua kali lipat lebih cepat setelah mendengar langkah kaki. Jennie menutup matanya, dia akan keluar dari persembunyiannya untuk menghajar orang yang telah berani masuk ke apartemennya itu.
"Kyaahhh..."
Tukk.. Tukkk .
"Aawwww.."
Lisa memekik kesakitan karena Talenan kayu yang Jennie genggam tepat mendarat di jidatnya. Lisa menggelengkan kepalanya karena merasa sangat pusing. Jennie diam membeku melihat kehadiran Lisa namun detik berikutnya matanya terbelalak karena Lisa jatuh begitu saja dan tak sadarkan diri.
"Li-Lili~."
***
1 jam berlalu, Jennie terus setia menatap wajah tenang Lisa. Dia sangat merasa bersalah pada kekasihnya karena aksinya tadi. Tapi dia juga bepikir jika itu bukan sepenuhnya salahnya karena Lisa tidak mengabarinya jika dia akan pulang.
"Ngghh~~"
Lisa melengguh, dia menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan karena masih merasa sedikit pusing.
"S-sayang.."
Walau sedikit takut, Jennie mendekati wajah Lisa untuk memeriksa keadaan kekasihnya apakah baik-baik saja atau tidak.
"Sayang, apa kau baik-baik saja.?" Panggil Jennie lagi.
Lisa sedikit menoleh dan mendapati wajah Jennie. Dia mengerutkan keningnya begitupun dengan Jennie yang tidak mengerti maksud ekspresi Lisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Doubt You
Roman d'amour"Aku tidak pernah meragukanmu. Dan tak akan pernah terjadi." GxG