Jennie POV
Aku menyiapkan diri. Malam ini aku akan berangkat ke Hawai. Tapi sebelum itu Lisa mengatakan padaku jika aku harus menemuinya terlebih dahulu di apartemennya.
Aku tidak tahu mengapa, dia hanya mengatakan padaku sebelumnya. Aku menutup berkas tender itu. Tender di Hawai adalah tender terbesar yang aku dapatkan. Aku bangga pada diriku sendiri dengan apa yang terus berpihak padaku dan aku rasa semua perusahaan di korea cemburu dengan itu.
Aku baru saja ingin berdiri ketika seseorang masuk keruanganku. "Ada apa Peniel.?" Aku bertanya karena sepertinya dia menyembunyikan sesuatu. Dua hari ini sikapnya sangat berbeda. Tapi siapa aku yang harus tahu privasinya.?
Dia berjalan kearahku dan memberikan berkas baru. Aku mengambilnya dan membuka Map itu. "Kenapa bisa terjadi. Bukankah hanya RJ Corp.?" Aku bertanya padanya tapi dia hanya menundukkan kepala. "Jika begitu. Antar aku kesana sebelum aku berangkat."
Aku mengambil Jas serta tasku. Peniel membuka pintu, itu sesuatu hal yang sering dia dilakukan. Tapi tidak ketika kami sedang berdua. Aku sudah menganggapnya seorang kakak laki-laki yang selalu menjagaku.
Aku ke apartemen Lisa hanya bersama Peniel Oppa. Bodyguardku yang lain sudah menuju bandara. Aku menyuruh Peniel Oppa untuk berhenti sedikit jauh dari apartemen itu.
"Aku akan menunggumu diujung jalan sana." Kata Penniel Oppa. Aku hanya menganggukan kepalaku.
Lift terbuka. Aku berjalan ke arah unitnya. Jika kalian bertanya kenapa aku menyukainya.? Aku juga tidak tahu. Aku tidak pernah jatuh cinta sebelumnya tapi setelah bertemu dengan Lisa aku rasa aku sudah tahu apa itu cinta.
Aku menekan bell dan menunggunya. Seseorang membuka pintu dan itu Lisa, gadis yang membuatku jatuh hanya karena tatapannya.
"Maaf aku baru selesai mandi, apa kau sudah lama menunggu.?" Dia berkata dan aku menggelengkan kepalaku.
"Aku baru sekali menekan bell. Apa aku tidak boleh masuk.?" Aku bertanya karena kami masih diambang pintu. Dia hanya tertawa lalu memberi ruang untuk masuk.
"Kau mau minum apa.? Pagi tadi aku membeli beberapa jus kotak." Katanya.
"Strawberry ada.?"
"Ada. Tunggu sebentar." Dia berjalan ke kitchen setnya dimana lemari es itu berada.
"Jadi apa yang ingin kau katakan padaku.?" Aku bertanya dan dia memberikan kotak Jus itu padaku.
"Kau terburu-buru.?" Tanyanya.
"Tidak. Aku hanya penasaran." Dia tidak menjawabku lagi. Dia berdiri menuju arah kamarnya. Aku melihatnya kembali membawa sesuatu. Aku tidak tahu apa itu. Aku mengerutkan keningku ketika dia memberikannya padaku.
"Apa ini.?" Aku bertanya dan meraih amplop coklat yang sedikit tebal itu.
"Aku tahu itu tidak cukup untuk biaya pengobatan halmonimu. Tapi aku mohon jangan jual perkebunan kalian." Katanya. Aku tercengan mendengar ucapannya.
"Dari mana kau mendapatkan uang ini.?"
Aku melihatnya tersenyum. Senyuman itu seakan membuatku terhipnotis sehingga aku juga tersenyum padanya.
"Aku menjual Motorku." Katanya yang membuat senyumku hilang.
"Lisa. Kau tidak perlu melakukan ini, kau sudah lama memimpikan motor itu dan aku bisa berusaha sendiri untuk biayanya." Aku berkata. Aku merasa bersalah padanya.
"Nini. Aku bisa mengumpulkan uang untuk membeli motor itu lagi, Percaya padaku. aku hanya ingin membantumu."
"Tapi motor itu impianmu Lisa. Aku tidak bisa menerima ini." Bagaimana bisa dia menjual motornya hanya karena ingin membantuku sedangkan aku membohonginya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Never Doubt You
Romance"Aku tidak pernah meragukanmu. Dan tak akan pernah terjadi." GxG