9. Zayn.

3.7K 465 35
                                    

Zayn didepan matanya.

Yasmin benar-benar merasa aneh ketika tahu jika Laki-laki ini juga sudah berada di sekolah, pagi-pagi buta seperti ini.

Memikirkan jika Zayn kemungnkinan adalah penggemar rahasianya juga adalah hal termustahil yang pernah Yasmin bayangkan.

Ia terpaku untuk sesaat, menatap dengan sangat jelas bagaimana rupa orang yang ia taksir selama ini sedari dekat.

Rambutnya yang di potong rapih, matanya yang sedikit lancip kemudian hidunya mancungnya yang menjadi sorotan utama di mata Yasmin.

Lihat? Betapa tidak masuk akal semua ini?

Pertama Ezra. Kemudian Zayn?

Yasmin menggeleng. Saat ini ia merasa untuk pertama kalinya, kalau usulan temannya Selena, tidak masuk akal sama sekali. Karena, kalau di fikir-fikir lagi, siapapun bisa saja datang di pagi buta seperti ini, kan?

Walaupun nama dari kedua laki-laki yang Yasmin temui ini memang ada unsur Z nya, bukan berarti mereka penggemar Yasmin, kan? Bukan berarti mereka menyukai Yasmin.

Nafas Yasmin tertahan cukup lama, ia bahkan tak sadar kalau sedari tadi ia belum berkedip, selama ia memandangi Zayn dari dekat. Perempuan itu baru bisa berkedip atau tersadar ketiaka Zayn Berkata,

"Gak papa, gue juga tadi gak liat-liat jalan kok," kata Zayn ikut memungut buku-bukunya.

Yasmin Mengedipkan matanya beberapa kali. Setelah Zayn berkata demikian, jantungnya semakin berdetak tidak karuan, macam ia baru saja selesai lari estafet.

Suara Zayn! Teriak Yasmin dalam hati. Yasmin mendengar suara Zayn dari jarak dekat.

Karena salah tingkah, Yasmin refleks menyelipkan anak rambutnya di balik telinganya, lalu menggaruk sedikit belakang kupingnya.

Belum apa-apa saja wajahnya sudah terasa panas. Apalagi nanti kalau ada apa-apa. Eh?

Yasmin buru-buru berdiri sembari membawa beberapa buku olimpiade milik laki-laki itu, dan hendak memberikannya kembali kepada pemiliknya. Fikirannya sudah mulai tidak normal sehabis ia melihat Ezra tadi. Laki-laki itu seakan membawa pengaruh buruk bagi otak Yasmin. Ditambah, dengan kemunculan Zayn yang tiba-tiba di hadapannya.

Yasmin nyaris yakin jika dirinya sebentar lagi akan kencing di celana.

Zayn menatap Yasmin juga buku yang sedang di sodorkan perempuan itu. Niat hati ingin mengambil buku yang sedang di pegang perempuan itu, namun kemudian ia melihat ke arah tangannya sendiri yang juga sudah membawa setumpuk buku.

Zayn tersenyum.

"Sorry, Lo bisa bantuin gue?" Tanya Zayn.

Yasmin menatap Zayn dengan bergumam sedikit. Pupil matanya seketika membesar, ketika melihat bibi laki-laki itu.

Satu, di benak Yasmin. Senyum Zayn sangat menarik.

"Bantuin gue bawain buku yang lo pegang itu, ke perpus, boleh?" Tanya Zayn lagi, alisnya sedikit terangkat.

Yasmin membuka matanya lebar. Barusan Zayn bilang apa?

"Ya?"

"Bantuin bawa buku ke perpus boleh?" Ulang Zayn lagi untuk yang ketiga kalinya.

Yasmin meringis di dalam hatinya. Sialan! Baru satu kali dirinya berbicara di hadapan pria yang ia taksir ini, dan dia sudah mempermalukan dirinya sendiri dengan bertingkah bodoh.

"Oh, iya boleh," kata Yasmin cepat setelah ia bisa mengusai dirinya sendiri.

Zayn tersenyum lagi "Makasih. Yasmin,"

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang