38. Memenangkan taruhan

2.7K 322 48
                                    

Zayn mengeraskan rahangnya.

Begitu ia memasuki kelas, dan mendapati Ezra seorang diri, sedang duduk manis di kelasnya.

"Good morning," kata Ezra, menaikan sebelah alisnya, seraya tersenyum sinis.

Zayn memutar bola matanya malas, dengan menenteng tas sekolahnya pada bahu kanannya ia berjalan ke arah tempat duduknya berada, lalu dengan sedikit hentakan, ia menaruh tasnya pada kursinya.

"Lo keterlaluan," kata Zayn, sama sekali tidak melihat ke arah Ezra.

Ezra mengedikan bahunya "Apanya? Gue play fair kok. Yasmin setuju mau jadi pacar gue,"

Zayn dengan mata sudah setengah berapi, menolehkan kepalanya cepat ke arah Ezra "Dengan ancaman apa lo bisa ngebuat Yasmin mau sama lo?"

Ezra tersenyum "She does want me Zayn, as i said, there is nobody who doesn't want me. Akui saja kalau gue menang taruhan,"

"Ezra, seharusnya dari taruhan ini, lo bisa dewasa sedikit saja. Gue berharap paling tidak lo sadar, kalau tidak semua hal bisa lo milikin hanya karena lo seorang Widjaya. Termasuk juga Yasmin. Gue tau, Yasmin tidak mungkin mau dengan lo, kalau tidak lo ancam,"

"Kenapa? Karena lo tahu kalau perempuan itu menyukai lo? Makanya lo tidak percaya kalau dia mau jadi pacar gue?"

Zayn membelalakan matanya, kedua tangannya terkepal kuat-kuat "Lo-"

"Akun Diary SMA Gantari," Ezra mendengus "Satu tahun Zayn lo pegang akun itu. Sudah berapa kali Yasmin confes sama lo di sana sampai lo merasa di atas awan?"

Zayn berjalan cepat ke arah Ezra, kemudian laki-laki itu segera menarik kerah leher Ezra dengan kasar.

Ezra tertawa sinis "Kenapa?"

Zayn menghentak kerah kemeja Ezra "Gue tidak perduli dengan segala macam kekuasaan yang lo miliki, ataupun segala macam hak istimewa yang bisa lo peroleh dengan nama belakang lo. Tapi gue peringati Ezra, jangan ikut-ikutan soal akun itu,"

Ezra mendengus selagi bibirnya tersenyum "Kenapa? Takut kalau kedok lo gue buka? Takut kalau lo ketahuan, selama ini, ternyata si pintar Zayn yang suka buka aib-aib anak-anak di sekolah, demi kesenangannya sendiri."

Zayn menggeram tertahan "Apapun yang gue lakukan dengan akun itu. Tidak ada urusannya sama sekali dengan lo," bentak Zayn.

"Oh, jelas ada. Lo sudah mempermainkan gue dengan taruhan bodoh lo itu. Lo tau Yasmin menyukai lo, makanya lo membuat gue setuju dengan taruhan itu. Supaya lo bisa menang kan? Alasan klise Zayn! Pada akhirnya, Yasmin tetap mau dengan gue,"

Zayn menarik nafasnya panjang sembari menggigit giginya keras "Gue tau lo sudah berbuat sesuatu sampai Yasmin mau sama lo,"

"Lo bisa tanya Pam dan teman-temannya, kalau lo tidak percaya. Di malam gue jadian dengan Yasmin, mereka ada di sana, makan malam dengan gue dan Yasmin. Foto-fotonya juga sudah banyak tersebar. Bahkan seharusnya di akun sialan lo itu juga ada foto gue dan Yasmin. Tapi lo sama sekali tidak mau mengunggahnya karena lo tidak mau mengaku kalah taruhan, kan?"

Ezra melepas tangan Zayn yang berada di kerahnya dengan kasar. Untung saja keadaan kelas sedang sepi, kalau tidak, mungkin pertengkarannya dengan Zayn ini bisa memicu kerumunan masa lagi.

Ezra membetulkan dasinya yang berantakan karena ulah Zayn "Satu hal yang perlu lo tahu. Gue tidak main curang Zayn. Gue tidak mengancam Yasmin seperti kata lo barusan. Kalau lo tidak percaya, Lo bisa tanya bokap lo,"

"Apa urusannya dengan bokap gue,"

Ezra menyeringai samar "Bokap lo juga ada di sana kemarin malam,"

"Maksud lo?"

"Sebagai pegawai teladan. Bokap lo dengan gampangnya menyetujui permintaan gue untuk melayani gue kemarin malam." Ezra menepuk bahu Zayn "it was good. Yasmin juga sangat suka dengan masakan bokap lo-"

Perkataan Ezra terselak begitu pipinya terasa berdenyut, ketika ia tiba-tiba saja ia di tinju oleh Zayn.

"Lo benar-benar keterlaluan Ezra!" Bentak Zayn.

Ezra mengusap sudut bibirnya yang berdenyut seraya mendengus senang "Jangan salahkan gue Zayn. Lo jelas tahu, Gue tidak akan bertindak sejauh ini, kalau bukan lo yang duluan yang mulai,"

Zayn sekali lagi menarik kerah kemeja Ezra lalu meninju laki-laki itu untuk yang kedua kalinya

"Tujuh tahun sudah berlalu Ezra. Tapi sikap lo masih persis seperti anak-anak," maki Zayn lalu laki-laki itu meninju Ezra lagi untuk yang ketiga kalinya.

Kepalan tangan Zayn sudah terangkat, ia sudah siap-siap akan meninju Ezra lagi. Ketika tangannya tiba-tiba saja tertahan, begitu Andre menangkis tangannya lalu meringkusnya dengan cepat di lantai.

"Lepas," geram Zayn serak.

Ezra menatap Zayn yang sudah tertunduk di lantai sembari tangannya di pegangi oleh Andre. Laki-laki itu mengusap sudut bibirnya lagi, lalu menghembuskan nafasnya panjang.

"Tujuh tahun," Gumam Ezra, kemudian laki-laki itu tersenyum sendu "Mungkin sekarang gue memang masih bersikap kekanak-kanakan seperti tujuh tahun lalu, Zayn. Tapi at least gue tidak pernah mengkhianati teman gue sendiri,"

Zayn menarik tangannya yang sedang di tahan oleh Andre dengan keras.

Ezra melirik ke arah bahunya sendiri dengan samar lalu mendengus "lo tahu? Bagi gue, Zayn yang gue kenal tujuh tahun lalu jauh lebih dewasa daripada Zayn yang gue lihat di depan gue sekarang,"

"Mas, perlu saya panggilkan dokter Hartono-"

"Biarkan, Andre," selak Ezra, yang sekarang sudut bibirnya sudah penuh dengan darah "Aku tidak ingin orang-orang sampai tahu,"

"Tapi Mas," kata Andre

"Lagi pula, kita memang harus segera pergi kan? Kamu tahu, seharusnya aku tidak datang ke sekolah hari ini. Tidak usah repot memanggil Hartono, Andre,"

Zayn menatap Ezra dengan pandangan yang sulit sekali di artikan, laki-laki itu masih mengepalkan tangannya dengan keras. Masih tersulut dengan emosinya sendiri.

Pikirnya, kalau saja Andre tidak ada di sini, Zayn bersumpah masih mau meninju rahang Ezra karena perbuatan laki-laki itu yang sudah di luar batas.

"Kalau lo memang tidak suka dengan Yasmin, jangan main-main dengan perempuan itu Ezra. Gue peringati," kata Zayn masih menahan kepalan tinjunya.

Ezra mendengus, ia tidak tahu apa yang merasuki Zayn hingga ia berkata seperti itu. Tapi yang Ezra tangkap, Zayn sekaan baru saja mengakui kalau dirinya memang memenangkan taruhan

"Kita lihat saja nanti,"

"Ezra!" Tegur Zayn.

"Gue tidak punya waktu untuk ocehan lo, Zayn. Gue harus terbang ke Singapura siang ini, jadi simpan dulu ocehan lo sampai gue kembali tiga hari lagi,"

***

Mau double up tapi masih bingung, soalnya part ini kaya dikit gitu. Enaknya gimana ya? 😏

Double apa enggak?

Oh, buat yang bilang. "please jangan bikin Yasmin kurus dulu"

Chill, guys. Dari awal bikin cerita ini, aku emang gak ada niatan untuk bikin Yasmin kurus. Karena memang fokus ceritanya bukan di perjuangan Yasmin buat jadi kurus, tapi di hal lainnya Hehehe. Jadi tenang aja, nikmatin aja alurnya.

Yuk, jangan lupa di vote 👇👇

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang