18. Sisi Lain Yasmin.

2.9K 349 19
                                    

"Jangan banyak-banyak!"

Yasmin memejamkan matanya seraya menghembuskan nafasnya lelah. Jam delapan pagi, dan Yasmin sudah di marahi ibunya. Padahal yang ia lakukan hanya mengambil satu tangkap roti tawar, dari pyrex kaca di atas meja makan.

Satu tangkap, dan Yasmin langsung di marahi.

Sementara Abangnya, Bryan, sudah memakan dua tiga tangkap roti dan sama sekali tidak di tegur oleh ibunya.

"Coba lihat badan kamu? Gak malu gitu?" Kata Maya, Ibu Yasmin kepada Yasmin.

Yasmin yang beberapa menit yang lalu merasa biasa saja, langsung merasa lesu begitu mendengar kata-kata dari ibunya sendiri.

Ibunya, sedang menyuruh Yasmin untuk tidak makan secara tidak terang-terangan.

"Kamu tuh, jadi perempuan harusnya jaga diri. Ngerawat diri yang bener, bersolek, supaya nanti ada yang mau dan gak berakhir jadi perawan tua," kata ibunya.

"..."

Maya menatap ke arah anak perempuannya sembari mengolesi roti dengan selai coklat. Tatapan matanya memperhatikan rambut Yasmin yang memang belum di sisir sejak pagi tadi.

"Kalau kamu gendut kaya gitu mana ada yang mau," lanjut Maya sembari memberikan roti yang barusan ia olesi selai coklat kepada abangnya Bryan.

"Masih pagi Mah," tegur Bryan, kurang suka dengan perdebatan yang ibunya mulai di pagi hari seperti ini.

"Loh, emang Mamah salah?" Tanya Maya alisnya berkerut "coba kamu sendiri, mau gak punya pacar gendut, rambutnya aut-autan, dekil gitu kayak adik kamu?"

"Apasih mah," Delik Bryan.

"Ya coba jawab pertanyaan mamah. Mau gak?" Tanya Maya lagi, yang sama sekali tidak di jawab oleh Bryan.

Yasmin tentu tahu, apa jawaban yang akan di berikan Bryan atas pertanyaan ibunya itu.

Bryan tidak mau.

Semua orang juga tidak mau mempunyai teman ataupun pasangan sepertinya.

Tapi apa sesalah itu Yasmin mengambil satu tangkap roti untuk sarapannya pagi ini hingga membuat ibunya merasa perlu menegurnya di sabtu pagi seperti ini?

Apa Yasmin sesalah itu, hingga seumur hidupnya, ia selalu mendapat ketidak adilan dimanapun ia berada, bahkan di rumahnya sendiri?

Apa sesalah itu menjadi gemuk dan tidak rupawan?

Selama ini Yasmin tidak pernah mengeluh. Setiap ibunya terang-terangan pilih kasih dengan dirinya dan abangnya. Yasmin selalu terima keadaannya yang seperti itu.

Ia tidak pernah menjelekan atau membicarakan ibunya kepada orang lain. Ia tidak pernah mengadu kepada ayahnya yang memang sering tidak pulang karena tuntutan pekerjaannya. Ia bahkan tidak pernah menegur ibunya yang tidak adil.

Semua perlakuan ibunya ia telan bulat-bulat.

Hanya ayahnya yang dapat di katakan hanya pulang sekali-sekali, yang menyayanginya dengan tulus. Yasmin bahkan tidak pernah menolak perintah ibunya. Jangankan menolak. Menghunakan kata 'sebentar, Mah' saja, ia tidak pernah.

Tapi kenapa, ibunya tidak berhenti-berhenti membuat dia tertekan?

Yasmin menaruh lagi roti yang sudah ia ambil ke dalam pyrex kaca yang tadi. Kemudian segera meminum air mineral di hadapannya hingga tandas.

Selera makannya tiba-tiba saja menghilang

Kalau di ibaratkan, jika Bryan di berikan bunga mawar yang indah nan wangi, Yasmin hanya akan di berikan durinya saja. Duri bunga mawar yang sengaja di buang agar barang siapa yang memegang mawar tersebut tidak terluka.

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang