6. Data

3.8K 513 47
                                    

"Yasmin!" Panggil Hani.

Yasmin mendongakan pandang. Menatap wajah temanya Hani yang sedang berdiri di dekat pintu kelasnya. Matanya melotot menatap Yasmin, seakan-akan sedang terkejut karena melihat hantu.

"Ya?" kata Yasmin.

"Sini," katanya, menyuruh Yasmin untuk menghampirinya yang sedang berdiri di ambang pintu kelas.

Yasmin, membetulkan anak rambutnya dengan menyelipkannya di belakang telinga. Rambutnya sedikit tidak beraturan, karena perempuan itu baru saja mengacaknya karena kesal dengan tugasnya.

Masalahnya, Selena-teman bertukar fikirannya, sedang dispensasi untuk persiapan lomba paduan suara. Jadi Yasmin terpaksa harus bergumul dengan kepalanya sendiri. Dan itu membuatnya kesal.

"Kenapa?" Tanya Yasmin ketika perempuan itu sudah berdiri di depan temannya itu.

"Itu," kata Hani, menunjuk ke arah luar dengan sedikit melongo.

Yasmin menoleh keluar.

Karena badannya yang sedikit besar itu, hanya kepala Yasmin saja yang terlihat dari luar pintu. Karena seluruh badannya sengaja ia tutupi di balik tembok. Kebiasaan buruk yang tidak pernah bisa di rubah Yasmin. Tidak percaya diri.

Ketika matanya sudah menatap sepunuhnya ke depan kelasnya. Hal pertama yang ia jumpai di balik pintu adalah lautan siswi sekolahnya yang sedang menatap penuh kagum kepada seseorang yang sedang berdiri persis di depan pintu kelasnya.

"Yasmin?" Tanya laki-laki di depan pintu kelas Yasmin.

Yasmin menaikan kedua alisnya, iamenatap laki-laki itu sembari mengkedipkan matanya beberapa kali, mencoba mencerna  apa yang sedang dia lihat di hadapannya.

Yasmin melihat Ezra. Di depan kelasnya sendiri. Laki-laki itu menghampiri Yasmin di depan kelasnya.

Yasmin impulsif menatap temannya Hani. Kemudian tak lama ia beralih menatap lautan siswi perempuan di depan kelasnya itu. Lalu yang terakhir Yasmin menatap ke arah Ezra.

Yasmin menyelipkan anak rambutnya di belakang telinga seraya menggaruk telinganya. Lagi-lagi, tanpa alasan yang jelas ia merasa salah tingkah saat di tatap Ezra.

"Ya," Kata Yasmin pelan kepada Ezra yang masih tidak bergeming di tempatnya, sedang menatap Yasmin.

Yasmin tahu, Ezra masih punya hutang data siswa kepadanya, seperti yang perempuan itu minta tempo hari. Tapi, apa musti laki-laki itu menghampirinya di depan kelas, dan membuat kegaduhan?

Laki-laki itu kan harusnya sadar, aksinya ini dapat membuat hampir separuh murid di sekolahnya bertanya-tanya akan kedekatanya dengan Yasmin.

Padahal Ezra kan tahu nomer telepon Yasmin. Kenapa laki-laki itu tidak menghubungi Yasmin dan meminta bertemu di suatu tempat yang sepi saja? Atau kalaupun tidak bertemu, bisa saja laki-laki itu mengiriminya Via file, kan?

Kelakuannya ini, membuat Yasmin merasa seakan-akan memang laki-laki itu ingin bertemu dengannya saja. Kan tidak baik kalau Yasmin sampai terbawa perasaan.

Ezra maju selangkah mendekat ke arah Yasmin ia menatap mata Yasmin sebentar sebelum kemudian laki-laki itu tiba-tiba saja memegang pergelangan tangan Yasmin, didepan seluruh perempuan di sekolahnya.

"Ikut gue," katanya cepat, dan lantang. Lalu laki-laki itu langsung menarik pergelangan tangan Yasmin dan mulai berjalan membelah kerumunan siswi, selagi ia menarik Yasmin untuk menjauh dari sana.

Oh Tuhan! Jantung Yasmin mulai berdebar tidak karuan. Apalagi sambil merasakan tangan hangat Ezra yang sedang memegang pergelangan tangannya yang gempal. Rasa-rasanya Yasmin sudah setengah sadar.

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang