20. Rumah Ezra

2.7K 343 27
                                    

Ezra memperhatikan Yasmin.

Laki-laki itu bersandar pada salah satu pilar, di foyer rumahnya. Dengan kedua tangan berlipat di depan dadanya, dan dengan pandangan bosan Ezra memperhatikan Yasmin yang sedang mengisi buku tamu, di dalam tablet yang di peruntukan untuk keperluan tamu macam ini.

Apa?

Bagaimana?

Dan cara apa? Supaya Ezra bisa membuat Yasmin jatuh cinta kepadanya?

Dengan memamerkan kekayaannya kah? Atau perlu Ezra mentraktir Yasmin setiap hari hingga perempuan itu luluh?

Atau perlu laki-laki itu bersikap vulgar kepada Yasmin? Menempelinya terus kah? Atau menciumnya?

Ezra berdecak.

Jujur saja, ini adalah kali pertamanya, untuk membuat seorang perempuan jatuh cinta kepadanya. Biasanya tanpa perlu berusaha, perempuan manapun akan langsung menyukainya jika saja ia memberi tahu nama belakangnya.

Tetapi Yasmin?

Ezra memiringkan sedikit kepalanya, memperhatikan bentuk wajah Yasmin. Wajah bulat sempurna, dengan mata berbinar yang berwarna hitam legam dan juga bibir tipis yang terlihat tidak lembut.

Bagaimana bisa perempuan biasa saja macam itu, tidak menunjukan ketertarikannya kepada Ezra?

Apa perempuan itu sedang berpura-pura?

"Perlu banget gue ngisi buku tamu?" Tanya Yasmin kepada Ezra, kemudian perempuan itu melihat langit-langit ruang foyernya dengan mata begitu takjub. Melihat ke arah lampu kristal yang begitu besar di atas mereka.

"Iya," Jawab Ezra, suaranya mendadak berat.

Yasmin menganggukan kepalanya "Takut ya, ada teman lo yang mungkin aja pencuri?" Tanya Yasmin asal.

Pencuri?

Ezra mendengus di dalam hatinya. Benaknya tiba-tiba saja melayang ke hari dimana salah seorang pembantunya di sayat lehernya menggunakan belati oleh oknum yang mengaku sebagai teman ibunya.

Percayalah, laki-laki itu pernah menghadapi hal yang lebih mencekam di banding hanya dengan seorang pencuri.

Ezra menghembuskan nafasnya "Bukan gitu,"

"Oh, bukan," Yasmin menaikan alisnya sembari menatap Ezra.

Ezra berhenti berdandar pada pilar "My father. It's complicated," Ezra berdeham "Pekerjaan ayah gue dan pengaruh keluarga besarnya, membuat ayah gue merasa harus tetap waspada, so yeah. Bisa lo cepat sedikit?" Desak Ezra yang merasa gerakan Yasmin terlalu lambat.

Yasmin mengangguk lagi.

Setelah menulis namanya, perempuan itu untuk terakhir kalinya mengecek namanya sendiri di dalam tablet. Sementar Ezra yang berdiri tidak jauh dari Yasmin, tidak bisa melepas pandangannya dari perempuan yang akan makan malam dengannya ini.

Sangat tidak menarik.

Laki-laki itu melihat bagaimana Yasmin yang melihat sekeliling foyer rumahnya, dengan pandangan norak yang tidak bisa di sembunyikan.

Apakah perempuan ini baru pernah melihat rumah macam ini?

Apalagi ketika Yasmin memandang lukisan bergambar pangeran diponegoro, dengan ukuran sebesar tembok yang di pajang di dinding foyer. Matanya berbinar-binar seperti anak anjing, membuat Ezra ingin melakukan sesuatu kepadada matanya.

Ezra mengulum bibirnya kedalam. Fikirannya sudah mulai kemana-mama.

"Lo di sini, di rumah sebesar ini hanya tinggal bertiga sama nyokap bokap lo saja?" Tanya Yasmin yang masih memandang lukisan, kepada Ezra. Membuat Ezra yang masih memperhatikan Yasmin dengan seribu fikirannya tersadar dari lamuannya barusan.

Ezra menghembuskan nafasnya pelan "Enggak," Jawab Ezra

"Jadi keluarga besar lo juga tinggal di sini?"

"Enggak,"

Yasmin menoleh ke arah Ezra, membuat Ezra yang tadi hanya bisa menatap sisi sebelah kana wajah Yasmin, jadi bisa menatap dengan sempurna ke arah wajah Yasmin yang sedang memandanganya.

"Terus?" Tanya Yasmin, mendongak,  matanya berkedip-kedip lucu beberapa kali selagi perempuan itu menatap Ezra yang memang lebih tinggi daringa

Ezra menelan ludahnya.

Lucu?

Apanya yang lucu?

Sialan! Fikir Ezra. Kepalanya pasti habis terbentur tadi.

Ezra mengalihkan pandanganya dari wajah Yasmin, ia tidak mau fikirannya semakin ternodai jika ia terus memandangi Yasmin

"Gue di sini hanya tinggal dengan Mama," kata Ezra, matanya melihat asal kemana saja, asal bukan ke arah Yasmin.

Yasmin menarik nafasnya lalu menutup mulutnya dengan ketiga jarinya "Eh, sorry-sorry, gue gak maksud. Gue gak tau kalo nyokap bokap lo udah gak sama-sama lagi,"

Ezra mendengus. Kemudian belum sempat Ezra menjawab, suara ibunya Jovelyn terdengar menginterupsi

"Yasmin," panggil Jovelyn kelewat antusias, dan langsung menghampiri Yasmin lalu memeluknya erat.

"Ayo masuk, Tante sudah siapkan banyak makanan. Kamu belum makan kan?" Tanya Jovelyn yang membuat mata Yasmin sedikit berkaca-kaca.

Ezra memutar bola matanya malas. Pantas saja badannya sebesar itu, Mendengar kata makanan saja wajahnya sudah berbinar-binar.

Benak Ezra tiba-tiba saja di liputi emosi. Ezra yakin bahwa dirinya pasti di jebak oleh Zayn. Bagaimana dirinya bisa mau saja di tantang oleh Zayn untuk membuat perempuan yang jauh dari kriteriannya ini jatuh cinta kepadanya? Apalagi sampai membuat ibunya ikut campur.

Ezra bersumpah ketika ia sudah memenangkan tantangan ini, ia akan membunuh Zayn!

"Ayo Ezra, jangan bengong di tengah jalan," tegur ibunya yang langsung membuat dirinya tersadar.

***

Udah lunas yaaa, double hari ini...

Jangan lupa vote sama komennyaa!!!!

Love Y'all!!!  ❤️❤️❤️

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang