40. Tidak mengira

2.4K 324 31
                                    

Typo bertebaran 🙏

***

Zayn menghembuskan nafasnya.

Kepulan asap keluar secara bersamaan dengan hembusan nafasnya. Selang beberapa detik, laki-laki itu kembali menghisap batang tembakau yang beberapa saat lalu sudah ia bakar.

Zayn mendongakan kepalanya. Menertawakan dirinya sendiri yang tampak menyedihkan, ketika dirinya diam-diam merokok di gedung belakang sekolah.

Bagaimana kalau sampai ada yang lihat, dan melaporkan Zayn ke BK? Dan predikat siswa teladan miliknya akan di cabut?

Ah! Omong kosong.

Dirinya hanya laki-laki biasa, yang kebetulan memiliki otak cemerlang. Masa bodo lah, kalau sampai ada yang lihat. Toh, kenyatannya, yang merokok di sekolah bukan hanya dirinya saja, kan? Masih banyak siswa lain yang juga sudah merokok di umurnya ini.

Semua asumsi orang terhadap dirinya membuat dirinya merasa terbatasi. Dirinya bahkan lupa, kapan terakhir kali ia merasa bebas.

Apalagi, setelah perseteruan dirinya dan juga Ezra tujuh tahun lalu. Perseteruan yang hanya dirinya, Ezra dan juga tuhan yang tahu. Zayn merasa dirinya semakin terbatasi. Seolah-olah seperti ada yang mengganjal di hatinya.

Padahal sungguh tuhan tahu, sebetulnya bukan itu maksud Zayn tujuh tahun lalu.

Tapi apalah daya.

Zayn menghembuskan lagi asap rokoknya dari sela-sela hidung dan juga mulutnya. Kepalanya tiba-tiba saja terasa pening, memikirkan segala hal yang terjadi belakangan ini.

Sial! Rencananya kacau balau.

Zayn menendang batu kerikil di sekitar sepatunya, niat hati ingin sekalian menendang kekesalannya sendiri. Tapi begitu batunya memantul pada pohon tak terawat di belakang gedung, suara tangisan perempuan terdengar di telinganya.

Zayn sontak menegakkan badannya. Matanya melotot terkejut. Bulu halusnya seketika saja meremang. Pikirannya, tidak bisa di pungkiri mengarah ke arah horor pada awalnya.

Zayn menoleh ke kiri dan kekanan, dirinya memastikan lagi jika telinganya barusan tidak salah dengar. Dan benar saja, suara isakan tangis itu kembali ia dengar.

Zayn meringis malas. Itu jelas bukan hantu. Ada orang selain dirinya di sini.

Sial!

Zayn buru-buru membuang puntung rokoknya sembarangan, lalu menginjaknya agar nyala apinya, padam terkena gesekan sepatunya dan juga tanah. Ia merogoh saku celananya, kemudian mengambil botol kecil parfum yang suka ia bawa, dan segera menyemprotkannya pada pergelangan tangannya. Aksi sederhana, demi menghilangkan sisa-sisa bau rokok di tangannya.

Ia tahu, barusan ia berkata masa bodo jika ada yang melihatnya merokok. Tapi tetap saja, sesungguhnya di dalam hatinya ia tetap takut. Bukan, bukan takut, melainkan malas meladeni.

Tahukan? BK dan lain-lainnya itu sangat membuang-buang waktu.

Selang beberapa saat, suara tangisan itu belum juga berhenti. Membuat Zayn yang seharusnya sudah pergi sedari tadi, menjadi menoleh penasaran ke asal suara. Pikirnya, mungkin ia akan diam-diam melihat, sekedar ingin menghilangkan rasa penasarannya, lalu kemudian setelahnya, segera pergi ketika dirinya sudah tahu siapa gerangan, yang menangis pilu di belakang gedung sekolahnya ini.

Kakinya sudah melangkah mengendap-endap menghampiri asal suara. Dirinya juga sudah bersiap-siap untuk mengintip di sela-sela tembok. Tetapi sebelum ia berhasil melakukan itu, suara orang yang sangat ia kenal kemudian terdengar di telinganya.

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang