54. Tidak tahu harus berkata apa.

2.7K 358 79
                                    

Badan Yasmin membeku.

Badannya terasa sangat tidak bertenaga, begitu mendengar tidak ada bantahan dari perkataan Pam, dari mulut Ezra barusan.

Ezra baru saja mengakui kalau dirinya juga mengkhianati Yasmin. Laki-laki yang beberapa waktu lalu di bela Yasmin dihadapan ayahnya itu, baru saja terbukit mengkhianati dirinya.

Tidak. Yasmin menggeleng. Ia tidak percaya. Ezra tidak mungkin melakukan itu. Maksudnya, semua perlakuan Ezra kepadanya selama ini tidak pernah terasa tidak tulus. Ia tahu, Ezra tidak akan melakukan itu.

Ini pasti hanya salah paham.

Sementara Pam, yang juga masih berditi di depannya mulai tertawa tidak terkendali "Dengar? Lo hanya bahan taruhan, Yasmin. Jadi stop berlagak seolah lo itu sangat penting di hidup Ezra,"

"Pam," Tegur Ezra, kemudian laki-laki itu menghembuskan nafasnya sembari memijat pangkal hidungnya "Cukup,"

Pam mendelik ke arah Ezra "Kenapa? Lo tidak mau menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada 'kekasih' lo ini? Mau sampai kapan lo pura-pura menyukai dia?" Tanya Pam, menekan kata kekasih.

"Sebenarnya, apa yang sedang lo lakukan di sini?" Tanya Ezra, suaranya terdengar sedikit malas.

Pam mendengus samar kemudian ia melipat kedua tanganya di depan dada "Menurut lo?"

"Please, kalau tidak ada hal yang berati, tinggalkan rumah gue." Kata Ezra.

Yasmin yang sedari tadi terdiam, mendengus samar, kemudian tertawa getir. Membuat, kedua pasang mata yang berada di depannya, kemudian menoleh ke arah dirinya

"Lo tertawa?" Tanya Pam, suaranya terdengar menohok.

Yasmin menggeleng samar. Sejujurnya, hatinya sedari tadi terasa seolah di belah, namun, sekali lagi, dirinya seolah tidak mau percaya dengan semua perkataan dari kedua orang itu barusan.

Yasmin tetap percaya kepada Ezra.

"Lo berdua sebetulnya ngomongin apa sih?" Tanya Yasmin, kepada keduanya "Please, jangan bercanda. Gue sedang tidak ulang tahun,"

Pam mendengus kasar "Lo pikir, gue mau bercanda dengan lo?"

Yasmin menarik nafasnya dalam, perempuan itu mengepalkan tanganya sebentar kemudian menoleh ke arah Ezra. Seolah meminta penjelasan dari laki-laki itu, namun Ezra seolah tetap diam.

"Gue tidak mengerti," kata Yasmin, kemudian perempuan itu tersenyum samar.

"Gak usah sok cantik!" Dengus Pam "Bagian mana dari semua yang gue katakan, yang lo tidak mengerti Yasmin?"

Yasmin menahan nafasnya kuat-kuat. Berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahawa apa yang barusan ia dengar dari Pam, adalah gurauan semata.

Sekali lagi, ia percaya Ezra tidak mungkin melakukan itu.

Ezra satu-satunya orang yang ia percayai di dalam hidupnya-setelah ayahnya sendiri, tidak mungkin melakukan itu kan?

Yasmin menggeleng samar.

"Biar gue jelaskan lagi," kata Pam "Lo. hanya. bahan. taruhan. Taruhan! Yasmin! lo mengerti kata taruhan, kan? Ta Ru Han! Itu artinya Ezra tidak benar-benar menyukai lo. Dia hanya bermain-"

"Stop," selak Yasmin. Matanya menatpa perempuan itu lurus-lurus "Ezra tidak mungkin-"

"Bagian mana yang tidak mungkin?" Selak Pam lagi, tidak mau kalah.

Yasmin menggigit bibirnya keras. Berusaha keras untuk tidak goyah, dengan segala macam hal yang barus saja ia dengar.

Perempuan itu kemudian melirik ke arah Ezra. Niat hati, ingin meminta penjelasan, ataupun bantahan atas perkataan yang di lontarkan oleh Pamela barusan. Namun begitu matanya sudah sempurna menatap Ezra, hatinya tiba-tiba saja terasa semakin di remas, begitu perempuan itu melihat Ezra sedang memutar bola matanya malas.

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang