19. Lexus

2.7K 330 31
                                    

Ezra mengkerutkan keningnya.

"Lo gak punya rumah?" Tanya Ezra yang menjemput Yasmin di pinggir jalan dekat rumah Yasmin.

Yasmin menggeleng, ketika perempuan itu sudah memasang seat beltnya. Ia tidak mau ambil pusing dengan pertanyaan Ezra, fikirannya saat ini adalah untuk cepat-cepat pergi dari kompleks ini sebelum ibunya memergokinya.

"Ayo jalan," kata Yasmin, matanya awas melihat ke sekitar. Ia mengabaikan segala macam perasaan aneh, tentang Ezra Widjaya yang tengah menjemputnya itu.

Ezra menaikan kedua alisnya simpatik, ia tiba-tiba saja melihat Yasmin dengan pandangan yang cukup sulit di artikan "lo- gelandangan?" Tanyanya, nafasnya bahkan hampir tercekat.

Ezra tidak bisa membayangkan hidup sebagai gelandangan. Dan kalau memang Yasmin adalah gelandangan, ia bersumpah akan menghajar Zayn yang menyuruhnya untuk mendekati Yasmin.

Bukannya apa, biarpun sadis. Ezra masih mempunyai hati nurani. Ia tidak mungkin memepermainkan seorang gelandangan.

Yasmin mengedikan bahunya "Kinda. Gue masih numpang tinggal di rumah bokap gue. Ayo jalan," Ajak Yasmin sekali lagi, tangannya sedikit bergemetar panik.

Ezra yang malam ini mengenakan kemeja berwarna putih memutar kedua bola matanya seraya menghembuskan nafasnya.

God! Ezra fikir dia telah main-main dengan orang yang salah. Syukurlah Yasmin bukan gelandangan.

"Gue tetap harus izin sama bokap lo," kata Ezra nadanya sedikit memaksa.

"Bokap gue belum pulang kerja, nanti aja pas pulang-" Yasmin menjeda kalimatnya sebentar "lo anterin gue pulang kan?"

Ezra menghembuskan nafasnya panjang "Jangan bilang-bilang nyokap gue, kalo gue belum ketemu sama bokap lo,"

"Ayo jalan," ajak Yasmin untuk yang ketiga kalinya. Kemudian Ezra segera mengemudikan mobilnya menuju ke jalan raya.

Sejujurnya Ezra sedikit, hanya sedikit, penasaran dengan raut wajah Yasmin yang terlihat sedikit berbeda dengannya yang biasa ia lihat di sekolah. Entah, malam ini perempuan itu terlihat sedikit pias.

Apakah Ezra harus bertanya kepada perempuan ini atau apakah ia harus mengabaikannya saja?

Ezra mengkerutkan alisnya.

Sembari melihat jalanan yang mulai padat di penuhi dengan mobil-mobil, sesekali ia melirik ke arah Yasmin yang duduk persis di kursi penumpang sebelah kemudi.

Ezra benar.

Setelah semakin di perhatikan. Ketimbang beberapa hari yang lalu, hari ini Yasmin memang tampak lebih pendiam saat berbicara dengannya. Misalnya saja seperti perempuan ini yang tidak lagi melihat melongo ke arahnya, ataupun terlihat kikuk persis seperti bagaimana yang sering dia lakukan tempo hari.

Bagus memang. Ezra jadi tidak begitu risih di buatnya.

Tetapi entah, kali ini bagi Ezra, Yasmin malah sekaan seperti tidak menganggap Ezra berada di sampingnya, seperti memang Ezra bukanlah Ezra Widjaya yang selalu menjadi pusat perhatian orang. Malam ini Ezra merasa sekaan Yasmin tidak perduli dengan kehadirannya. Dan itu sedikitnya menyentil rasa gengsi Ezra.

Laki-laki itu tidak menyukai perasaan ini. Harusnya Yasmin melihatnya. Harusnya Yasmin merasa senang sudah di jemput olehnya.

Kenapa perempuan ini tidak melihatnya sama sekali?

Yasmin yang baru saja bisa bernafas dengan normal ketika Ezra sudah melajukan mobilnya cukup jauh dari rumahnya, memejamkan matanya sesaat.

Yasmin selamat dari Mamahnya yang mungkin akan melarangnya pergi, jika saja tadi mereka sempat bertemu.

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang