47. Misi pertama

2.4K 334 73
                                    

Punten malem-malem 🙏

Semoga masih ada yang bangun ya, aku baru sempet nulis. Dan belum refisi, di mohon maklum yaa hehehe🤗

Selamat membaca

***

Zayn mendengus samar.

Laki-laki itu sedang berjalan melewati koridor persis di sebelah lapangan basket, sembari membawa beberapa berkas yang harus di serahkan kepada BK yang memang ruangannya berada di dekat lapangan basket. Ketika ia tidak sengaja memergoki Ezra yang sedang menatap kosong ke arah lapangan.

Pikirnya, aneh sekali Ezra berdiri sendirian di tengah koridor tanpa di temani siapapun, biasanya ajudannya Andre selalu setia berada di samping laki-laki itu.

Zayn menoleh ke kanan dan kekiri, mencari keberadaan ajudan laki-laki itu. Tapi, begitu Zayn menoleh ke arah lapangan, dan mengikuti arah pandang Ezra. Ia langsung mengerti kenapa Ezra bisa sendirian di tengan koridor seperti ini, macam orang bodoh.

Ezra. Laki-laki itu ternyata sedang memandangi Yasmin yang sedang berada di lapangan menggunakan seragam olahraganya yang berwarna putih, sembari berlari kesana kemari, mengambil nilai memasukan bola basket ke dalam ring.

Zayn mendengus lagi. Paginya terasa sedikit terusik ketika melihat kedua pasangan itu di sini. Bukannya apa, tapi Zayn masih merasa kalau Ezra tidak serius dengan Yasmin. Maksudnya, semua tingkah Ezra benar-benar aneh. Bukan, bukanya Zayn tidak terima kekalahannya. Tapi entahlah, hatinya seperti tidak mau terima.

Zayn hendak berjalan melewati Ezra begitu saja, tanpa menyapa laki-laki itu. Pikirnya, malas sekali berdebat dengan laki-laki itu di pagi hari begini, urusannya masih banyak yang belum selesai. Tetapi ketika kakinya baru melangkah dua kali, ia tidak sengaja mendengar bisik-bisik dari teman-teman sekelas Yasmin yang sedang membicarakan perempuan itu di pinggir lapangan.

"Perutnya ya Tuhan," kata seorang perempuan.

"Malu banget, Najis,"

"Pas lompat coba lihat, bergetar semua," balas perempuan yang lainnya, lalu mereka tertawa.

"Fix banget Ezra cuman main-main. Yakali dia beneran suka sama yang kaya begitu,"

Zayn memberhentikan langkahnya. Emosinya terasa meledak tiba-tiba. Ia menolehkan kepalanya ke arah kerumunan murid perempuan di pinggir lapangan itu, lalu meneliti beberapa perempuan yang sedang berkumpul di sana.

Zayn melihat satu persatu wajah, kemudian pandangannya terhenti ke arah satu perempuan di tengah kerumunan itu.

Itu Selena. Teman Yasmin, dulu.

Itu Selena, teman Yasmin yang membuat Yasmin menangis tersedu-sedu di belakang gedung sekolah bersamanya kemarin.

Itu Selena, temannya yang mengkhianati Yasmin. Dan sekarang perempuan itu sedang tertawa sembari menutup mulutnya dengan tangan kanannya, menatap mencemooh ke arah Yasmin sementara tangan kirinya ia taruh di pinggang rampingnya.

Zayn mendengus. Dasar munafik!

Tadinya Zayn mau mengacuhkan saja tingkah mereka semua, pikirinya toh ada Ezra di sini. Namun, ia lupa jika sewaktu kejadian itu, Ezra tidak ada di sekolah, laki-laki itu pasti tidak tahu kejadian pengkhianatan teman Yasmin itu, laki-laki itu pasti tidak tahu bagaimana menyedihkannya Yasmin menangis kemarin. Tentunya, kalau Yasmin belum cerita. Kalaupun sudah cerita, pasti sekarang Ezra tidak akan diam saja seperti itu.

Zayn menegakkan badannya, laki-laki itu mendengus pelan, sebelum berancang-ancang untik berjalan ke pinggir lapangan, untuk menegur teman-teman sialan Yasmin itu. Tetapi tiba-tiba saja sebuah tangan menahan dirinya.

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang