41. Pergi.

2.6K 356 40
                                    

Gak di revisi sama sekali. Semoga gak banyak typo ataupun kesalahan lainnya yaa...

Happy reading !!!

***

"Kamu apain mereka?"

Yasmin meremas rok sekolahnya dengan kencang, begitu ia sampai rumah dan ibunya tiba-tiba saja menarik tangannya dan mengajaknya bicara di teras rumah.

"Siapa, Mah?" Tanya Yasmin suaranya mencicit. Jantungnya sudah berdegup cemas, menantikan apa yang akan di katakan ibunya.

Pikirnya, kali ini apa lagi kesalahan yang sudah ua perbuat? Apa lagi, yang di lakukan perempuan itu hingga ibunya tiba-tiba marah kepada dirinya seperti ini?

Maya berdecak kesal, alis ibu rumah tangga itu menukik tajam selagi ia menatap anak perempuanya yang baru saja pulang sekolah.

"Siapa lagi memangnya? Pake segala nanya!" Delik Maya tajam "Teman-teman Mamah, kamu apain? Mereka telfon, katanya mereka di gugat atas perbuatan tidak menyenangkan ke kamu! Bisa-bisanya kamu gugat mereka! Siapa yang bantu kamu? Om-om yang kamu temuin di hotel itu?" Marah Ibunya, jemarinya menunjuk-nunjuk Yasmin.

"Mah!" Yasmin membulatkan matanya terkejut.

Ia sama sekali tidak mengira, bahwa ibunya akan sangat marah kepada dirinya, hanya karena kemarin ia membalas perlakuan tidak pantas dari teman-teman ibunya itu. Maksudnya, ibunya sendiri lebih membela teman-temannya ketimbang anaknya sendiri?

Dan Om-om di hotel itu? Apa ibunya juga berfikir jika Yasmin adalah perempuan macam itu? Yasmin menggigit bibirnya keras. Menahan seluruh desakan emosional di hatinya yang tiba-tiba saja memuncak.

"Di biarin kok malah ngelunjak. Memangnya mereka ngapain? Mukul kamu? Enggak kan? Gaya-gayaan pake ngegugat, emang kamu punya uang?" Tantang ibunya tidak terima temannya telah digugat oleh Ezra. Lalu ibu rumah tangga itu memutar bola matanya malas, sembari mendengus kencang.

Yasmin mengeraskan giginya. Matanya mulai bergetar begitu air mata mendesak keluar dari kelopaknya. Ia sudah tidak mengerti lagi, bagaimana cara ia menjelaskan perasaan yang kali ini ia rasakan.

Entah sedih, kecewa, gemetar, juga emosinya, terasa menjadi satu, di saat yang bersamaan. Dan entah bagaimana cara kerjanya. Tapi begitu Yasmin mencoba menenangkan hatinya, tanpa di khendakinya, muncul satu nama di otaknya.

Muncul satu nama seseorang, yang kemarin baru saja berjanji kepadanya, kalau ia akan menolong Yasmin ketika dirinya di perlakukan seperti ini lagi.

Dimana Ezra sekarang?

Yasmin menarik nafasnya dalam, ia mencoba untuk tidak menghiraukan ibunya sendiri dengan merogoh kantung di seragamnya lalu mengeluarkan ponselnya dari sana. Dan dengan tangan Yang bergetar, perempuan itu mencoba untuk mendial laki-laki itu.

Ia tahu, kalau ia mendial Ezra sekarang, sesuatu yang besar akan terjadi kepada ibunya. Tetapi, Masa bodo, rasa-rasanya kali ini Yasmin benar-benar sudah tidak perduli lagi. Ibunya sudah keterlaluan.

Hatinya benar-benar terasa sakit.

Panggilan telfon sudah tersambung, tapi belum sempat perempuan itu mengobrol dengan Ezra. Ibunya dengan kasar merebut ponsel di tangan Yasmin.

"Di ajak ngobrol kok malah main hp! Tuh, kamu harusnya sadar, kamu itu gal ada sopan sopannya sama orang tua," Maki ibunya kesal .

Yasmin yang sudah tersulut emosi, kemudian menatap ibunya dengan mata melotot "Mereka hina-hina aku Mah, di tengah jalan. Aku gak boleh bela diri?" Yasmin bertanya pilu. Remasan pada rok sekolahnya semakin erat begitu ibunya mulai berkacak pinggang.

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang