32. The Ritz Carlton

2.1K 307 40
                                    

Ezra memberhentikan mobilnya.

Tepat di depan lobby hotel. Laki-laki itu membuka sabuk pengamannya sendiri, lalu berjalan keluar mobil dengan sangat angkuh. Sementara Yasmin yang tadi di ancam dan terpaksa ikut dengan Ezra, sudah seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, menurut saja mengekor di belakang Ezra sembari celingukan menatap takzim ke seluruh penjuru Lobby.

Udara sejuk sontak menerpa wajah Yasmin begitu dirinya memasuki Lobby hotel setelah ia di pindai di alat pendeteksi besi. Kemudian salah satu staf, ber-tag nama Rudi, tiba-tiba datang menghampiri Ezra dengan terpogoh-pogoh begitu melihat Ezra memasuki gedung.

"Tuan muda Widjaya, ada yang bisa saya bantu?" Tanya Rudi, sedikit panik. Nafasnya juga terdengar sedikit tersengal.

Ezra melirik sebentar ke arah Rudi kemudian ia menolehkan kepalanya ke belakang. Mencari Yasmin yang ternyata sedang bersembunyi di belakang punggungnya sembari tak ayal melihat takjub ke arah langit-langit hotel.

"Aku ada janji dengan Om Ethan," kata Ezra kepada Rudi. Tetapi matanya masih saja menatap Yasmin yang tingginya tidak melampaui bahunya.

Staf bernama Rudi itu tersenyum sopan. Ia sama sekali tidak bertanya kenapa anak muda seumuran Ezra ini, bisa memiliki janji temu dengan bos besarnya, atau dengan kata lain pemilik hotel. Kedatangan Ezra yang mendadak ke hotel ini, sama sekali bukan perkara baru.

"Silakan, Tuan muda, saya bantu antar," kata Rudi.

Ezra mengalihkan tatapannya dari Yasmin yang masih celingukan di belakangnya menjadi ke arah Rudi.

laki-laki itu menaikan sebelah tangannya, hendak menolak ajakan dari Rudi. Tetapi begitu mulutnya sudah terbuka setengah, penolakannya tertahan ketika Yasmin tiba-tiba saja meremas kemeja bagian pinggangnya, dengan sedikit kencang.

Fuck!

Jantung Ezra rasanya mau copot begitu hangat tangan Yasmin terasa menembus bajunya hingga ke kulit bagian pinggangnya.

Bulu halusnya meremang.

"Lo ngapain!" Tegur Ezra, hampir berbisik, suaranya juga terdengar sedikit serak.

Belum cukupkah perempuan ini, beberapa hari ini membuat jantungnya berdebar tak karuan? Perlukah juga perempuan ini membuat nafasnya menghilang sekarang juga?

Ezra tidak bisa bernafas, sialan!

"Ezra," panggil Yasmin, suaranya pelan, nyaris berbisik. Entah kenapa, wajah Yasmin berubah pias. Begitu Ezra menoleh lagi ke arahnya.

Ezra memejamkan matanya sebentar. Sialan memang perempuan ini. Dia selalu selalu sukses mengganggu pikiran Ezra, bahkan hanya karena hal kecil yang ia lakukan.

Ada apa dengan perempuan ini?

Kemarin ia membela Ezra, hingga laki-laki itu berdebar hebat. Sekarang ia mau apa lagi? Membuat seluruh fikiran Ezra hanya terpusat ke arahnya?

Bagaimana bisa perempuan ini meremas kemeja Ezra seperti itu? Sekujur tubuh Ezra terasa merinding semua.

Ezra memegang tangan Yasmin, niat hati ingin menghempas tangan perempuan itu dari baju mahalnya yang sekarang sedikit tampak kusut. Tetapi begitu tangannya menyentuh permukaan kulit Yasmin, bukannya langsung menghentak, Ezra malah dibuat sedikit terkejut.

Tangan terasa Yasmin sedingin es.

Ezra dengan cepat berbalik sepenuhnya menatap Yasmin yang masih tampak pias "Lo kenapa?" Tanya Ezra lagi, tapi kali ini nadanya terdrngar serius.

Yasmin berjalan semakin mendekat ke arah Ezra, perempuan itu melepas remasannya pada baju Ezra, lalu menarik lengan kemeja bagian kiri Ezra, hingga badan Ezra tertunduk ke arah perempuan itu.

Ezra menelan ludahnyahnya, ketika sebelah tangan Yasmin yang satunya lagi, di taruh di sebelah daun telinga Ezra.

Yasmin berbisik "Ada teman nyokap gue," kata Yasmin, nafasnya tersengal.

Ezra mengepalkan tangannya, menahan sesuatu di dalam tubuhnya. Begitu hembusan nafas hangat Yasmin mengenai telinganya yang tidak tertutup apapun.

"Kenapa dengan teman nyokap lo?" Tanya Ezra suaranya persis seperti tercicit.

Shit! Ia pasti sekarang tampak bodoh.

Yasmin melangkah sedikit ke kanan lagi, niat bersembunyi di balik bahu Ezra yang lebar. Membuat tubuh laki-laki itu dan tubuh Yasmin mau tidak mau berada terlalu dekat. Lengan kiri Ezra bahkan hampir menyentuh dada Yasmin jika saja perempuan itu bergerak lagi.

Fuck! Perempuan ini akan membuat Ezra gila sebentar lagi. Ezra tidak bisa bergerak sekarang. Tubuhnya menegang tiba-tiba.

"Kalau sampai mereka lihat gue disini, dan bilang ke nyokap gue. Bisa ngamuk nyokap gue. Dia taunya gue ke mini market tadi,"

Ezra menghembuskan nafasnya putus-putus. Kakinya terasa lemas sekarang, seluruh perkataan Yasmin barusan bahkan tidak sepenuhnya ia tangkap.Yang berada di kepalanya saat ini adalah, telinganya dan juga hembusan nafas Yasmin.

"Rudi," kata Ezra pelan sembari menghembuskan nafasnya, matanya terpejam.

"Ya, Tuan Muda," balas Rudi.

"Tolong bawa teman saya ke ruang tunggu VIP. Dan pastikan dia tidak keluar selama saya mengobrol dengan Om Ethan," kata Ezra, yang berangsur-angsur bisa kembali bernafas lega, karena Yasmin akhirnya melepas pegangan tangannya dari lengannya, dan juga sedikit menjauh dari tubuh Ezra.

Ia tidak mungkin membawa Yasmin ke atas. Keruangan kerja Omnya. Yang ada bukannya membantu, Ezra malah akan menjadi hilang fokus.

"Lo mau ninggalin gue?" tanya Yasmin, suaranya terdengar panik.

Ezra mengepalkan tanganya. Harus berapa kali lagi ia mengumpat di dalam hatinya karena perempuan ini? Fikirannya benar-benar sudah kemana-mana sekarang.

Ezra ingin menyentuh Yasmin sekarang juga.

"Dengarkan kata gue Yasmin. Jangan keluar dari ruangan, sebelum gue datang dan mengajak lo keluar,"

"Tapi gue-"

"Apapun masalah lo. Atau siapapapun dan kenapa dengan teman-teman nyokap lo. Gue gak perduli,"

Yasmin menghembuskan nafasnya panjang

"Intinya, please. Kalau menurut lo teman-teman nyokap lo itu akan sangat merepotkan lo dan gue. Jangan keluar ruangan, Yasmin. Gue jamin, Mau nyokap lo, teman lo, atau bahkan intel negara, tidak akan ada yang tahu lo di sini. Jadi tolong, Yamin, ikut Rudi dan jangan mendebat gue. Gue harus ke ruangan Om gue sekarang," Ezra membuka matanya langsung menatap tepat ke dalam mata Yasmin.

"Kenapa?"

"Karena, Yasmin. Saat ini, kalau sampai lo berbicara satu hal lagi. Lo tidak akan tahu apa yang akan gue lakukan. Atau apa yang akan terjadi dengan lo," kata Ezra.

***

Yuk nanggung.
Biar cepet-cepet ketemu Ethan.

Komen yang banyak, nanti langsung up lagi hehehe

Luv Y'all ❤️

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang