10. Tidak mungkin

3.7K 449 15
                                    

"Ezra," kata Zayn.

Ezra melirik ke tangan Yasmin yang sedang memegang buku olimpiade pinjaman Zayn. lalu laki-laki itu beralih melihat ke tangan Zayn, yang juga sedang memegang buku olimpiadenya.

Ezra memutar bola matanya samar. Entah mengapa, sedikit terusik dengan fakta kalau Yasmin tengah membantu Zayn. Baginya, buku-buku pinjaman Zayn sama sekali tidak terlihat banyak. Seharusnya laki-laki itu bisa membawanya sendiri.

Ezra kemudian, dengan impulsif menaruh tumpukan buku di tangannya ke lantai, ia lalu merebut buku yang sedang di pegang Yasmin dengan sangat kencang hingga Yasmin sedikit terjungkal ke depan.

Kalau saja tadi Yasmin tidak segera melepas pegangannya pada buku-buku itu, mungkin ia sudah hilang keseimbangan dan tersungkur di hadapan kedua laki-laki ini.

Setidaknya, walaupun tidak sakit, jatuh tersungkur di hadapan laki-laki yang ia taksir dan juga di depan orang paling di gemari di sekolahnya adalah hal yang memalukan.

Apalagi di tambah badan Yasmin yang sebesar itu. Yasmin membayangkan lemaknya yang bergelinjang ketika badannya  berbenturan dengan keramik lantai.

Ugh! Sangat tidak oke.

Ezra kemudian menumpuk buku yang barusan ia ambil dari tangan Yasmin, di atas tumpukan buku yang sedang di bawa Zayn sembari bergumam dengan ketus,

"As always, bisanya selalu ngerepotin orang. Manja,"

Yasmin melebarkan bola matanya sedikit sembari menatap Ezra ketika mendengar bagaimana Ezra menghina Zayn dengan begitu santai. Perempuan itu begitu tidak habis fikir, bagaimana laki-laki macam Ezra ini bisa bersikap begitu angkuh. Maksdunya, apa orang tuanya tidak pernah mendidiknya dengan baik?

Merasa sedang di perhatikan, Ezra melirik ke arah Yasmin. Dan seketika itu juga, nafas Yasmin terasa berhenti.

Oh tidak! Tatapan maut Ezra itu sungguh menyeramkan.

Yasmin membuka mulutnya hendak mengatakan sesuatu, tetapi tertahan karena Ezra dengan begitu saja langsung berjalan kembali ke arah Perpustakaan, meninggalkan Zayn dan juga Yasmin di belakang yang sedang menatap punggungnya.

Dua kali.

Sudah dua kali, Ezra pergi begitu saja tanpa menunggu Yasmin mengatakan sesuatu yang ingin dia katakan. Pertama di ruang seni. Kemudian yang kedua saat ini.

Padahal jelas Yasmin sudah membuka mulutnya, persmpuan itu juga sudah jelas-jelas menatapnya, tetapi laki-laki itu seakan seperti tidak punya dosa, berlalu begitu saja.

Zayn menghembuskan nafasnya seraya menggeleng "Sorry, ya. Ezra emang sedikit ketus," kata Zayn meminta maaf atas nama Ezra.

Yasmin ikutan menggeleng, ia sama sekali tidak mengerti kenapa Zayn justru harus meminta maaf atas nama Ezra kepada dirinya

"..." 

Zayn menarik nafasnya dalam. Laki-laki itu kemudian tersenyum ke arah Yasmin "Jadi lo emang kenal Ezra?"

"Enggak sama sekali," jawab Yasmin.

"Tapi kelihatannya Ezra seperti mengenal lo,"

"Percaya deh. Gue sama sekali gak kenal Ezra, begitu pula sebaliknya. Kita hanya kebetulan ketemu dua kali aja waktu itu,"

"Jadi lo gak deket sama Ezra?" Tanya Zayn lagi memastikan. Yang sedikitnya membuat Yasmin mempertanyakan, mengapa laki-laki ini kesannya memaksa sekali untuk tahu hubungan Yasmin dan Erza.

Padahal kan, memang tidak dekat. Persis seperti dirinya dan Zayn yang sedang berdiri di depannya sembari menatapnya.

Yasmin menggeleng "Enggak sama sekali,"

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang