"Ezra?" Panggil Yasmin.
Kemudian perempuan itu mengetuk pintu kayu besar kamar Ezra untuk yang kedua kalinya.
"Ya," Ezra menyahut dari dalam. Suara laki-laki itu terdengar sedikit lesu.
Yasmin memutar knop pintu, kemudian menyembulkan kepalanya pada sela-sela pintu kamar Ezra.
"Ezra," panggil Yasmin lagi, ketika perempuan itu sudah melihat Ezra yang sedang duduk di kursi belajarnya "lagi apa?"
Ezra mengangkat bolpoint di tangannya, menunjukan jika laki-laki itu sedang belajar "Masuk saja," kata Ezra, mempersilahkan Yasmin untuk masuk.
Yasmin menggeser pintu kamar Ezra menjadi lebih lebar. Membuat perempuan itu bisa dengan jelas melihat bagaimana rupa kamar kekasihnya itu.
Sebelum melangkah masuk, Yasmin memutar pandangnya ke seluruh arah kamar Ezra yang di dominasi warna abu-abu gelap.
Kamar Ezra sangat besar, di dalanya bahkan ada satu set sofa nyaman berwarna hitam. Belum lagi kasur besar yang berada di ujung ruangan sana, membuat Yasmin semakin takjub, menyaksikan bagaimana besarnya kamar laki-laki itu.
Pikirnya, kamar Ezra terlihat cukup rapih, untuk ukuran anak laki-laki. Maksudnya, tentu saja Ezra pasti punya asisten untuk membersihkan kamarnya. Hanya saja, Yasmin di buat sedikit aneh dengan bagaimana sederhananya barang-barang di kamar laki-laki itu.
"Sini," kata Ezra, membuyarkan pikiran Yasmin yang sedang memuji kamar laki-laki itu.
Yasmin menoleh ke arah Ezra, kemudian menelan ludahnya sedikt sulit. Jantungnya seketika menjadi berdebar sedikit cepat, apalagi mengetahui jika ia sedang di tatap oleh Ezra dari arah meja belajar laki-laki itu, yang kiranya cukup untuk menjadi meja makan sederhana. Rasa-rasanya, kaki Yasmin terasa lemas.
Yasmin berdeham salah tingkah, lantas perempuan itu berdeham kecil. Ia menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinga, kemudian menggaruk daun telinganya sebentar.
Ezra menaikan kedua alisnya "kenapa?" Tanya laki-laki itu.
Yasmin mengulum bibirnya sebentar sebelum kemudian perempuan itu melangkah masuk ke dalam kamar Ezra.
Yasmin menjulurkan tangannya yang sedang memegang buku yang tempo hari Zayn berikan kepadanya, ketika perempuan itu sudah berada di depan Ezra.
Ya. Yasmin baru bisa memberikan buku tersebut, karena kemarin, ia sama sekali tidak bertemu dengan Ezra.
"Ini," kata Yasmin.
Ezra menaikan sebelah alisnya kala laki-laki itu mengambil alih buku dari tangan Yasmin.
"Ini apa?" Tanya Ezra.
"Rangkuman pelajaran kemarin. Waktu lo absen sekolah," kata Yasmin.
"Oh," kata Ezra "dari siapa?"
Yasmin berdeham, perempuan itu memutar badannya sedikit ke kanan, kemudian ke kriri. Menimbang-nimbang apakah ia harus memberitahukannya kepada Ezra atau tidak.
Kemarin Zayn berpesan untuk tetap merahasiakannya, tetapi Yasmin malah berfikir untuk memberitahukannya kepada Ezra. Bukan bermaksud gimana-gimana, hanya saja Yasmin ingin jika kedua laki-laki itu berhenti untuk terlibat salah paham lagi.
Biar bagaimana pun, agaknya itu adalah satu-satunya hal yang bisa Yasmin berikan, untuk membayar kebaikan laki-laki ini.
"Dari siapa? Yasmin," Ezra mendesak. Membuat Yasmin menjadi merasa semakin serba salah.
"Dari Zayn. Hmm, eh?" kata Yasmin, alisnya menukik sedikit.
"Dari Zayn?" Tanya Ezra, alisnya berkerut bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary SMA Gantari
ChickLit(COMPLETED) Yasmin adalah Gadis SMA biasanya yang tubuhnya sedikit tambun. Ia merasa kalau hidupnya akan terasa biasa saja, tanpa ada kisah-kisah romansa di masa SMAnya seperti kebanyakan orang. Menurutnya lagu kisah kasih di sekolah milik Chrisye...