50. Bedebah

2.3K 325 89
                                    

Maaf banget tadi kepencet publish, padahal belum selesai di tulis. 🙏🙏

Tapi yang sekarang beneran udah selesai kok. Udah bisa di baca juga.

Maaf ya tadi, gak maksud php kok 😔😔 maaf yaa.

***

"Ayo, angkat Ezra,"

Zayn menggoyangkan kakinya tidak sabaran, menunggu balasan jawaban dari Ezra yang sedang ia telepon. Tak berselang lama, setelah beberapa kali berdering, panggilan ponselnya pun akhirnya di jawab oleh si penerima telepon.

Tanpa basa-basi, Zayn segera bertanya kepada laki-laki itu "Lo di mana?"

Tedengar suara decakan kemudian helaan nafas dari seberang ponsel yang tengah laki-laki itu tempelkan di telinga sebelah kanannya.

"Kenapa?" Tanya Ezra, suaranya terdengar malas.

"Kita perlu bicara," ajak Zayn.

"Talk then," kata Ezra, juga malas berbasa-basi.

Zayn memutar bola matanya malas "Bukan di telfon, sialan! Ayo bertemu."

Terasa hening untuk beberapa saat, entah apa yang sedang di lakukan laki-laki itu, Zayn tidak bisa menebak. Hanya saja, kalau tidak salah dengar, terdengar suara dentingan sendok dan juga piring dari dekat Ezra.

"Gue sibuk," kata Ezra singkat, suaranya sedikit memelan.

Zayn memutar bola matanya "Hanya sepuluh menit,"

Ezra membalas dengan menghela nafasnya sedikit panjang "Malam ini gue masih-"

"Ini soal Yasmin," selak Zayn. Masih tidak terima penolakan dari ajakannya kepada laki-laki itu barusan.

Ezra kemudian menutup mulutnya rapat-rapat begitu nama Yasmin di sebut oleh Zayn. Entah karena alasan apa, jantungnya tiba-tiba berdebar sedikit cepat.

"Kenapa sama Yasmin?" Tanya Ezra, suaranya nyaris berbisik.

Zayn mengkerutkan alisnya "Lo dimana?" Bukannya menjawab, Zayn malah beryanya lagi, tapi nadanya kali ini terdengar lebih mendesak.

Ezra menarik nafasnya dalam. Agaknya masih sedikit enggan untuk memberitahukan lokasinya kepada mantan temannya itu, maksudnya, untuk apa Zayn tiba-tiba mengajakanya bertemu? Dan menyebut-nyebut nama Yasmin pula. Ezra kan, jadi sedikit sulit untuk menolak.

"The Capital Residence," kata Ezra

Zayn mengangguk takzim "Gue ke sana,"

***

"Kenapa?" Tanya Ezra tanpa basa-basi kepada Zayn, yang baru saja ia temu di lobby apartemen Capital. Laki-laki itu bahkan tidak mengajak Zayn untuk duduk terlebih dahulu. Pikirnya tidak penting mengajak Zayn untuk duduk.

Zayn, memutar kunci motor di tangannya sembari kepalanya melihat ke arah langit-langi lobby. Pikirnya, untuk apa Ezra berada di apartemen seperti ini, di sore hari dan rela-rela meninggalkan sekolahnya? Apa sepenting itukah urusan laki-laki ini, hingga ia untuk yang kesekian kalinya bolos sekolah?

Zayn menggeleng samar. Mau Ezra ngapain kek, itu semua bukan urusan Zayn. Terserah laki-laki itu.

Zayn kemudian kembali memusatkan pandangannya ke arah Ezra "Let's end this,"

Ezra mengkerutkan keningnya "End what?"

"Taruhan kita. Ayo selesaikan semuanya Ezra. Ini sudah sangat berlarut-larut,"

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang