33. Tampak Lemah

2.2K 299 39
                                    

Ezra menghembuskan nafasnya.

Ia harus mengendalikan dirinya sendiri. Entah kenapa, berada terlalu dekat dengan Yasmin membuat dirinya merasa tidak terkendali.

Ia harus sering-sering jaga jarak dengan perempuan itu. Kalau mau rencananya berjalan dengan lancar.

Benar. Meninggalkannya di bawah, dengan Rudi adalah hal yang paling brilian. Ezra jadi bisa menenangkan dirinya sendiri, juga mencari akal sehatnya selama ia tidak melihat perempuan itu.

Sialan untuk Yasmin dan segala tingkahnya! Sialan pula untuk taruhannya dengan Zayn!

Ezra membuka pintu ruang Ethan, pamannya, dan langsung berjalan menuju ke meja di tengah ruangan. Kemudian belum sampai Ezra ke hadapan pamannya. Pria baruh baya itu menoleh ke arah Ezra lalu langsung menegurnya

"Jadi, ada apa? Ezra?"

Ezra menghembuskan nafasnya terlebih dahulu "Aku perlu bantuan Om Ethan," kata Ezra tanpa berbasa-basi sama sekali.

Tidak. Tidak ada waktu untuk berbasa-basi, apalagi mengingat jika Yasmin sedang menunggunya di bawah bersama dengan Rudi.

Sial! Yasmin tidak mau pergi dari kepalanya.

Ethan tersenyum. Laki-laki paruh baya yang menjabat sebagai orang nomer satu di gedung ini, itu kemudian menyandarkan punggungnya santai pada sandaran kursi sembari bergumam

"Hmm..."

Ezra menatap lurus-lurus ke arah mata Ethan. Seolah-olah mengatakan kalau anak bujangan ini sedang sangat serius.

"Aku selalu suka kalau kamu sudah mulai bermain Ezra. Semua rencana yang kamu buat selalu membuatku merasa segar. Kapan terakhir kali kamu bermain? Tujuh tahun lalu kalau tidak salah bukan? Umurmu dulu bahkan baru sepuluh tahun, tapi kamu sudah bisa berfikir sepintar itu."

Ezra menghembuskan nafasnya pendek kemudian tersenyum "Terimakasih Om Ethan,"

Jujur saja tadi ia sempat berfikir Omnya akan menolak permintannya. Ternyata tidak.

"Go on, tell me," kata Ethan, menyuruh Ezra untuk segera memberitahunya, apa maunya.

"Aku tadi siang menyuruh Andre, untuk paling tidak mengundang Lima teman sekolahku untuk makan malam di sini. Aku juga sudah menyewa tiga juru potret untuk datang membantu aku,"

Ethan mengaggukan kepalanya "Interesting, lanjutkan,"

"Om Ethan. Aku tahu ini sangat merepotkan, tapi apa boleh aku meminta untuk mengosongkan hotel untuk lima jam kedepan?" Tanya Ezra, suaranya terdengar tegas, sudah mirip macam kolega-kolega bisnis pamannya itu.

Ethan tertawa pelan. Lihat anak ini, sekarang dia benar-benar terdengar sangat mirip dengan ayahnya.

Ethan begitu takjub dengan keponakannya itu "Hanya karena kamu mau mengosongkan hotel. Kamu sampai susah-susah membuat jadwal temu dengan Om?"

Ezra tersesnyum tipis. Omnya jelas sadar bahwa permintaan Ezra tidak sesimpel itu. Pamannya itu lebih dari tahu kalau keponakannya ini sedang ingin melakukan sesuatu menggunakan hotelnya.

"Tidak. Om, bukan hanya itu," Ezra menjeda kalimatnya "Aku perlu staf khusus di bagian Accounting. Untuk melayani aku malam ini,"

"Staf accounting? Ezra, i have tons of staf di bagian pelayanan, yang sangat memenuhi syarat. Dan kamu meminta staf dari bagian mana?" Alis Ethan berkerut.

"Accounting, om. Dan hanya satu orang. Aku perlu kepala divisinya untuk melayani aku malam ini,"

Ethan menggelengkan kepalanya samar lalu tersenyum tipis "Terdengar sangat tidak masuk akal, tapi kamu tahu siapa aku. Itu nanti mungkin nanti bisa di atur,"

Diary SMA GantariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang