⚠️ PENGUMUMAN ⚠️
Jadi gini guys, emm.. seharusnya cerita ini tuh cuma berakhir sampai part 60 aja.
Tapiiiiii....
Entah kenapa aku masih belum rela aja gitu buat tamatin. Wkwk.
So, aku mau lanjutin nulis cerita ini entah sampe berapa part.Tapi sorry banget ya kalau misal kedepannya nanti alur ceritanya malah jadi aneh. Intinya aku mau bikin cerita ini lebih panjang lagi.
Oke kalo gitu, selama membaca!
💎💎💎
Darrel menggeleng kasar ketika sang istri lagi-lagi menyodorkan sendok berisi bubur ke mulutnya. Lelaki itu menggerutu. Mulutnya yang terasa pahit membuatnya enggan memakan apapun, sebab semua makanan yang masuk ke mulutnya akan terasa hambar. Apalagi bubur. Darrel sangat membenci makanan seperti itu.
"Ayolah Darrel, berhenti menggerutu dan cepat habiskan sarapanmu. Kamu harus minum obat agar cepat sembuh." Clairyne mendecak untuk kesekian kalinya.
"Sudah kubilang tidak sayang, buburnya terasa hambar. Lagipula aku bukan bayi, kenapa harus makan bubur? Apa tidak ada makanan yang lainnya?" jawab Darrel yang duduk di hadapan Clairyne. Keduanya sedang berada di sofa ruang tengah di depan televisi.
Sambil menghela nafas sabar Clairyne meletakkan sendoknya kembali ke mangkuk. "Kamu bahkan mengeluh tentang bubur ini seperti anak kecil, Darrel. Selama kamu sakit kamu adalah bayi besar yang harus aku urus. Dan bubur ini mengandung banyak nutrisi dan air yang akan menggantikan cairan tubuh yang hilang saat sakit. Sekarang cepat buka mulutmu suamiku yang tampan," pintanya sambil menyodorkan sesendok bubur lagi.
Darrel menggeleng. "Aku tidak membutuhkan bubur itu, sayang. Bukankah tadi aku sudah mendapatkan cairan infus. Sekarang demamku sudah turun, kamu boleh pegang dahiku jika tidak percaya."
"Darrel, kamu ini keras kepala sekali. Meski demammu sudah turun bukan berarti kamu tidak meminum obatmu. Sekarang berdirilah di depan cermin dan lihat betapa pucatnya wajahmu. Tubuhmu juga masih terasa lemas bukan? Kalau memang sakit, mengeluh saja tidak apa-apa. Jangan bertingkah jaim dan sok kuat. Dengan begitu, paling tidak membuktikan bahwa kamu juga manusia biasa yang bisa sakit."
Mendengar omelan Clairyne membuat Darrel lagi-lagi menggerutu. Pasalnya semua yang dikatakan istrinya itu memang sesuai kenyataan yang ia rasakan sekarang.
"Ck.. demam ini memang benar-benar sialan!"
"Kalau begitu, kamu mau habiskan sarapanmu atau tidak?"
Terpaksa Darrel harus mematuhi perkataan istrinya yang entah kenapa menjadi super galak seperti itu. Namun, sebuah ide terlintas di benaknya. Ia tersenyum lebar seketika.
"Baiklah sayang, aku akan menghabiskan semangkuk bubur itu. Tapi dengan syarat. Satu suapan, satu kecupan. Sepakat?"
Clairyne terkekeh. "Masih bisa ya kamu mesum disaat sedang sakit seperti ini. Yasudah tidak masalah, asal kamu mau menghabiskan sarapanmu," ucapnya setuju. Tentu saja Darrel merasa sangat senang dan bersemangat untuk menghabiskan buburnya.
Suap demi suapan berhasil ditelan oleh Darrel. Setiap satu suapan Clairyne harus menyelinginya dengan kecupan singkat di bibir. Ia sama sekali tidak merasa keberatan, justru Clairyne merasa senang dengan tingkah manja suaminya. Meskipun dia cukup keras kepala.
Sampai akhirnya bubur itu berhasil dihabiskan oleh Darrel. Clairyne pun segera mengambilkan obat demam dan vitamin untuk Darrel meminumnya. Hanya dengan bantuan air putih saja Darrel berhasil menelan obatnya.
"Bagus Darrel. Cepatlah pulih, aku sangat tidak suka melihatmu sakit," ujar Clairyne sambil mengusap rahang kokoh suaminya.
"Tentu sayang. Aku juga tidak suka sakit karena kamu berubah menjadi galak dan tidak berprikemanusiaan. Itu benar-benar menjengkelkan. Kalian setuju dengan Daddy kan?" Darrel beralih mengelus perut Clairyne dan menciumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry With CEO 💎 [On Going]
Romance•PERJODOHAN• JADWAL UPDATE : SELASA & SABTU __________ "Pokoknya kamu harus menikah denganya. Mama ingin memiliki seorang cucu." "Mama ini aneh. Kalau Mama menginginkan seorang cucu, kenapa Mama jodohin Darrel sama anak yang bahkan masih sekolah?" C...