Marry With CEO 💎 [On Going]

34. (S.2) Darah Keperawanan

Warning!!! ⚠️
Sebagian part ini terdapat adegan 18+
Bagi pembaca yang belum cukup usia harap langsung skip ke bagian tengahnya aja!
Mohon pengertiannya dan bijaklah dalam membaca
________________
Happy Reading ꈍᴗꈍ

💎💎💎

"Eughhh Mphhh.."

Tubuh Clairyne menggelinjang saat tangan Darrel menyentuh kedua bukitnya yang ukurannya sangat pas di tangan laki-laki itu. Tubuh laki-laki itu tepat berada di atasnya. Entah sejak kapan Clairyne telanjang bulat yang jelas Darrel berhasil merobek semua kain yang menempel di tubuh istrinya dan membuangnya asal. Gerakan lembut Darrel saat meremas payudara Caliryne membuat sang empu merasakan kenikmatan hingga terus dibuat mendesah erotis yang terdengar begitu merdu di telinga Darrel.

"Ahh!" erang Clairyne ketika lelaki itu mulai menyesapnya seperti bayi. Darrel memainkan puting Clairyne dengan lidahnya membuat gadis itu semakin merasakan geli, tangan Clairyne bergerak gelisah terus meremas rambut tebal milik Darrel.

"Clairyne hentikan aku sekarang jika kamu tak ingin menyesal." Suara Darrel terdengar begitu berat karena menahan nafsu yang terus memburu dalam dirinya.

Clairyne memandang Darrel dengan mata sayunya. "Tidak akan. Aku ingin memenuhi kewajibanku sebagai seorang istri, Darrel. Tapi..."

"Tapi apa?" Darrel mengulangi ucapan Clairyne yang terpotong.

"Emm.. aku sangat malu." Gadis itu menyilangkan keduanya tangannya di depan dada berusaha menutupi dua gunung kembarnya yang sudah terdapat beberapa bekas kiss mark.

Jangan tanyakan seberapa malu Clairyne saat ini, ingin rasanya dia berlari dari situasi panas ini. Tapi sepertinya tubuhnya berkata lain. Ini adalah pertama kalinya, tentu saja ia belum bisa membedakan mana sentuhan tidak nyaman dengan sentuhan yang sebenarnya dia nikmati.

Namun Darrel hanya tersenyum lebar, lalu perlahan ia membuka kedua tangan Clairyne yang menutupi dada. "Sudah terlambat untuk mengatakan malu, sayang. Tidak perlu malu, tubuhmu sangat indah."

Pujian itu merambat di telinga Clairyne dan membuat pipinya bersemu merah. "Benarkah? Apa kamu menyukainya?"

"Tentu saja. Sudah lama aku menantikan hal ini. Kamu tahu, Clairyne? Aku sangat antusias ingin mengakhiri masa keperawanmu." Darrel membelai pipi mulus itu.

'Belum apa-apa tapi dia sudah berkeringat. Kau benar-benar membuatku ingin meledak,' ucap Darrel dalam hati.

"Clairyne, ini akan mengawali cinta kita. Dan ini akan menjadi malam pertama kita."

"Malam pertama? Setelah semuanya yang telah kita lalui, kamu masih bisa menyebut ini sebagai malam pertama kita Darrel?"

"Hm. Aku tidak peduli. Yang jelas, saat suami istri melakukan hubungan intim untuk pertama kalinya itulah yang disebut malam pertama."