15 - Paman VR

15 3 0
                                    

15 - Paman VR

"Aku sebenarnya kesini, bertujuan ingin membahas perihal Growtales. Selain itu, aku heran mengapa kau memberi VR senilai 25 juta kepada diriku, apa kau memiliki niat terselubung?" Eruzen memulai percakapan.

"Oh bro!" Pria menghentak meja. "Niat jahat? Kau pikir aku apa, jelas-jelas itu adalah giveaway sebagai tanda perayaan nofapku yang ke seratus!"

Seketika suasana menjadi canggung ditambah fakta pria berotot benar-benar jujur, dan tak merasa malu membahas nofap.

"Baiklah, kalau begitu aku berterimakasih kepadamu. Berkat kau, aku akhirnya bisa memainkan Growtales di tahun 2028."

"Yah, sama-sama. Nah, apa kau kesini cuma mencari kepastian perihal itu saja? Atau ada hal lain yang ingin dibicarakan, sebaiknya bicara sekarang saja."

Melihat pria berotot nampak terburu-buru karena kesibukannya, Eruzen membuka suara. "Kitab Ezith, apa kau tahu tentang itu?"

"Kitab Ezith? Man, semua orang jelas tahu tentang Item Terlangka di Growtales itu, kenapa tiba-tiba membahasnya?"

Pria berotot melanjutkan. "Dan lagi, Kitab itu sudah ditemukan seseorang yang berada di Hutan Kalimantan, sial."

"Kenapa kau kesal?" Tanya Eruzen.

"Kau tahu, Hutan Kalimantan berdekatan dengan tempat kita. Jelas, itu adalah kesempatan emas apabila kita yang menemukannya."

"Lel, andaikata yang menemukan itu adalah temanmu, lantas akan kau apakan?" Eruzen bertanya.

"Hm, kurasa akan kuhajar dia habis-habisan lalu Kitab itu aku rebut." Balas pria berotot dengan santai.

"Sebenarnya, Kitab Ezith ada ditanganku." Eruzen bersuara lebih santai.

Menjinakkan emosi sang buas diperlukan ketenangan yang amat tenang.

Dan kemungkinan besar, ketenangan yang dibuat-buat lebih tenang akan membuat gugup seseorang yang tenang secara natural.

*Gluk.*

"Kau bicara apa barusan?"

"Aku memiliki Kitab Ezith, dan semua konten telah kusalin pada Catatan di dunia nyata." Eruzen berbicara.

"KAU!"

"Kenapa kau menceritakan hal itu sangat terbuka padaku! Apa kau menguji diriku, apa kau ingin aku merebut Kitab mu itu?!" Pria berotot dengan amarah, mengenggam baju Eruzen.

"Hahhh." Eruzen menghela nafas. "Sejak dulu hidupku dihabiskan menyendiri, kupikir inilah tahun dimana akhirnya mendapatkan Keajaiban."

"?" Pria berotot tiba-tiba senyap mendengar ocehan tidak jelas Eruzen.

"Kau memberikanku kesempatan untuk bersinar, berkat VR yang kau berikan aku juga mendapatkan Kitab Ezith."

"Lantas, apa salahnya mempercayai seseorang yang telah memberi kemudahan pada hidupmu?"

Pria berotot terdiam sesaat lalu dengan tatapan serius dia berkata. "Apa kau serius perihal Kitab Ezith ada ditanganmu?"

Pria itu menutup pintu dan mengambil sebuah pisau lalu mendekati Ezith. "Sebenarnya memberi VR tidaklah merugikan, justru kujadikan sebagai penanda bahwa aku melalui nofap ke seratus."

"Jadi, aku persetan dengan omong kosongmu itu. Aku hanya bersikap seperti memberi permen kepada anak-anak ketika mendapatkan rezeki lebih."

"Tentang anak itu menjadi sukses, atau menjadi termotivasi menjadi penjual permen. Aku tidak peduli dengan penghasilan mereka!"

"Kau, akan mati disini." Pria berotot dengan tatapan serius. "Sebelum itu, katakan terlebih dahulu dimana letak Kitab Ezith mu."

"Ada di komplek Grundelt no 66, ruangan 43 bertuliskan Desu Kara Ne. Pintu dapat dibuka dari kunci dibawah karpet, buku itu ku letakkan dibawah meja kasur, ambillah Paman."

'Anak ini tidak berbohong.' Pria berotot bergumam.

'Menarik sekali, setelah menghabiskan masa remaja hingga menjadi om-om. Tak pernah aku menjumpai pemain VR dengan personalitas se indah ini.' Lanjutnya dalam hati.

"Ehm, lupakan semua yang terjadi." Pria berotot meletakkan pisau. "Aku akan sibuk mulai sekarang, kau bisa chat aku via whatsapp jika perlu sesuatu, dan ini nomerku." Dia menyerahkan kertas berisi nomer 62 plus.

"Terimakasih, paman."

"Jangan panggil paman, aku usia 27 dan kau pasti 18 hanya terpaut 10 tahun saja. Kau bisa memanggilku Gumine."

"Apa Gumine nama aslimu?"

"Tentu saja." Balas pria berotot lagi.

"Baiklah selamat tinggal Gumine, maaf membuatmu kerepotan." Eruzen beranjak pergi.

"Tunggu, siapa namamu?"

"Eruzen." Dia memasang sendal bersiaga pergi dari lokasi, namun suara kembali muncul.

"Eruzen, mulai sekarang kita adalah teman. Dan terimakasih telah memberikanku kepercayaanmu."

Eruzen tak menjawab, namun Gumine maupun Eruzen tersenyum menandakan hari-hari berikutnya akan dipenuhi warna petualangan Dunia Virtual.

Growtale OnlineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang