"Nanti pelajaran apa Ze?"
Aku sangat bosan menunggu.
"Fisika Va. Ini yang bikin deg-degan Va." Jawab Zea sambil menyiapkan buku fisikanya.
"Deg-degan kenapa?"
Zea belum sempat menjawab pertanyaanku, terdengar suara sepatu yang masuk. Pintu ruang kelas terbuka. Terlihat sosok guru laki-laki, tidak terlalu tua, juga tidak terlalu muda. Wajahnya tegas, matanya sipit. Eh...satu kelas hening. Aku mengeluarkan buku kosongku.
"Selamat siang anak-anak!" Suaranya terdengar berat.
"Siang pak!" Jawab kami serempak.
Aku antusias mendengar penjelasan Pak Gun, namanya Pak Gun. Pak Gun menjelaskan materi dengan begitu cepat. Zea di sampingku memperhatikan penjelasan Pak Gun dengan sangat serius dan juga tegang. Aku ingin tertawa melihat ekspresi Zea. Pak Gun menjelaskan dengan secepat kilat, sekitar 30 menit papan tulis telah penuh dengan tulisan-tulisan Pak Gun, kami sampai bingung mau mencatat dari mananya dulu. Tapi alurnya masih bisa aku pahami.
"Sekarang siapkan kertas anak-anak." Ucap Pak Gun.
"Apa maksudnya?" Aku bertanya kepada Zea.
"Kita langsung Ulangan Harian Va." Ucap Zea tegang.
Aku mengaduh pelan. Ternyata ini alasan semua siswa bergitu serius memperhatikan pelajaran Pak Gun tadi. Tapi sejauh ini aku merasa paham apa yang Pak Gun jelaskan.
Ulangan Harian berlangsung selam 1 jam, dengan 15 soal uraian. Aku berpikir cukup keras kali ini. Tapi aku masih bisa menyelesaikan semua soal tadi. Tinggal 10 menit lagi, aku sudah berulang kali mengecek jawabanku, memastikan aku yakin akan jawabanku. Belum ada satupun yang mengumpulkan kertas jawaban. Aku bosan menunggu, akhirnya kuputuskan untuk segera mengumpulkan kertas jawabanku terlebih dahulu.
Baru hari pertama aku sekolah di sini, aku merasa sudah nyaman dengan situasi di sekolah ini. Zea ternyata tetanggaku, rumahnya terletak tidak jauh dari rumahku. Jadi, aku punya teman untuk pulang.
Saat bel pulang berbunyi, aku dan Zea segera menuju gerbang sekolah. Sambil melihat kaca pos satpam yang tadi pagi pecah, sekarang sudah tidak ada lagi pecahan-pecahan kaca yang berserakan, hanya menyisakan pos satpam yang bolong tanpa kaca.
"Kok Pak Satpamnya nggak ada yah Va?" Tanya Zea.
"Mungkin sedang mencari kaca penggantinya Ze." Jawabku sambil tertawa.
"Eh tapi kenapa ya, kok kacanya pecah? Padahal tidak ada apa-apa kan?" Tanya Zea menyelidik.
"Emmm mungkin karena kacanya rapuh atau bagaimana, terkena angin jadi pecah. Aku nggak tahu."
Aku memasang muka senormal mungkin, itu jelas-jelas karena kepanikanku melihat anak tadi pagi yang nyaris tertabrak truk. Tapi karena itu, aku bisa terhindar dari hukuman itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Teen Fiction"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...