Aku berlari sekuat tenaga, beruang raksasa itu mengerjar kami sambil memukulkan tangan besarnya ke tanah. Kami terpental, jatuh, bangkit lagi, lari lagi. Energi kami terkuras habis.
BUKKKKK
Aku menoleh ke kanan, Zea terjatuh. Wajahnya pucat, dia seperti menahan rasa sakit. Kami bertiga terpisah dengan jarak yang cukup jauh. Beruang semakin dekat dengan Zea.
" Zea!!! Lari!!!" Teriak Javas dari kejauhan.
Zea sepertinya sudah tidak kuat lagi. Situasi semakin genting. Hanya tinggal beberapa meter lagi. Aku berlari menuju Zea. Beruang raksasa itu semakin dekat, tangan raksasanya siap menghantam tubuh Zea yang terkapar tidak berdaya. Aku tidak akan membiarkan sahabatku pergi. Tangan raksasa itu sudah berada di atas tubuh Zea.
" ZEA!!!!!!" Aku reflek mengangkat kedua tanganku, seolah-olah sedang menahan gerakan tangan beruang.
Suasana lengang, gerakan tangan beruang itu terhenti dan bahkan beruang raksasa itu terpental ke belakang. Javas menatap kejadian ini tanpa berkedip, dia segera berlari menghampiri kami.
" Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas.
Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku.
" Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va! cepat kamu habisi beruang sialan itu!" Ucap Javas sambil membantu Zea keluar dari arena pertempuran.
Kalau saja situasinya lebih baik, ingin sekali meladeni perkataan Javas, dengan entengnya dia meninggalkanku seorang diri untuk melawan beruang raksasa.
" Zea!!! cepat! sebelum beruang itu menyerang dan memakan kita bertiga!" Javas berteriak lagi.
Aku fokuskan pikiranku, aku mencoba mengangkat kedua tanganku. Mulai terlihat cahaya biru, ini sungguhan, benar kata Javas. Kudorong kedua telapak tanganku ke arah beruang, aku merasa mengeluarkan sebuah dorongan yang besar.
BUUUMMM
Cahaya biru itu mengenai tubuh beruang raksasa dan membuat beruang terguling berkali-kali. Javas tampak mengepalkan tinjunya "YESSS".
Tapi aku merasa, untuk mengeluarkan kekuatan ini, perlu fokus tingkat tinggi dan itu sangat menguras energi. Mungkin jika dalam keadaan perut terisi, hal ini tidak terlalu menyulitkan. Masalahnya, dari pagi sampai saat ini tidak ada makanan satupun yang masuk ke perut. Baru saja mengeluarkan kekuatan satu kali, keringatku bercucuran. Badanku semakin lemas. Mungkin bisa jadi karena ini merupakan pertama kalinya aku menggunakan dan tahu mengenai kekuatanku ini.
Aku mengira beruang itu sudah mati, tetapi ternyata beruang itu mulai bangkit lagi. Beruang itu mengaum kencang, membuat burung-burung yang hinggap di pepohonan beterbangan.
Aku dengan cepat mengirimkan cahaya biru ke arah beruang. Namun, gerakanku kalah cepat dengan gerakan tangan beruang yang menghantamkan tangannya ke tanah. Getaran kuat terjadi, tubuhku terlempar di antara bebatuan.
BUUKKKK
Badanku terasa remuk redam, ngilu sampai ke tulang. Aku bangkit dengan sisa tenaga. Sambil berteriak, aku mengirim cahaya biru lagi. Cahaya itu semakin lemah kekuatannya, ini tergantung dengan kondisi fisikku.
Kekuatanku tidak berpengaruh apapun kepada beruang. Beruang raksasa semakin beringas, beruang itu menghentakan kakinya ke tanah disertai aumannya yang sangat mengerikan. Lagi-lagi tanah bergetar kencang, bahkan lebih kencang. Membuatku tersungkur di antara bebatuan tadi, darah segar mengalir di sudut bibirku.
" Avaa!!!" Javas berlari hendak membantuku.
Tubuhku terbaring, sudah tak berdaya lagi, penglihatanku semakin buram. Kulihat beruang raksasa itu semakin dekat dan siap memakanku. Namun, aku sudah tidak bisa berlari lagi, bahkan untuk bergerak saja sangat sakit sekali. Beruang raksasa semakin dekat dan penglihatanku semakin kabur, kepalaku semakin pusing, dan akhirnya aku tidak melihat apapun, gelap.....

KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Ficção Adolescente"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...