" Kalian harus melewati setiap lukisan. Ada tiga lukisan. Setiap lukisan memiliki medan dan tantangan yang berbeda-beda. Jika kalian mampu bertahan dan menemukan kunci pintu gerbang ke lukisan selanjutnya, kalian bisa keluar dari dunia ini." Ucap nenek dengan suara serak.
Kami mengaduh bersamaan, untuk lukisan pertama saja kami hampir mati, jika saja tidak ditolong nenek Merah, kami tidak tahu nasib kami.
" Kalian akan bisa melewati semua medan dengan saling membantu dan bekerja sama."
" Tapi nek, diantara kami bertiga, hanya Ava yang mempunyai kekuatan." Ucap Zea.
" Apapun keadaannya, jika kalian terus bersama-sama, pasti bisa."
Hening sejenak.
" Nek, kenapa dari tadi sore terus? Nggak ada pagi atau malam kah nek?" Javas bertanya.
" Ehhe di dalam lukisan ini memang sore hari nak, jadi menyesuaikan apa yang dilukis. Dan tidak akan berubah." Kami manggut-manggut.
" Dan kenapa hanya ada satu rumah di sini nek? hanya nenek yang ada di dalam lukisan ini? Dan kenapa ada beruang raksasa itu nek?" Tanyaku.
" Itu memang sudah sebuah ketetapan, seperti halnya suasana yang terus menerus sore." Jelas nenek Merah.
Suasana lengang, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak. Badan terasa lebih segar setelah ditotok nenek Merah.
" Sekarang jam berapa sih?" Tanya Javas memecah keheningan.
" Di jam tanganku sih sudah memasuki waktu malam."
Zea dari tadi lebih banyak diam dan raut wajahnya terlihat sedih.
" Ada apa Ze?"
" Aku takut Va, apakah kita bisa melewati tiga lukisan ini? Aku takut tidak bisa kembali ke dunia nyata." Suaranya parau.
" Jangan terlalu dipikirkan Ze, kita lakukan saja apa yang harus dilakukan."
" Seharusnya besok aku bimbingan dengan Bu Rina." Javas menimpali.
" Tidak bisakah kamu melupakan sejenak bimbingan itu Jav? Sekarang kita fokus keluar dari lukisan ini."
" Iya iya maaf."
" Kalian tidur di sini saja dulu nak, besok kalau sudah siap bisa melanjutkan perjalanan." Nenek Merah datang menimpali.
" Iya nek, terima kasih"
Sebenarnya suasana di sini sangatlah tenang. Suara burung berkicau saling bersahutan, suara gemericik air sungai yang mengalir di depan rumah membuat tenang pikiran. Tapi lagi-lagi, tidak ada pagi dan malam di sini. Kami melepas lelah di rumah nenek Merah. Dia sangat baik, kita bercerita dan bertanya banyak hal kepada nenek Merah. Setelah lelah bercerita, kami tidur agar besok kami siap melanjutkan perjalanan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Teen Fiction"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...