Kami terkejut mendengar seruan seseorang yang tak jauh dari kami. Aku mendengar orang tersebut seperti memanggil teman-temannya dan benar saja, datanglah sekitar delapan orang dengan memegang sebatang kayu berlarian ke arah kami. Mereka berlari sembari berteriak-teriak dengan ekspresi muka marah.
"Ada apa ini?"
"Lari!" Javas berseru.
Kami berlari sekuat tenaga. Kami berlarian ke arah manapun selagi itu bisa dilalui. Beberapa bekas rumput terbakar yang masih panas pun aku terjang.
"Mereka masih mengejar kita!"
Kami semakin menambah kecepatan lari kami.
"Tidak ada tempat persembunyian disini!" Seru Zea.
"Sembunyi disini!" Javas mengajak kami bersembunyi dibalik tanah miring.
Kami harap-harap cemas agar mereka tidak melihat kami. Kami berusaha untuk tidak menimbulkan suara apapun. Javas memberi isyarat bahwa para pengejar kita tepat ada di atas kita. Kami bersiap-siap dengan segala kemungkinannya. Kami menutup mulut kami dengan telapak tangan. Aku berada dalam posisi yang tidak nyaman, aku agak menggeser posisiku lebih dekat dengan Zea, namun pergerakanku yang aku rasa sangat sedikit ini menimbulkan suara. Kakiku menginjak dedaunan kering.
"Mereka disini!!!" Teriak salah satu diantara mereka.
Sontak kami langsung menuruni tanah miring ini dengan cepat dan aku sempat terguling. Kami berlari dan mereka terus mengejar kami, bahkan jaraknya semakin dekat. Aku terengah-engah, begitupun Zea dan Javas. Aku berhenti sejenak mengambil napas.
"Ava!! lari!" Seru Javas.
Kami pontang panting menghindari mereka.
Aku hendak menyibak rambutku yang menghalangi pandangan. Tanpa kusadari, kaki kananku masuk ke dalam lubang kecil di tanah yang kulalui. Alhasil kakiku terkilir. Sakit sekali rasanya. "Ava!" Seru Zea.
Aku berlari lagi, namun kakiku sangat sakit sekali. Aku meringis kesakitan. Aku berlari dengan pincang. Zea mundur ke belakang dan memapahku. Javas menyadari bahwa kakiku terkilir, dia langsung berhenti. Para pengejar kita semakin dekat.
"Ayook kita lari!"
"Tidak Va." Jawab Javas sambil ngos-ngosan.
Javas malah maju mendekati para pengejar itu yang sedang berlari ke arah kami. Kakiku sangat sakit, bahkan untuk berdiri pun susah. Aku terduduk dan Zea terus memegangi aku. Semakin dekat para pengejar dengan wajah yang penuh amarah. Zea terus memegang tanganku dengan bergetar. Javas mengangkat kedua tangannya, mengisyaratkan mereka untuk berhenti di hadapan kami. Para pengejar dengan hanya memakai celana itu berhenti. Mereka semua memegang sebilah kayu. Javas tampak menggerakan kedua telapak tangannya, mengisyaratkan agar mereka tenang.
"Kenapa kalian kembali lagi para perusak?!" Seru seseorang yang pertama kali melihat kita.
"Kami bukan perusak, kami ada disini karena kami terjebak!" Balas Javas dengan posisi terjaga.
"Kalian perusak!!!" Seru mereka hampir beberangan.
"Sungguh, kami disini bukan perusak! Kami hanya terjebak dan sedang mencari jalan untuk pulang!" Seru Zea.
"Kalian perusak!!!" Mereka masih tidak percaya.
Tanpa aba-aba, mereka merangsek maju kedepan, mereka menyerang Javas. Aku lantas berdiri dan mencoba membantu Javas.
"Va, kamu jangan maju. Biar aku saja."
"Tidak Ze, mereka banyak, sedangkan kita cuma bertiga."
Javas tampak meladeni satu per satu serangan dan pukulan yang dilancarkan kepadanya. Javas lihai dalam menghindari pukulan, bahkan Javas juga tampak menghajar beberapa diantara mereka dengan telak. Namun, perbandingannya jauh, Javas melawan delapan orang. Saat Javas meladeni berapa orang didepannya, tampak beberapa orang yang lain muncul menyerangnya dari arah samping. Sebilah kayu tampak terayun ke arah Javas.
"Awass Javv!!!"
TUNGGGG
Aku meringis melihat kepala Javas terkena pukulan kayu. Javas mundur ke belakang, aku dan Zea mensejajari Javas. Kami bersiap dengan posisi kuda-kuda. Aku sebenarnya tidak tahu bagaimana caranya berkelahi, tapi aku tetap maju ke depan. Tiga orang berada didepanku. Mereka melancarkan pukulan kayu ke arahku, aku menghindar, berhasil. Dengan kakiku yang sakit, aku arahkan kakiku ke perut salah satu dari mereka, telak mengenai perut dan membuat orang itu tersungkur ke belakang. Aku lebih banyaknya menghindar dari pukulan-pukulan yang dilancarkan kepadaku. Jika ada kesempatan untuk balik menyerang, tak kusia-siakan kesempatan ini. Aku berhasil meninju beberapa dari mereka dengan tanganku.
Aku lihat Zea lihai menghindar, mengelak, dan menyerang. Lebih-lebih Javas, dia tampak seperti seorang petarung, Javas menyerang dan bahkan membuat beberapa diantara mereka mundur dan kabur. Setelah cukup lama aku meladeni serangan-serangan, tampak Javas melumpuhkan pemimpin dari para penyerang ini. Javas menjegalnya. Orang tersebut memberontak ketika dijegal oleh Javas, namun Javas sangat kuat untuk menjegalnya dan tidak membiarkan orang itu terlepas. Melihat pemimpinnya terjegal, para penyerang lain termasuk yang ada dihadapanku mundur, menghentikan serangan.
Namun tiba-tiba, aku melihat anak panah melesat menuju tubuh Javas.
"Javas!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Fiksi Remaja"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...