Siklus Kehidupan

225 20 0
                                    

Huuhh Ava, kenapa kamu mulai membuat masalah lagi. Kamu telah membuat Baran marah. Kenapa kamu seceroboh itu! Okee, aku akan menjadi Ava yang lebih baik lagi, aku berjanji!

Kami terus memacu kuda kami mengikuti Baran. Sebenarnya, jika saja hutan ini tidak terbakar, ini sungguh akan sangat indah. Walaupun seperti itu, hutan tanpa kehijauan ini masih tetap terlihat keindahannya. Kami melewati jalan dengan tebing tinggi di sampingnya. Alih-alih mengerikan, ini sungguh indah. Panorama di bawah sana terlihat dengan jelas. Padang rumput yang luas. Aku membayangkan, mungkin dulu di padang rumput itu dipenuhi bunga-bunga dandelions. Jika terkena angin, bunga-bunga akan berhamburan, berterbangan, sungguh indah.

Aku rasa, perjalanan ini sudah sangat jauh. Pinggangku terasa pegal. Akhirnya, Baran memberikan kode kalau sebentar lagi akan berhenti. Kemungkinan sekarang jika waktu normal, kita sudah mulai memasuki waktu malam. Hanya saja, waktu di dunia lukisan ini tidak akan berubah.

Seharian ini, tepatnya setelah kejadian raksasa asap itu, kami melanjutkan perjalanan dengan menghadapi jebakan-jebakan lainnya juga. Untunglah, Baran paham betul beberapa jebakan yang ada, sehingga kami bisa terhindar dari itu. Ada beberapa jebakan yang tidak kami prediksi sebelumnya, namun kami masih bisa menghadapinya.

Kami berhenti di tanah yang lapang, di sini cukup nyaman, tidak panas.

"Kita akan istirahat di sini." Ucap Baran sambil turun dari kudanya.

Syukurlah, aku sudah sangat lelah.

Kami memakan bekal yang dibawa dari rumah besar Baran.

"Pangeran, akan berapa lama perjalanan kita di lukisan 2 ini?"

"Tidak bisa diprediksi, kita tidak tahu apa yang menghadang kita di perjalanan nantinya. Semoga saja tidak ada hal yang menyulitkan, sehingga kita tidak menghabiskan berhari-hari di lukisan 2 ini."

Aku rasa, ada untungnya juga jika aku semakin banyak menghadapi musuh. Kekuatanku akan bertambah, aku akan mengetahui kekuatan-kekuatan yang tidak aku ketahui sebelumnya. Hanya saja, lagi-lagi aku harus hati-hati dalam hal ini.

"Baran, selama pertarungan, aku sebenarnya bingung mau memanfaatkan panah ini untuk apa."

"Eh Ava, itu karena kamu tidak bisa baca situasi. Lihatlah rambutmu, sudah semakin tidak beraturan. Panah ini sebenarnya adalah kelemahan raksasa asap itu, kamunya aja yang tidak memanfaatkannya, malah mau tertimbun debu." Sambar Javas.

"Jangan bawa-bawa rambutku!"

"Sudah, Javas jangan berbicara seperti itu. Kita sedang belajar menggunakan panah ini. Tidak mudah untuk bisa menggunakannya dengan baik." Ucap Zea.

"Jangan hanya mengandalkan kekuatanmu saja Va, buktinya, panah adalah kelemahan raksasa asap dan ini menjadi hal yang sama sekali tidak kita duga."

"Kejadian seperti itu pernah aku alami. Aku yang terlalu percaya akan kekuatanku, ternyata tidak ada apa-apanya bagi raksasa itu."

Baran ternyata pernah mengalami hal serupa.

"Kita akan beristirahat di sini dulu, kalian bisa melepas lelah, mungkin mau tidur, biar aku yang berjaga di sini." Ucap Baran.

"Emm pangeran istirahat dulu saja, biar aku yang berjaga."

"Tidak Javas, aku belum terlalu lelah."

Kita bertiga akhirnya istirahat terlebih dahulu. Aku dan Zea memilih tempat sendiri untuk melepas lelah.

Zea tertidur dalam posisi menyandar di pohon. Sementara itu, Javas terlihat telah tertidur pulas di dekat Baran yang sedang terduduk. Aku sangat haus.

Aku mengambil minuman di depan Baran.

DI BALIK LUKISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang