Pagi ini aku berangkat pagi sekali, aku tidak mau mengulangi kejadian kemarin. Pak satpam tidak ada di posnya dan kaca pos yang bolong kini sudah terpasang kaca yang baru. Aku berjalan ke kelasku, sekolah masih sepi. Aku yakin, aku siswa pertama yang sudah masuk kelas pagi ini. Aku membuka pintu kelas.
Eh, ternyata sudah ada yang berangkat. Itu, Javas! pagi sekali dia berangkat. Dia duduk di depan mejaku dengan Zea. Memang kemarin meja di depan hanya ada Rio, ternyata teman semeja Rio itu Javas.
"Hai! kamu Ava kan? Yang kemarin Zea kenalkan?" Javas membalikan badannya.
"Eh iya. Kamu berangkat pagi-pagi sekali Jav?" Tanyaku mencoba untuk mengakrabkan.
"Aku memang selalu berangkat jam segini." Javas menjawabku sambil menutup buku tebalnya, mungkin itu buku biologi.
"Oh iya, kemarin aku nggak masuk pelajaran kelas sama sekali, hari ini pelajaran fisika kan? aku boleh pinjam catatan kamu?" Tanya Javas.
"Boleh." Aku mengambil buku catatanku dan memberikannya kepada Javas.
Dia rajin sekali. Jika dilihat-lihat, sepertinya Javas bukan murni keturunan sini. Alisnya tebal tetapi tidak terlalu tebal, hidungnya mancung, bola matanya coklat, tubuhnya tinggi. Dan senyumnya, aduh! kenapa aku jadi memikirkan ini.
Teman-teman yang lain mulai berdatangan, termasuk Zea, seperti biasa dia terlihat riang.
"Ava, kamu tahu nggak? Nanti ada pertandingan basket loh!" Seru Zea sambil meletakan tasnya.
"Nanti?"
"Iya nanti. Pertandingan ini bakalan seru Va, tim basket sekolah kita melawan juara bertahan!" Seru Zea sekali lagi. Matanya yang indah membulat ke arahku saking semangatnya.
"Nanti jamkos?" Aku menanyakan hal yang membuat raut muka Zea berubah.
"Sayangnya nanti nggak ada jamkos." Jawab Zea mendengus kesal.
Aku tidak terlalu suka basket, tetapi menontonnya bisa menjadi hiburan bagiku, setidaknya pikiranku tidak pusing memikirkan hal-hal aneh dalam diriku.
Pelajaran pertama akan dimulai. Javas malah izin tidak mengikuti pelajaran. Anak itu terlalu sibuk, mungkin dia bimbingan osn lagi.
Pelajaran baru saja dimulai dan aku sudah menguap.
****
Melihat jam dinding berputar sangatlah lambat. Kapan pelajaran ini berakhir. Aku mengucek mataku, mengerjapkan mataku.
Teng trengg
Aku menghembuskan napas lega, bel istirahat berbunyi.
"Ava! pertandingannya mungkin belum selesai, yukk kita nonton!" Tanpa menunggu jawabanku, Zea menarik tanganku.
Zea lincah menyibak kerumunan siswa yang juga sedang menonton pertandingan. Aku hanya mengikuti Zea. Hingga akhirnya kami menemukan tempat strategis. Zea menjelaskan kepadaku, tim sekolah kami yang memakai jersey warna putih. Skor imbang, 15-15. Para pemain dengan tubuh jangkung-jangkung itu terlihat lincah memainkan bola.
Zea berteriak-teriak memberikan semangat, aku geleng-geleng kepala melihat Zea yang bersemangat sampai berjingrak-jingkrak.
Hei! tunggu! itu bukanya Javas? Tidak salah lagi, itu Javas! Kemampuan melihatku tidak bisa diragukan. Ternyata Javas juga anggota tim basket. Aku melihat gerakannya begitu tangkas dan penonton cewe-cewe terdengar meneriaki nama Javas. Aku ternganga melihat pemandangan ini. Jangan sampai Zea berteriak memanggil-manggil nama Javas, bisa kutimpuk dia, bukan karena apa-apa, geli saja melihatnya. Javas nampaknya tidak peduli dengan teriakan-teriakan mereka, dia terus bergerak lincah. Aku sekarang paham, Javas nampaknya menjadi idola siswa-siswa perempuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Teen Fiction"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...