Dunia Lukisan

291 31 0
                                    

Aku mulai membuka mataku, badanku masih sulit untuk digerakkan. Kulihat Javas, Zea, dan satu nenek tua berada di sampingku. Aku meraba tubuhku, bukannya tadi aku akan dimakan beruang raksasa itu? Sekarang aku dimana?

" Ava, bagaimana keadaan kamu? Sudah lebih baik?" Tanya Zea.

Aku hanya mengangguk.

" Ava, pasti kamu bingung kita lagi ada dimana? Kita lagi di rumah nenek Merah. Tadi yang menyelamatkan kamu itu nenek Merah ini." Jelas Javas.

Kulihat nenek Merah itu, namanya saja yang Merah, tapi dia seperti manusia normal, berkulit sawo matang, hanya saja pakaiannya yang serba merah. Nenek Merah terlihat sudah renta, bagaimana bisa dia menyelamatkanku dari beruang raksasa tadi?

" Jangan salah Va, walaupun sudah tua, nenek ini memiliki kekuatan dahsyat. Dia bisa mengeluarkan cahaya merah yang sangat besar. Sekali pukul, beruang itu sudah mati Va. Tidak bisa dibayangkan jika tidak ada nenek Merah tadi." Ini Javas bisa saja menebak isi pikiranku.

Aku berusaha untuk duduk, badan masih sakit, tetapi kupaksakan untuk duduk.

" Nenek buatkan makanan untukmu nak, makanlah. Untuk mengeluarkan kekuatan membutuhkan energi yang banyak. Tadi kamu kehabisan energi." Ucap nenek Merah dengan suara serak.

" Makanlah Va, aku dengan Zea sudah makan tadi, kamu pingsan lama sekali. Tapi ya tetap saja, langit terlihat tetap sore." Javas tak berhenti berbicara.

Rumah ini sangat nyaman, meskipun berdinding kayu dan beralaskan kayu juga, tapi rumah ini sangat rapi. Dari tadi tidak ada siapapun di rumah ini, mungkin nenek Merah tinggal sendirian di rumah ini.

" Apakah badan kamu masih terasa sakit nak?" Nenek Merah bertanya dengan tersenyum kepadaku.

Aku mengangguk.

" Biar nenek totok yah." Mataku terperanjat. Aku anti sekali dengan pijatan apalagi totokan.

" Tenang saja Va, nenek Merah totokannya sangat enak kok. Aku sama Javas tadi sudah ditotok nenek, rasa sakit jadi hilang." Ucap Zea sambil terkekeh.

Memang benar, totokan nenek Merah tidaklah sakit, rasa sakit di badanku berangsur-angsur mulai membaik.

" Terima kasih nek."

Nenek Merah tersenyum.

" Nek, sebenarnya ini dunia apa? Kami sebelumnya berada di dalam galeri, entah kenapa kami tiba-tiba tersedot ke dalam lubang hitam dan kami terjatuh di tempat ini nek." Kuberanikan diri untuk bertanya mengenai hal ini.

" Kalian terjebak dalam dunia lukisan kehidupan nak, kalian bisa sampai ke lubang karena kalian membaca kode masuk ke dunia lukisan."

Aku dan Javas saling berpandangan, artinya benar kata Javas.

"Dan perlu diketahui, hanya orang dengan keturunan dunia lukisan kehidupan yang bisa membuka lubang itu." Ucap nenek Merah.

" Jadi Ava keturunan dunia lukisan?" Celetuk Javas.

" Yang membaca tulisan tadi itu Ava." Ucap Zea menambahkan.

" Tapi aku punya ayah, ibu, kakak di dunia nyata. Tidak mungkin aku dari keturunan dunia lukisan." Aku terkejut mendengar pernyataan nenek.

" Ada banyak kemungkinan nak, bisa saja salah satu dari kedua orang tuamu merupakan keturunan dunia lukisan, dia keluar dari dunia ini dan menikah dengan manusia di dunia nyata, itu bisa saja terjadi." Jelas nenek.

" Tidak mungkin."

" Buktinya kamu memiliki kekuatan dunia lukisan nak, kekuatan itu tidak dimiliki oleh manusia manapun. Kamu mampu mengeluarkan cahaya biru. Itu kekuatan awal kamu, jika kamu mengasah kekuatan kamu, kamu akan mencapai level lebih tinggi. Kekuatan kamu bisa berubah menjadi kuning, ketika naik level lagi berubah jadi hijau, naik level lagi berubah jadi ungu, naik level lagi seperti nenek, berwarna merah. Dan puncak kekuatan itu berwarna emas." Ucap nenek.

" Bagaimana bisa?" Aku masih belum mempercayai ini.

" Itu bisa nak, asalkan di dalam diri kamu mengalir darah keturunan dunia lukisan. Perlu waktu dan pemahaman yang dalam untuk mengerti semua ini. Sudahlah jangan bahas itu lagi. Sekarang kalian ingin kembali bersama keluarga kalian di dunia nyata?"

Kami mengangguk bersamaan.

DI BALIK LUKISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang