Hari ini aku bertemu dengan sahabat baru.
Zea, walaupun baru saja mengenalnya, aku merasa akrab dengannya. Dia cantik, matanya sangat indah, terpancar sosoknya yang sangat baik, hatinya tulus, aku sangat tahu itu. Dia sangat pintar di pelajaran sejarah. Di saat guru sejarah menjelaskan materi panjang lebar, aku sudah menguap berkali-kali, berusaha terjaga dan berusaha agar tidak roboh karena mengantuk. Namun berbeda dengan Zea, dia terlihat begitu antusias.
Seperti yang papa katakan tadi pagi, papa akan pulang larut malam, aku dan mama makan malam lebih dulu. Setelah membantu mama memasak, aku dan mama langsung menyantap makan malam kami.
"Tadi gimana sekolahnya Va? teman di sana baik-baik kan?"
"Tadi lancar ma. Mama tahu? Ava punya temen, Zea namanya, dia ternyata kita ma, rumahnya tidak jauh dari sini."
" Oh ya? Ajak Zea main ke sini Va kapan-kapan." Mama memang suka anak-anak.
Setelah makan malamku dengan mama selesai, aku membantu mama membereskan sisa makanan tadi. Mama menyuruhku belajar di kamar. Sedangkan mama masih menunggu papa pulang. Aku beranjak masuk ke kamarku, ada beberapa tugas yang harus aku selesaikan.
Di meja belajarku, aku mengerjakan tugas secepat mungkin. Aku beranjak membuka jendela kamarku. Malam ini hujan tidak turun. Aku memandangi kerlap-kerlip lampu di bawah sana. Ada banyak hal yang ingin aku ketahui. Mengenai kekuatanku, aku tidak tahu itu berasal dari mana, kenapa itu bisa ada di dalam diriku. Aku juga berfikir, apakah aku bisa melakukan hal-hal lebih dari hanya memecahkan benda-benda? Kemungkinan aku bisa, tapi aku belum mengetahuinya.
Dari kejauhan, aku melihat terdapat pengendara motor yang berhenti di pinggir jalan, pengendara itu turun dari motornya. Tampaknya sedang mencari-cari sesuatu. Pengendara itu lantas mengambil benda yang dicarinya, dia mengambil sebuah cincin. Cincin yang indah. Pastilah cincin itu akan diberikan kepada orang terkasih.
Tapi tunggu, ada hal ganjil di sini. Kenapa aku bisa melihat cincin itu? Jarak antara kamarku dengan jalan itu jauh dan aku bisa melihat cincin itu? Aku baru menyadarinya. Segalanya terlihat dengan begitu jelas. Aku mengucek mataku, aku kembali melihat di sekitar jalan, terdapat baliho di pinggir jalan. Aku mencoba fokus ke baliho tersebut, ya! aku bisa melihat tulisan itu, aku yakin itu tulisan dengan font kecil. Aku bisa membacanya dengan lancar. Aku tidak mempercayai ini.
"Kamu lagi ngapain Va? malam-malam lihat-lihat ke luar." Mama mengejutkanku, ternyata mama masuk ke kamarku, entah sejak kapan.
"Eh lagi lihat-lihat aja ma."
"Mama sini, mama lihat baliho itu?" Ucapku mengajak mama berdiri di sampingku.
"Iya mama lihat."
"Mama bisa baca tulisan di baliho itu ma?" Aku hanya ingin memastikan saja.
Mama terlihat memicingkan matanya.
"Kamu ngaco Va, mana mungkin mama bisa baca tulisan sekecil itu dari jarak jauh. Walaupun mata mama nggak minus loh." Jawab mama.
Aku terkekeh pelan. Apakah ini kekuatanku yang baru? Atau ini mungkin sudah sejak lama ada di dalam diriku, hanya saja aku baru menyadarinya. Ini membuatku semakin bingung, tidak masuk akal. Suatu ketidakmungkinan tetapi ini adalah sebuah kenyataan. Aku menghela napasku pelan. Dan saat ini aku semakin yakin, ada kekuatan di dalam diriku.
" Mama sedang cari buku masak mama, bukunya tipis terus kecil lagi, jadi nggak tahu keselimpet dimana, kayaknya di rak bukumu Va." Mama mulai sibuk mencari bukunya di rak bukuku.
Aku menepuk dahiku, sebegitu pentingnya buku itu untuk mama. Rak bukuku terletak di pojok ruangan. Terdiri dari 4 rak buku. Rak pertama, jika dihitung dari bawah, adalah buku-buku pelajaranku, rak kedua khusus untuk novel-novel favoritku, rak ketiga khusus untuk buku-buku non fiksi, dan rak keempat khusus untuk buku tebal-tebal yang kebanyakan buku-buku sejarah, jujur aku tidak pernah menyentuhnya, entah kenapa papa semangat sekali membelikanku buku-buku tebal itu.
"Ma, bukunya kecil kan? Tipis? Itu ada di tengah-tengah buku matematika sama fisika." Mama langsung melihat yang aku tunjukan, dan benar, itu buku mama. Mama tampak gembira menemukan bukunya.
"Iya va, kok kamu bisa melihatnya?" Aku mengangkat bahu sambil tertawa melihat ekspresi mama. Kelebihan penglihatanku ini sangat berguna.
Mama kembali ke bawah. Aku mematikan lampu kamarku dan langsung merebahkan tubuhku di atas kasur. Hidupku aneh, apakah hanya aku yang merasakan ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Fiksi Remaja"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...