Nenek Merah

287 29 0
                                        

Rasa-rasanya sangat berbeda bermalam, eh maksudnya tidur di sini. Ketika melihat jendela, masih saja dengan cuaca sore yang cerah.

" Ze aku nggak bisa tidur nih, setiap mau tidur aku selalu memandang bulan di tengah langit malam, kalau disertai dengan gerimis, uhhh pasti enak banget tidurnya." Aku mencoba mengajak Zea yang dari tadi sudah terlelap.

" Hmmmmmm" Hanya dibalas geraman Zea.

Besok aku harus melanjutkan perjalanan, aku harus bisa tertidur malam ini, eh sore ini lebih tepatnya.

Sepertinya aku baru tertidur 5 menit, Zea sudah mengguncang-guncang tubuhku.

" Aku baru saja tertidur Ze, beri aku waktu tidur lagi." 

" Kita sudah tertidur sekitar 7 jam Va. Nenek Merah sudah sejak tadi bangun, sekarang sedang memasak, ayo Va bantu nenek." Zea sangat bawel saat ini.

" Kamu ajak Javas saja Ze, beneran aku masih perlu istirahat." Terdengar Zea menghela nafas, lalu pergi.

Selang beberapa saat, CTARRR.....!!!

Aku merasa tubuhku melayang dan terbalik.

BUUKKKK

Aku terjatuh di lantai kayu dengan posisi tengkurap. Kaget bukan main, aku langsung terbangun, mengucek mataku, memperjelas apa yang terjadi tadi.

Aku melihat Nenek Merah di pintu kamar, nenek melihatku sambil tersenyum.

" Bagaimana kamu bisa meningkatkan kekuatanmu jika kamu bermalas-malasan seperti ini nak." Nenek Merah tersenyum tetapi kata-katanya begitu dingin.

" Emmmm maaf nek." Jawabku dengan wajah kusut.

CTARRRR!!!!

Cahaya merah dari tangan Nenek Merah hampir mengenaiku tubuhku lagi, untungnya aku bisa menghindar. Aku tidak percaya dengan apa yang telah aku saksikan. Hanya dengan menjentikan jarinya, nenek bisa menjatuhkanku dari ranjang dan hampir saja mengenai tubuhku untuk kedua kalinya. Rasanya seperti dipecut, sakit.

" Bersihkan dirimu nak, nanti kita sarapan." Nenek itu tetap berkata dengan senyumnya.

" I....iya nek." Suaraku terbata-bata saking takutnya.

Apapun yang ada di rumah ini sama persis dengan kehidupan nyata, dari segi makanan, perlatan-peralatan rumah, pakaian, dan yang membedakannya hanyalah waktu di sini.

Setelah selesai makan, kami mempersiapkan bekal yang sudah Nenek Merah sediakan untuk kami. Seperti bekal makanan dan minuman. Nenek Merah juga membekali kami dengan beberapa pakaian miliknya, kain bila sewaktu-waktu kami kedinginan. Semua bekal dimasukan ke dalam karung berukuran sedang dan kami jadikan karung itu seperti ransel, karena tidak ada ransel di sini.

" Nek, bagaimana cara melatih kekuatanku nek? Apa nenek bisa mengajariku?" Aku beranikan untuk bertanya tentang hal ini.

Nenek Merah menggeleng.

" Yang bisa melatih kekuatanmu hanyalah dirimu sendiri nak, kekuatanmu akan terlatih jika kamu semakin banyak melawan musuh-musuhmu. Dengan itu maka kekuatanmu akan meningkat." Aku tercengang dengan perkataan nenek.

" Tapi nek, bagaimana dengan kita berdua yang tidak memiliki kekuatan? Jika nanti ada apa-apa lagi cuma Ava yang memiliki kekuatan." Ucap Zea cemas.

" Selalu bersama-sama nak, jangan sampai kalian terpisahkan, saling membantu apapun kondisinya, apapun caranya." Nenek Merah tersenyum.

" Ini baru perjalanan awal nak, akan lebih banyak lagi rintangan yang menunggu kalian. Kalian mungkin akan menjumpai orang-orang dengan berbagai sifat dan karakter, berhati-hatilah kalian." Lanjut Nenek Merah.

" Emm nek, bagaimana kami bisa menemukan kunci untuk membuka gerbang lukisan selanjutnya?" Javas bertanya serius.

Lagi dan lagi Nenek Merah tersenyum, sepertinya sejak pertama bertemu nenek merah, ekspresi Nenek Merah dalam keadaan apapun itu pasti selalu tersenyum. Tapi itu membuat kami merasa tenang bersama Nenek Merah.

" Kalian akan menemukan petunjuk dalam perjalanan kalian nantinya, gunakan akal pikiran kalian, gunakan naluri kalian, dan tetap waspada dengan apapun itu." Jelas Nenek Merah.

Saatnya kami berangkat melanjutkan perjalanan kami. 

DI BALIK LUKISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang