Ava mulai membuka matanya. Dia merasakan ngilu di sekujur tubuhnya. Kepalanya pusing. Ava tidak dapat melihat apapun di sekitarnya. Ya memang sangat gelap. Ava menyadari bahwa sekarang dia sedang berada di ruangan tanpa pencahayaan. Rasanya sangat engap.
Ava menggeram karena kedua tangannya terikat.
"Argghhh!!!"
"TOLONG!!!!"
"SIAPAPUN DI LUAR!!! TOLONG!!!"
Ava mendengus kesal.
"Artinya sejak tadi aku tidak sadarkan diri"
"Bagaimana dengan Javas dan Zea?"
"Bagaimana dengan Baran?"
"ARRGGHHH!!!"
Ava berjalan mondar-mandir, tetap tidak dia temukan pintunya.
Ceklek
Ava mendongak ke atas. Sedikit semburat cahaya masuk melalui celah pintu yang terbuka. Sosok pria bertubuh tinggi tampak masuk. Ava tidak begitu paham siapa dia. Terdengar langkah pria itu menuruni tangga. Sekarang pria itu telah berdiri di hadapan Ava. Sosok pria dengan bermata biru. Ava langsung tahu siapa dia.
"Si pria menyebalkan." Batin Ava.
"LEPASKAN!!!" Bentak Ava.
Agra bergeming.
Agra justru mendorong secara paksa tubuh Ava untuk berjalan. Ava bingung dengan perlakuan Agra.
"Kamu mau mengantarku kemana?!"
Agra tetap diam.
"Woy jawab!!!"
Agra masih membisu. Malahan Agra semakin mendorong-dorong tubuh Ava untuk berjalan maju. Ava berjalan menuruti Agra dengan kondisi tangan masih terikat. Ava melewati setiap ruangan demi ruangan. Kondisi istana sudah sangatlah berantakan.
Ava mendengus kesal. Rambutnya berantakan tidak karuan. Tangannya tidak bisa untuk membetulkan rambutnya yang sebagian menutupi wajahnya. Agra masih mendorong tubuhnya hingga akhirnya mereka berhenti di halaman istana.
Baran yang sedang meladeni serangan para prajurit terhenti ketika melihat Ava dengan kondisi demikian. Agra tampak mengangkat tangan kanannya, mengisyaratkan agar prajuritnya berhenti menyerang Baran. Semua pandangan menuju Ava.
Prok! prok! prok!
Tampak seorang lelaki bertubuh besar, perut buncit, rambut gondrong, berpakaian serba hitam muncul dari pintu utama istana dengan bertepuk tangan.
"Kerja bagus Agra!!!" Ucap lelaki tersebut.
"Perintahmu raja." Ucap Agra sambil membungkuk memberi hormat.
"Oh jadi ini Gara?" Batin Ava.
"Tugasmu pada gadis ini cukup. SIsanya, biarkan aku yang mengurusnya." Gara mendekati Ava. Agra menggeser tubuhnya, menjauh.
Gara menendang kaki bagian tulang kering Ava, sehingga membuat Ava terjatuh dan membuat tubuh Ava berdiri dengan bertumpu pada kedua lututnya.
Baran merangsek maju, namun, prajurit-prajurit menjegal Baran.
"LEPASKAN!!!" Baran berontak.
"Raja Agra!!! Apa yang akan kamu lakukan?!!"
Gara hanya tersenyum buas.
"Sebelum melenyapkanmu, aku harus melenyapkan gadis ini terlebih dahulu!"
"Tolong! Aku mohon. Lepaskan dia!" Seru Baran dari kejauhan sembari berusaha melepaskan diri dari jegalan prajurit.
"Sudah terlambat Pangeran Baran!" Gara tertawa buas.
Gara mengambil pedang, SREEKKK
"Aku mohon jangan lakukan! Jangan!!!" Baran semakin memberontak, namun semakin kuat prajurit-prajurit menjegalnya.
Baran menggeram.
"ARRGHH LEPASKAN!!!!"
Gara tertawa melihat Baran.
"Gadis ini merepotkan kami wahai Pangeran Baran. " Gara menepuk-nepuk pundak Ava dengan pedangnya.
"Raja!!! camkan ini baik-baik!!!"
"Jika kamu berani menyakitinya sedikit saja, aku pastikan, seluruh kerajaan ini, seluruh lukisan 3, dan termasuk kamu sendiri akan HANCUR!!! TIADA YANG TERSISA!!!!"
Gara terkekeh.
"Apa yang kamu katakan anak muda? Mau melawanku hah?!"
Baran menggeram, memberontak.
"Ava!!! tenanglah!!!" Baran menatap Ava dengan tatapan khawatir.
Ava tersenyum.
"Biarlah Baran. Mereka kira jika aku tiada, mereka aman. Tapi sayangnya dugaan mereka sepenuhnya salah."
"Tindakan mereka menunjukan bahwa mereka tidak memiliki kekuatan apa-apa, sampai-sampai akan membunuh gadis ingusan sepertiku." Ava terkekeh pelan.
Gara yang mendengar perkataan Ava langsung memerah mukanya. Gara tampak menarik ke belakang pedangnya, hendak menusuk Ava dari belakang.
"Raja!!! Aku mohon tolong jangan lakukan!!!" Baran menggertak.
Baran tidak bisa mengeluarkan kekuatannya. Telapak tangannya dijegal oleh prajurit.
"Kekejaman yang ada pada dirimu akan membunuh dirimu sendiri!!!"
Cuiihh
Gara meludah ke depan.
Baran berontak. Tapi begitu banyak prajurit yang menjegal Baran.
Gara mulai mengayunkan pedangnya ke tubuh Ava.
"AVAAA!!!!!!"
"Bukan Ava namanya jika tidak memberikan perlawanan."
Dalam detik-detik menegangkan, Ava berdiri dan membalik tubuhnya menghadap Gara.
Dengan tangan kanannya, Ava melepaskan kekuatan birunya.
CTARRR BUUMMMMM!!!!!!!
Terdengar perih dan menggelegar. Tubuh Gara terlempar dan menabrak dinding istana dengan sangat keras. Ava sendiri tidak menyangka akan mengeluarkan kekuatan seperti itu. Kekuatan yang tidak dia keluarkan sebelumnya. Ava belum mengerti bahwa sebenarnya Ava telah melepaskan kekuatan mematikan. Tubuh Gara tidak bergerak. Beberapa prajurit tampak menggotong tubuh Gara.
Baran tersenyum lega menatap Ava.
Ava mengangguk membalas tatapan Baran.
Ava mengingat kembali kejadian sebelum ia berada di halaman istana.
Saat masih berada di dalam istana, Agra mendorong-dorong tubuh Ava agar Ava berjalan. Namun, Ava merasa Agra menyelipkan sesuatu pada kedua telapak tangannya. Ava merasa ini benda tajam. Lumayan kecil. Memiliki ujung yang runcing. Memiliki sisi yang tajam. Itu adalah belati. Ava lantas menggenggam erat dan menyembunyikan belati di balik telapak tangannya. Selama perjalanan menuju halaman istana, Ava sudah mulai membuka ikatan tali dengan belati tersebut. Usaha itu terus dia lakukan dan untungnya talinya berhasil terlepas di detik-detik terakhirnya.
Ava menoleh ke arah Agra yang saat ini tidak berdiri jauh darinya. Agra langsung mengalihkan pandangannya. Aneh.
![](https://img.wattpad.com/cover/297067968-288-k462298.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Teen Fiction"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...