Pergi

218 15 0
                                        

Angin semilir berhembus.

Saat ini, dibawah terangnya rembulan di langit malam, seorang ksatria pemilik bola mata seindah bulan itu membuktikan cinta yang sesungguhnya.

Semua tidak ada yang bisa menyangkal permintaan Agra.

Baran terus menunduk.

"Seorang ksatria tidak akan menangis karena kematian. Seorang ksatria hanya akan menangis karena kegagalan."

Baran menatap wajah kakaknya.

Agra mengangguk.

Ava mulai mengambil kekuatan Agra.

Kekuatan biru mulai menjalar ke seluruh tubuh Agra. Suasana di sekitar mendadak gelap, menyisakan cahaya biru yang keluar dari kedua telapak tangan Ava dan cahaya merah yang keluar dari tubuh Agra. Agra mengerang kesakitan. Namun Agra tidak mengerang keras, tubuhnya kini sudah sangatlah lemah.

Suasana yang sangat dingin menyelimuti mereka. Ava tetap fokus mengerahkan kekuatannya. Baran terus berada di samping Agra.

Secara perlahan mulai terbentuk bola berwarna merah. Itu menandakan kekuatan Agra mulai terangkat. Semakin lama semakin besar. Bola merah itu kini telah terbentuk sempurna. Cahaya biru tidak lagi menjalar di tubuh Agra. Artinya semua kekuatan Agra telah terangkat.

Sekarang saatnya memasukkan kekuatan Agra ke dalam tubuh Baran.

Ava mengarahkan bola merah itu ke tubuh Baran yang sekarang terduduk bersila. Bola merah lantas masuk melalui dada Baran. Kemudian cahaya merah terlihat menyebar ke seluruh tubuh Baran. Tubuh Baran memancarkan cahaya merah. Baran sedikit menggeram dan mencengkram rerumputan.

"Argghhh!"

Kali ini, waktu menunjukkan tepat 3 jam, dihitung sejak kekuatan Baran kembali diaktifkan.

Saat bola merah itu masuk ke dalam tubuh Baran, di saat yang bersamaan terlihat semburat cahaya merah yang keluar dari tubuh Baran. Cahaya yang keluar adalah kekuatan Baran yang beberapa waktu lalu diaktifkan. 

Cahaya merah di dalam tubuh Baran kini sudah tidak ada, meredup. Hal ini mendandakan kekuatan dari Agra telah permanen dan menyatu dengan tubuh Baran. Proses pemindahan kekuatan telah berhasil dilakukan.

Ava mengusap keringat di dahinya.
Baran yang keadaannya masih terlihat lemas setelah proses pemindahan kekuatan itu langsung menghampiri Agra.

"Maafkan aku kak." Ucap Baran dengan suara bergetar.

"Sshhh kamu berbicara apa."

Ratu Aica mengelus kepala Agra.

"Anakku, katakan, bagaimana bisa ibu akan menahan rindu lagi? Ibu tidak akan kuat. Bagaimana caranya nak, katakan pada ibumu ini?"

"Katakan pada ibumu ini nak. Ibu yang tidak pernah memberikan belaian kasih sayang selama hidupmu."

"Katakan hukuman apa yang pantas ibu dapatkan?" Ratu Aica terus berucap dengan terisak.

Agra menggeleng, lantas tersenyum.

"Jika ibu rindu, lihatlah Baran bu. Lihatlah senyum Baran sama persis sepertiku. Baran adalah pantulanku bu. Lihatlah dia." Ucap Agra lemas.

"Setiap detik yang ibu lalui adalah hukuman bagi ibu, nak. Bagaimana bisa ibu menanggung semua ini?"

"Ibu adalah seorang ratu. Ibu adalah seorang ibu dari dua ksatria. Lantas siapa lagi wanita terkuat selain ibu?"

Agra menarik napasnya panjang. Kedua tangannya menggenggam erat tangan ratu dan Baran.

"Sudah saatnya aku pergi."

"Tidak kak"

Agra terbatuk.

Ratu mencium genggaman Agra. Tidak ada suara lagi selain isak tangis mereka.

Tubuh Agra tersentak lantas menghembuskan napas terakhirnya.
Mata biru Agra kini telah tertutup.

"Anakku Agraa!"

Tangis ratu pecah. Ratu menghambur, memeluk tubuh Agra.

Baran menunduk dalam.

Bulan sabit yang bersinar di langit malam itu kini telah tertutup awan.

DI BALIK LUKISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang