Lukisan

363 35 0
                                        

Sepulang sekolah, Zea bilang dia ingin sekali main ke rumahku. Dia datang dengan bersepeda ke rumahku, karena jarak rumahku dan Zea tidaklah terlalu jauh. Aku berlari membukakan pintu gerbang. Aku terkejut, di belakang sepeda Zea, tampak Javas yang juga menggunakan sepedanya. Astaga dia selalu ada di manapun Zea berada!

Aku menoleh ke arah Zea.

"Javas pengin ikut ke sini Va, nggak masalah kan Va?" 

Mama menyambut mereka dengan sumringah. 

Javas terlihat memandangi setiap sudut rumahku, tepatnya dia memandangi lukisan-lukisan di dinding rumahku.

Papa menyukai lukisan, papa yang membeli lukisan-lukisan ini dan dipajang disetiap dinding rumah.

"Ada apa Jav?" Aku heran, Javas tidak cerewet seperti biasanya. Dia seperti terpaku menatap lukisan-lukisan itu.

"Eh...lukisan-lukisan ini bagus sekali Va, aku menyukainya."

"Lihat! Banyak sekali makna yang terkandung dalam lukisan-lukisan ini. Sejak kapan kamu menyukai keindahan Va? eh maksudku, sejak kapan kamu menyukai lukisan?" Dia bahkan sekarang mulai melihat lukisan-lukisan itu dari dekat.

"Itu papa yang beli, papa suka lukisan. Setiap ada lukisan yang bagus, papa langsung beli."

"Dan sejak kapan kamu suka lukisan Jav?" Zea ikut menimpali.

"Bukankah yang paling kamu sukai adalah buku-buku biologimu heh?" Aku tertawa.

"Aku juga suka seni. Kakekku seorang seniman. Sejak kecil setiap kali ke rumah kakek, kakek selalu menunjukan hasil lukisnya." Javas sudah kembali duduk.

"Aku tahu Jav, kamu pernah cerita kalau kakek kamu punya galeri kan?" Tanya Zea.

"Iya, galeri kakek yang ada di pusat kota ini." Javas tampak meminum Jus buah yang mama siapkan.

"Aku kira keluargamu dokter semua Jav, 3 generasi?"

"Tidak, kakek itu ayahnya mama, mama tidak punya bakat seni jadi mama memilih menjadi dokter saja" Jelas Javas.

"Apakah kamu akan mengikuti jejak orang tuamu Jav? Menjadi seorang dokter?" Tanyaku.

Javas hanya menanggapi dengan mengangkat bahunya.

Mama terlihat membawa makanan, ada kue yang mama bikin tadi siang. Mama juga membawakan puding buatan mama. Apapun yang mama buat sepertinya mama bawa semua.

"Maaf tante jadi repot-repot begini." Ucap Zea.

"Eh enggak kok, tante senang ada teman-teman Ava ke sini. Sering-sering main ke sini nak, Ava kan baru di sini, jadi belum ada teman." Mama terlihat senang.

"Teman kamu yang satu ini namanya siapa Va?" Tanya mama.

"Javas ma, teman sekelas Ava." 

Javas terlihat mengangguk tersenyum.

Mama tersenyum melihat Javas dan menoleh ke arahku. Entah apa yang mama pikirkan kali ini. Mama pamit ke luar sebentar, ke supermarket membeli keperluan rumah.



DI BALIK LUKISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang