Pulang

261 17 0
                                        

Agra telah dikubur di tanah lukisan 3. Tanah yang telah membesarkannya.
Segalanya berlangsung begitu cepat.
Baran berusaha bangkit dari keterpurukannya, begitupun Ratu Aica.

Ratu Aica memeluk tubuh Ava erat.

“Terima kasih nak. Jasamu sangatlah besar nak. Tidak tahu bagaimana kami bisa membalasnya.” Ucap ratu dengan mata sembabnya.

“Tidak ratu…”

Ava belum menyelesaikan kalimatnya, ratu memotongnya.

“Ssttt panggil aku, ibu.”

Ava bingung meresponnya apa.

“Iya nak, panggil aku, ibu.”

Ava akhirnya mengangguk patah-patah.

Ratu meminta cincin yang Agra titipkan pada Baran. Itu adalah cincin yang Agra kenakan sewaktu di lukisan 2. Cincin berwarna biru emas. Cincin Ratu Aica.

Ratu Aica lantas memasangkan cincin itu pada jari manis Ava. Ava tidak mampu untuk menolaknya. Ratu memaksanya. Tangannya di pegang erat oleh ratu.

“Ini untuk apa Ra, eh ibu?” Ava tergagap.

“Cincin ini adalah tanda terima kasihku untukmu nak.”

“Cincin ini dapat mengantarmu ke dunia lukisan ini sesukamu. Kamu tidak perlu lagi membuka setiap gerbang lukisan.”

“Banyak hal yang tersimpan dalam cincin ini. Kamu akan merasakannya sendiri.”

Ratu Acia tersenyum tipis untuk yang pertama kalinya.

Ava tertegun.

“Terima kasih ibu.”

Mendengar ucapan Ava, Ratu Acia kembali memeluk Ava.

“Ibu akan selalu menunggu kedatanganmu nak.” Ratu melepas pelukannya.

Kemudian ratu berlanjut memeluk Zea. Mengucapkan rasa terima kasihnya. Menatap Zea penuh dengan kasih sayang. Ratu juga mengucapkan rasa terima kasihnya kepada Javas.

Kini giliran Baran maju mendekati mereka bertiga.

Baran tersenyum untuk pertama kalinya semenjak kejadian itu.

“Terima kasih kawan. Perjalanan yang luar biasa bersama kalian.”

Mereka bertiga mengangguk bersamaan.

“Terima kasih telah mengajarkan kami arti perjuangan, pangeran.” Ucap Javas.

“Terima kasih telah mengajarkan kami arti kekuatan.” Ucap Zea.

“Terima kasih telah mengajarkan kami arti cinta, pangeran.” Imbuh Ava.

“Kamu memanggilku pangeran?” Tanya Baran pada Ava.

“Rasanya tidak pantas jika aku memanggil dengan nama.”

Baran menggelengkan kepalanya.

“Rupanya virus Javas telah menyebar.”

Javas menggaruk kepalanya.  
                                                                             
Mereka tersenyum.

Baran dan ratu mengajak mereka untuk keluar dari gerbang.

Dan seperti sebuah keajaiban terjadi. Suasana malam hari, kini perlahan-lahan mulai berganti. Sebuah pergantian suasana yang spektakuler. Matahari tiba-tiba saja terbit menggantikan bulan. Semburat cahaya kuning keemasan mulai muncul. Angin semilir mulai berhembus lembut. Sangat menyegarkan. Segalanya terlihat dengan jelas sekarang.

Terhamparlah disekeliling mereka rerumputan hijau. Sejauh mata memandang, mereka melihat banyak petakan-petakan tanaman dengan berbagai jenisnya.

Di sebelah kiri, terlihat petakan lahan berwarna keunguan. Warna keunguan itu berasal dari bunga lavender. Sungguh indah. Petakan lain juga terlihat perkebunan-perkebunan penduduk seperti padi, gandum, jagung.

DI BALIK LUKISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang