"Kamu anak tunggal Va?" Tanya Javas.
"Tidak. Aku punya kakak."
"Di mana kakak kamu Va?" Tanya Zea.
"Dia sedang pendidikan."
"Pendidikan apa?" Javas terlihat penasaran.
"Taruna akmil."
"Jadi kakak kamu taruna?" Mata Zea membulat.
"Iya."
"Kakakmu yang ada di foto ini kah?" Javas menunjuk foto keluargaku .
Aku mengangguk.
"Eh...ini kakakmu Va?" Ucap Zea, aku tertawa melihat ekspresi Zea.
"Nampaknya dia berbeda jauh darimu Va." Ucap Javas terkekeh.
"Apa maksudmu?" Aku melotot ke arah Javas.
"Enak ya Va, punya kakak laki-laki, pasti kakak kamu itu sangat menyayangi kamu Va, menjaga kamu. Sedangkan aku, aku anak tunggal. Tidak punya kakak tidak punya adik." Ucap Zea sedih.
"Kata siapa? Kakakku itu jailnya minta ampun, pokoknya tidak pernah akur sama aku, selalu bertengkar. Untung, sekarang dia jarang pulang ke rumah, tenang."
"Tapi Va, memang kelihatannya seperti itu, tapi sebenarnya kakakmu itu sangat menyayangi kamu Va. Tapi tidak pernah dia ungkapkan." Bola mata Zea yang indah menatapku sayu.
"Entah." Aku hanya mengangkat bahuku.
"Kapan dia pulang Va?" Javas bertanya.
"Katanya sih nanti malam."
"Ha?! Nanti malam?!" Zea Nampak terkejut.
"Iya, memang dia sedang libur. Jadi pulang ke rumah dan sampai nanti malam."
"Lihat tuh Zea, nampaknya gembira sekali kakakmu pulang Va? kamu mau main ke sini lagi Ze? Apa perlu aku temani?" Aku tertawa mendengar Javas.
"Lihat kan, pipi Zea seperti kepiting bakar sekarang." Aku tertawa lagi mendengar Javas.
Zea melotot kesal mendengar Javas yang terus meledeknya.
"Namanya siapa Va? aku tahu Zea pasti ingin tahu namanya tapi dia malu bertanya." Celetuk Javas cengar cengir.
"Kava."
"Namanya mirip sepertimu Va. Kava dan Ava." Ucap Zea.
"Apa yang ingin kamu tahu lagi Ze tentang Kak Kava?" Tanyaku meledek Zea.
"Mungkin dia pengin tahu apa makanan kesukaan Kak Kava, dia besok mungkin akan ke sini Va, membawakan makanan kesukaan Kak Kava." Sambar Javas.
Zea sudah tak tahan lagi mendengar Javas menjailinya, dia memasang muka masam.
"Eh...aku mau minta sesuatu ke kalian." Ucap Javas yang mendadak serius. Aku dan Zea sontak menoleh.
"Kalian mau menemaniku?" Javas memulai pembicaraannya.
"Menemani kemana?" Zea bertanya.
"Kakekku besok akan mengadakan pameran lukisan di pusat kota. Aku sebenarnya mau ngajak Rio dan teman-teman yang lain, tapi tahu lah mereka, mereka tidak suka lukisan. Aku ingin kalian ikut yah?" Kata Javas dengan raut muka memelas.
"Kamu kira kita suka lukisan Jav?" Tanyaku menyelidik.
"Eh...Tapi nggak masalah loh Va." Zea justru mendukung Javas.
Ya sudah, 2 lawan 1, artinya aku harus mengalah, mengikuti mereka.
Zea dan Javas sudah pulang, sore hari ini sepertinya akan turun hujan, jadi mereka cepat-cepat pulang. Mama belum pulang, mungkin mama juga membeli bahan-bahan masakan, secara nanti malam Kak Kava pulang, jadi mama ingin membuat makanan yang spesial. Aku membersihkan piring-piring di dapur, setelah semua bersih, aku naik ke kamarku.

KAMU SEDANG MEMBACA
DI BALIK LUKISAN
Roman pour Adolescents"Ava!! kamu punya kekuatan!" Seru Javas. Aku menatap kedua telapak tanganku dan rasanya tidak mungkin kekuatan itu berasal dari tanganku. Aku menggeleng ke arah Javas sambil mengerutkan dahiku. "Aku tadi melihat cahaya biru keluar dari tanganmu Va...