Mimpi Buruk

312 31 0
                                    

Kami terduduk, sudah 4 jam kami terus berjalan dan tidak ada pemukiman yang kami temukan. Aku menatap langit yang dari tadi masih sore. Sebenarnya kalau kami dalam kondisi baik-baik saja, ini merupakan pemandangan yang luar biasa menakjubkan. 

Dan asalah kami selanjutnya adalah kami merasa lapar. Tidak ada bekal makanan satupun yang kami bawa. Karena tidak menyangka kejadian ini akan terjadi.

"Apakah Kak Kava mencari kita?" Aku mencoba membuka percakapan diantara keheningan ini.

"Pasti." Jawab Javas.

"Apa yang membuat kita bisa masuk ke dalam tempat ini?"

"Menurutku karena kamu membaca kalimat itu Va." Javas menoleh.

"Seharusnya kamu tidak membacanya Va." Javas menambahkan.

"Tapi kamu juga yang menyuruhku membaca tulisan itu."

"Aku memang menyuruhmu, tapi kan pada akhirnya aku melarangmu. Dan sekarang kita terjebak dalam lukisan pertama. Kalian masih ingat lukisan pertama yang ada di ruang rahasia kakekku? Sama persis dengan tempat ini kan?" 

Aku baru menyadarinya, tempat ini sama persis dengan lukisan pertama itu.

"Artinya kita terjebak dalam lukisan?" Zea akhirnya berbicara.

"Menurutku seperti itu." Jawab Javas.

"Bagaimana kita keluar dari tempat ini?" Zea tampak cemas.

"Aku tidak tahu Ze, kita hanya bisa berharap mendapat petunjuk untuk keluar dari lukisan ini." Javas berdiri dan mengajak kami berjalan lagi.

Di depan kami ada hutan dengan pepohonan rindang, cukup lebat. Tidak ada jalan lain lagi, jika ingin terus berjalan, artinya harus melewati hutan itu. Kami mulai memasuki hutan, suasana lebih teduh, banyak lumut-lumut yang kami lewati. Kami harus berhati-hati. Javas berjalan paling depan dan aku paling belakang.

"Kalian harus tetap fokus, jangan sampai terpisah satu sama lain. Jangan saling menjauh melebihi 1 meter." Javas mengingatkan.

Kami berdua mengangguk. Setelah berjalan sekitar satu jam, kami tak kunjung menemukan pemukiman, kami bahkan masih berada di dalam hutan. Stamina kami mulai habis, tidak ada makanan apapun yang masuk ke perut kami. Kami beristirahat di bebatuan di bawah pohon rindang.

Javas beranjak berdiri.

" Kita mau berjalan lagi Jav? Baru saja istirahat."

" Aku mau cari buah-buahan, apapun itu yang bisa dimakan. Kalian di sini saja, jangan kemana-mana."

Baru saja dua langkah Javas melangkah, tiba-tiba terdengar suara auman kerasa sekali. Aku merinding mendengarnya. Wajah kami pucat pasi.

" Itu suara apa?" Zea menggigit bibirnya.

Suara itu terdengar meraung sekali lagi dan yang kali ini lebih keras. Jantungku berdetak cepat, Javas mengurungkan langkahnya. Zea menatapku cemas dan aku hanya bisa menelan ludah.

Ini seperti mimpi buruk, tadi pagi kami masih berada di galeri dan bersama dengan Kak Kava tentunya, tapi detik ini situasi berubah drastis. Tidak pernah kami bayangkan sebelumnya. Javas menggerakan tangannya, mengisyaratkan pada kami agar pergi dari tempat ini. Kami melanjutkan perjalanan dengan mengendap-endap tanpa bersuara. Keringat dingin mengucur deras, entah suara apa itu tadi.

Baru beberapa langkah, tanah yang kami pijak bergetar. Suara auman terdengar semakin jelas, tanah pun ikut bergetar. Menandakan besarnya makhluk yang bersuara keras itu. Kami berlari, berusaha menjauh dari suara auman mengerikan itu. Namun, saat kami berlari, tanah terguncang dengan kerasnya, kami terpantal jatuh dengan jarak yang saling berjauhan. Tubuhku menabrak batang pohon, rasanya sakit sekali. Aku melihat Javas terguling di antara semak-semak rerumputan. Sedangkan Zea, dia tidak jatuh, dia hanya terduduk.

Suara auman mengerikan itu terdengar jelas di depan kami. Sedikit demi sedikit wujud makhluk itu terlihat. Kami sangat-sangat terkejut mengetahui bahwa makhluk tersebut adalah seekor beruang raksasa. Beruang raksasa itu berbulu hitam legam dengan bola mata merah menyala. Badannya sangat besar, tidak pernah kami melihat hewan sebesar ini. Beruang itu mengaum lagi, ini sungguh mimpi buruk, sulit mempercayainya. Tangan raksasa itu memukul tanah berkali-kali, tanah bergetar hebat. Sepertinya beruang itu dalam keadaan lapar, matanya buas menatap kami bertiga.

" ZEA, AVA! LARI!!!!" Teriak Javas. 

DI BALIK LUKISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang