Raksasa Asap

213 20 0
                                    

Anehnya, asap ini tidak mengepungku. Asap ini semakin lama semakin membentuk sesuatu. Aku berusaha untuk bangkit. Asap ini terbentuk hampir sempurna. Aku terbelalak dengan asap yang terbentuk di depanku. Asap ini membentuk raksasa, tidak tahu apakah itu beruang raksasa ataukah gorilla raksasa, tidak spesifik membentuk suatu hewan, tapi yang pasti asap ini membentuk tubuh raksasa yang sangat besar.

"Oh jadi kamu akan menantangku, oke, ayok kita bertarung!" Aku mengepalkan tinjuku.

Makhluk ini tidak mengeluarkan suara mengerikan, namun menghasilkan hembusan angin yang cukup kencang. Debu-debu, partikel-partikel abu berterbangan, hingga membuatku susah bernapas.

"Oh oke ayok kita mulai sekarang!"

Aku berkonsentrasi mengeluarkan kekuatan biruku. Terdengar kesiur angin disekitarku. Aku terkaget, baru kali ini aku bisa membentuk kesiur angin. Kuhempaskan kekuatanku, aku yakin ini akan menghasilkan dorongan yang besar.

Namun, tidak kusangka, kekuatanku lolos begitu saja, menembus raksasa itu tanpa menimbulkan suatu reaksi apapun. Aku terheran. Aku mengirimkan kekuatanku lagi, kali ini aku merasa lebih besar. Akan tetapi, kekuatanku lolos begitu saja. Aku masih penasaran, kukirim lagi kekuatanku untuk yang ketiga kalinya dan sama saja, lolos begitu saja.

Aku kesal, apakah aku hanya memiliki kekuatan dorongan saja.

Sekarang giliran raksasa itu mengeluarkan kekuatannya. Aku bersiap dengan segala kemungkinan. Kesiur angin terdengar begitu kencang, aku sulit untuk membuka mata. Tapi tetap kupaksakan melihat ke depan.

Aku melihat semua yang terdapat disekitar raksasa itu tebawa di dalam pusaran angin yang dibentuk. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika pusaran itu diarahkan ke arahku. Benar saja, setelah banyak benda terbawa di dalam pusaran itu, raksasa itu mengarahkannya ke arahku.

Sambil berteriak, aku mengangkat kedua tanganku. Terlihat kekuatan biruku menyebar ke udara. Ini diluar dugaanku. Warna biru itu menyebar hingga menyelimuti pusaran angin itu. Aku merasakan tekanan yang begitu kuat di tanganku, langsung kulepaskan saja pusaran angin itu kembali ke arah makhluk asap itu. Aku yakin, kali ini makhluk itu tidak akan bisa lolos. Namun, lagi-lagi, angin dengan segala macam benda di dalamnya lolos begitu saja dan jatuh berserakan di belakang raksasa asap.

Aku mulai frustasi dengan kondisi ini. Bagaimana bisa, dimana letak kelemahan raksasa asap ini.

Aku mengingat sesuatu. Di lukisan 1, aku menghilangkan asap mematikan itu dengan kekuatanku mendatangkan hujan. Aku yakin, inilah kelemahan raksasa asap itu.

Kuhentakkan kekuatan biru ke langit, petir mulai terdengar.

"Bagus!"

Kulakukan lagi, petir terdengar semakin keras. Aku yakin, sebentar lagi hujan akan datang. Tinggal menunggu beberapa detik lagi, hujan akan turun.

Lagi-lagi tidak seperti yang kuharapkan. Raksasa asap itu menghembuskan angin kencang ke awan hitam yang telah terbentuk. Alhasil, awan hitam itu menyebar ke segala arah. Awan hitam yang telah terbentuk kini dengan mudahnya pudar, sehingga yang terlihat langit biru bersih tanpa awan. Aku bingung harus berbuat apa lagi. Baran, Zea, Javas dimana sebenarnya mereka, sampai sekarang tidak juga datang.

Raksasa asap itu semakin beringas. Dengan kekuatannya, dia mencabut semua batang pohon-pohon kecil yang masih tertanam di sekitarnya. Ranting-ranting yang berserakan di tanah tak luput dari tarikan angin. Semua batang pohon kini telah terarahkan kepadaku. Aku menahannya dengan teknik baru bertahanku. Kini sekumpulan batang berada di tengah-tengah antara aku dan raksasa asap. Aku menahannya sekuat tenagaku, sangat kuat dorongan dari raksasa itu. Kaki kananku semakin terdorong ke belakang, karena saking kuatnya dorongan raksasa itu.

DI BALIK LUKISANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang