Chapter 2

2.7K 109 6
                                    

Update lagi!

Aku usahain kalau bisa upnya sehari sekali hehehe...

Siap menunggu gebrakan besar dari kisah ini? Semoga hati kalian kuat iya sampai ending hahaha...

Yuk tetap dipantengin!

Let's go!

Binar berjalan sendiri ditengah koridor yang sudah sepi, gadis manis itu baru saja dari Ruang BK berhubung Binar anak baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Binar berjalan sendiri ditengah koridor yang sudah sepi, gadis manis itu baru saja dari Ruang BK berhubung Binar anak baru. Jadi Binar butuh bimbingan dari Bu Suci, kaki Binar melangkah riang sebelum akhirnya tubuhnya terseret jauh dan dibenturkan ke- tembok dengan cukup keras.

Binar meringis memejamkan mata, berharap punggungnya tak memar setelah ini. Binar mengangkat wajah, seketika matanya membola ketika sepasang mata tajam bagai elang yang marah tengah menatapnya. Binar tak kuat lantas pandangan Binar meluruh menatap sepasang sepatu di bawah sana, tampaknya sepatunya lebih menarik untuk dipandang untuk saat ini.

"Gak usah sok manis, lo itu cuma seonggok sampah yang dikasih nyawa"

Mendengar itu Binar mengangkat pandangan, menatap cowok itu seperti biasa. Walau rasanya begitu hina tapi Binar tak sekalipun memasukkan perkataan itu seutuhnya, ia memilih mengambil makna dibalik itu,

"Aku gak niat seperti itu, kan memang harus berbaur, kan? Seperti kamu yang punya banyak teman"

Cowok itu mengacuhkan ucapan Binar dan pergi begitu saja meninggalkan Binar dengan tatapan sendunya, "Salah lagi" Binar mengela nafas pelan.

Sabar adalah kunci seseorang menuju kebahagiaan, demi apapun ia takkan kesal atau marah. Binar pun melanjutkan langkah, wajah gadis itu terus saja menunduk sampai ketika dengan kedua bola matanya Binar melihat sepasang manusia tengah berbincang ringan, setiap perlakuan manis dan canda tawa mereka tak lepas dari pandangan Binar.

Binar tersenyum tipis, tak disangka matanya terasa panas melihat itu semua. Tak ingin berlarut cukup lama, Binar pun kembali berjalan. Sembari mengatur nafasnya supaya dirinya tak menangis, ia tidak boleh lemah, Binar harus kuat.

Binar sudah di depan gerbang, berdiri seorang diri sembari menunggu jemputan yang katanya sedikit telat karena macet, tangannya meremat kencang tali tasnya tatkala sebuah motor Ninja Hitam yang sangat ia kenali melewatinya begitu saja. Mata Binar berkaca-kaca saat si Pria menarik tangan ceweknya dengan tangan bebas dan memegangnya hangat seakan tak ingin pelukan itu terlepas dari pinggangnya, melihat Binar saja rasanya Pria itu tak sudi. Apa Binar pantas berharap lebih padanya? Tapi Binar sangat menyayanginya.

 Apa Binar pantas berharap lebih padanya? Tapi Binar sangat menyayanginya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Maaf, Aku TerlambatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang